Sebagai keturunan langsung Sri Sultan Hamengkubuwono II, Kyai
Langgeng memiliki pengaruh yang kuat di kalangan masyarakat Jawa. Kecerdasan
dan keteguhan hati Sang Kyai juga membuatnya menjadi penasihat spiritual yang
dipercaya oleh Pangeran Diponegoro.
Perjuangan Kyai Langgeng diceritakan dalam buku “Mengenal Beberapa
Legenda Daerah Kabupaten Kudus, Rembang, Tegal, Brebes, Magelang, dan
Purworejo,” yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada tahun
1996. Kisah ini telah menjadi bagian dari kepercayaan masyarakat setempat,
diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.
Cerita berlatar belakang pada
masa perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda di wilayah Magelang dan
sekitarnya. Tokoh legendaris yang dikenal dengan nama Kyai Langgeng sebenarnya
bukan nama asli, melainkan panggilan yang diberikan oleh masyarakat setempat.
Pada awalnya, Kyai Langgeng disebut sebagai seorang “prajurit sandi” yang tidak
dikenal secara luas.
Saat itu, Pangeran Diponegoro telah menyatakan perang melawan Belanda, dan ia mengutus prajurit kepercayaannya, Kyai Kasan Besari, untuk mengirim kabar tentang persiapan serangan kepada markas Belanda di Magelang. Tugas ini dianggap sangat sulit mengingat kota Magelang dijaga ketat oleh pasukan Belanda. Namun, Kyai Besari memilih seorang prajurit sandi yang setia, tangguh, dan memiliki kemampuan spiritual luar biasa untuk menjalankan misi tersebut.
Nama dan identitas prajurit
sandi ini tetap dirahasiakan. Meski tidak dikenal banyak orang, keberanian dan
kesaktiannya membuatnya disegani oleh pasukan Pangeran Diponegoro dan rakyat di
wilayah tersebut. Masyarakat merasa aman saat berada di bawah perlindungan
prajurit sandi ini, yang dikenal karena kesabarannya dalam menyelesaikan tugas
dan kemampuan untuk menjaga kerahasiaan misinya.
Sesuai tugasnya, prajurit sandi selalu berpindah-pindah tempat dan mengubah namanya sesuai lokasi perjuangannya. Di Mudalrejo, ia dikenal sebagai Kyai Mudalrejo, sedangkan di Kemiri, ia dipanggil Kyai Kemiri. Di setiap tempat, ia memimpin rakyat dengan penuh persiapan dan semangat, membantu Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah.
Semangat perjuangan Kyai
Langgeng membakar semangat rakyat Magelang, yang rela mengorbankan jiwa dan
harta mereka demi kemerdekaan. Di bawah komandonya, pasukan Pangeran Diponegoro
mampu merebut kota Magelang dan Parakan, menjadikannya pusat pertahanan
strategis. Pasukan Belanda pun mengalami kesulitan menghadapi prajurit sandi
yang tak dapat ditangkap.
Semangat yang dibawa oleh Kyai Langgeng terus mengalir di hati rakyat, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hingga akhir hayatnya, identitas asli Kyai Langgeng tetap menjadi misteri. Setelah meninggal, ia dimakamkan di Mudal, dan namanya terus hidup dalam ingatan masyarakat sebagai simbol perjuangan yang abadi. Masyarakat menyebutnya Kyai Langgeng, sebagai harapan agar semangat perjuangannya tetap “langgeng” atau abadi, diteruskan oleh generasi penerus. Nama Kyai Langgeng kini telah menjadi bagian dari cerita legendaris yang dikenang oleh masyarakat Magelang sebagai sosok pejuang yang sakti dan tak terlupakan.
Di sisi lain, nama Kyai Langgeng telah disematkan menjadi
nama sebuah taman bunga di Magelang, sejak 3 September 1987. Saat ini, Taman
Kyai Langgeng telah bertransformasi tidak hanya sekedar taman bunga tetapi
lebih luas menjadi sebuah lokasi wisata alam dengan berbagai fasilitas memadai
terutama untuk edukasi hingga olah raga. Taman seluas 27,36 Ha ini memberikan
banyak pesona keindahan dengan pemandangan Gunung Sumbing nan elok. Gemericik
air sungai Progo nan jernih, hamparan sawah di lereng gunung, serta ratusan
pohon langka yang tumbuh subur memberikan nuansa alami tanpa batas.
Makam Kyai Langgeng, yang terletak di tengah Taman Kyai Langgeng, hingga kini menjadi tempat ziarah bagi masyarakat yang menghormati jasa-jasanya.
Post a Comment Blogger Disqus
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.