Akan tetapi keberadaan syiar Islam yang dilakukannya telah diketahui warga. Bahkan, Syekh ini pula dalam syiarnya acap memasuki daerah yang dikenal sebagai kawasan merah. Kawasan yang dihuni para gembong rampok dan begal. Karena ilmu kanuragan yang dimilikinya pula, Syekh ini dikenal sebagai tokoh penakluk. Apalagi konon, Syekh Rifa’i memiliki ilmu Rawa Rontek, yang bisa hidup kembali setelah jasadnya menyentuh tanah. Bahkan jika kepala dipenggal akan menyatu kembali jika tak dimakamkan secara terpisah.
Syekh Rifa’i selalu berpindah-pindah tempat semasa hidupnya. Setelah pengikutnya banyak dan mulai tersebar, Syekh kelahiran jazirah Arab ini akhirnya memutuskan uzlah (laku menyendiri) di Goa Yung Yang. Meski telah bertahun-tahun berkontemplasi dengan Sang Khaliq di dalam goa, namun ajaran dan syiarnya diteruskan para pengikutnya.
Alkisah, kala itu Tuban dipimpin Tumenggung Wilwatikta. Bupati yang juga orangtua Raden Said, termasuk penguasa yang gigih mempertahankan kekuasaannya. Tokoh ini pula yang dikenal sebagai bupati yang tegas. Kompleks Goa Srunggo memang acap didatangi Tumenggung Wilwatikta, selepas berburu hewan buas di hutan jati wilayah setempat. Tak jarang pula ia mengajak istrinya dalam perburuan tersebut. Namun, sang istri selalu mendirikan kemah menunggu suami berburu di sekitar Goa Srunggo. Apalagi Srunggo merupakan goa yang mengeluarkan air bersih yang mengalir kesana kemari. Rindangnya pepohonan menjadikan lokasi ini pilihan penguasa Kabupaten Tuban untuk berwisata.
![]() |
Goa Srunggo |
Istri Wilwatikta sempat menengok dalam goa Yung Yang. Hingga mengetahui di dinding ada penampakan pria ganteng yang santun tersebut. Bahkan, perempuan nomor satu di jajaran Kabupaten Tuban itu meminta suaminya agar sering berburu. Dengan cara itu ia bisa sering bertemu dengan Syekh Rifa’i, sekalipun sekadar melihat wajahnya di dinding goa. Wilwatikta pun akhirnya mencium keanehan dari permaisurinya. Ia pun memerintahkan aparatnya untuk menelisik dan menyusuri lorong Goa Yung Yang. Disitulah ditemukan Syekh Rifa’i yang masih terlihat sebagai lelaki muda dan gagah. Sosok yang sering hadir dalam mimpi dan igauan istrinya.
Syekh Rifa’i pun akhirnya diseret keluar goa. Ia diadili oleh Wilwatikta dengan tudingan telah membuat istrinya terpikat. Di tengah amuk api cemburu, Wilwatikta pun menjatuhkan hukuman pancung pada Syekh Rifa’i. Sekalipun Sang Syekh tetap ngotot tidak pernah sengaja menggoda istri penguasa Bumi Ranggalawe tersebut.
Akhirnya Syekh Rifa’i mengajukan syarat untuk membuktikan tidak salahnya. Jika setelah dipancung darah yang ke luar dari tubuhnya berwarna merah, berarti dia memang bersalah. Akan tetapi jika yang keluar darah putih berarti dirinya tidak bersalah. Syarat itu disetujui oleh Wilwatikta. Hukuman pancung pun dilakukan. Setelah kepalanya terpenggal yang keluar adalah darah putih. Cairan darah putih tersebut juga memunculkan aroma harum bunga. Selain itu setelah raganya menyentuh tanah, kepalanya kembali menyatu dengan badan, sang jasad pun kembali hidup. Beberapa kali hal itu terjadi, hingga akhirnya setelah kepalanya terpisah dimakamkan berjauhan, meski masih dalam kompleks sumber air Goa Srunggo.
Wilwatikta menyesali keputusannya. Dalam rasa sesal mendalam, penguasa Tuban itu meminta jasad Syekh Rifa’i dimakamkan secara baik. Bukan sebagai pesakitan yang telah melakukan tindak pidana. Sesuai pesan yang disampaikan para pengikutnya, badan Syekh Rifa’i pun akhirnya dimakamkan di wilayah Sidomukti, kini masuk wilayah Kecamatan Kota, Tuban. Sedangkan kepalanya dimakamkan di kompleks Goa Srunggo. Pusara kepala itu yang hingga kini masih banyak didatangi peziarah. Usai pemakaman Wilwatikta mengajak para prajuritnya kembali ke Pendapa Kabupaten Tuban yang berada di Desa Prunggahan Wetan, Kecamatan Semanding, Tuban.
Namun sebelum beranjak terdengar suara tanpa rupa. Yang menyebut, “Siapapun pejabat di Tuban akan lengser jika menginjakkan kakinya di Goa Srunggo.” Sejak saat itu, nama Syekh Rifa’i telah tiada, oleh pengikutnya namanya diganti Syekh Gentaru, yang diambil dari darah putih dari badan beliau yang berbau harum.
Makam Syekh Rifa'i (Syekh Gentaru) Makam Syekh Gentaru berada di Dusun Kedungsari, Desa Tuwiri Wetan, Kecamatan Merakurak, Tuban.
Post a Comment Blogger Disqus
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.