Bertahun-tahun yang lalu, ketika saya sedang berjalan bersama Grandsyekh saya di Damaskus, sebuah bola yang sedang dimainkan oleh anak-anak mengenai kepala saya dan menjatuhkan turban saya. Saya menjadi marah sekali dan berteriak kepada mereka, “Hei, kalian anak-anak yang nakal dan tidak tahu sopan-santun!” Grandsyekh berkata, “Oh Nazim Effendi, kau baru saja kehilangan imanmu. Bagaimana mungkin kau mengaku percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Allah tetapi kau siap untuk menyalahkan seseorang untuk sesuatu yang mengenai kepalamu. Apakah kau tidak tahu bahwa Allah-lah Penyebab Asli/Primer dari kejadian itu? Lalu, mengapa kau dibutakan dengan sebab sekundernya? Ketika bola itu mengenaimu, mengapa kau mencari orang yang melemparkannya untuk bertengkar dengannya? Apakah kau tidak tahu bahwa itu berasal dari Allah?” Atas peristiwa itu, saya mengulangi syahadat, memperbarui keimanan saya.
Level keimanan yang dikatakan oleh Grandsyekh adalah level keimanan para nabi dan awliya. Kita berusaha untuk mencapai level itu. Dan ketika manusia disalahkan untuk segala persoalan di bumi, untuk segala peperangan dan penderitaan, maka orang telah kehilangan pandangan akan Kehendak Allah di belakang semua peristiwa itu. Mereka telah kehilangan pandangan terhadap Dzat yang telah menguji mereka melalui peristiwa-peristiwa itu. Mereka telah berhenti melihat bahwa segala peristiwa itu adalah ujian dari Tuhan mereka, oleh karenanya mereka terus-menerus mengalami kegagalan dalam ujian itu.
Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani qs
In the Mystic Footsteps of Saints Vol.2
Post a Comment Blogger Disqus