Kelahiran
Syekh Tolhah bin
Tolabuddin lahir di Desa Trusmi, Weru, Cirebon sekitar tahun 1825 M. beliau
merupakan putra dari KH. Tolabuddin bin KH. Saidin bin Kyai Rafiuddin atau Kyai
Asasudin. Melalui jalur nasab ini, Syekh Tolhah merupakan keturunan Sunan
Gunung Jati melalui Pangeran Trusmi.
Sanad Ilmu dan Pendidikan
Lahir dari keluarga yang
kental dengan ilmu agama. Kyai Tolhah muda tentunya menikmati perjalanan
intelektualnya yang luar biasa. Beliau tercatat pernah berguru kepada Kyai
Adzro’i di Pesantren Babakan Ciwaringin sebelum mengembara ke Jawa Timur untuk
belajar di Pesantren Gebang Tinatar di bawah bimbingan Kyai Kasan Besari dan di
Pesantren Gresik.
Ketika sedang belajar ilmu
di Pesantren Gresik diminta pulang oleh ayahnya yang sudah sepuh untuk membantu
mengurus Pesantren Rancang yang awalnya dibangun oleh kakek buyutnya, Kyai
Rafi’udin. Tapi tidak lama, beliau memutuskan untuk pergi belajar ilmu Islam ke
Haramain.
Selama berada di Haramain,
Syekh Tolhah berguru dengan ulama Nusantara seperti Syekh Nawawi Al-Bantani dan
Syekh Khalil Bangkalan Madura. Selain melaksanakan ibadah haji, beliau juga
bermukim di Makkah.
Di sana, beliau
mempelajari Ilmu Tasawuf dan Tarekat dari Syekh Ahmad Khatib Sambas bin Abdul
Ghafar khusus tentang TQN (Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah) hingga mencapai
kedudukan sebagai Wakil Talqin dan membantu Syekh Ahmad Khatib Sambas beberapa
tahun lamanya.
Pada usia 43 tahun, beliau
baru kembali ke Cirebon dan telah ditetapkan sebagai khalifah Tarekat Qadiriyah
wa Naqsyabandiyah. Melihat riwayat pendidikan di atas, Syekh Tolhah bisa
dikatakan sebagai sosok yang berhasil membangun jaringan ulama Cirebon dengan
Timur Tengah.
Guru-Guru
- KH. Tolabuddin (ayah),
- KH. Adzro’i, di Pesantren Babakan Ciwaringin
- KH. Hasan Besari, di Pesantren Gebang Tinatar
- Syekh Nawawi Al-Bantani
- Syekh Khalil Bangkalan Madura
- Syekh Ahmad Khatib Sambas
Murid Beliau
- Syekh Malawi (anak),
- Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh),
- KH. Zaenal Abidin,
Mursyid Tarekat
Syekh Tolhah dikenal
sebagai tokoh tarekat. beliau bahkan tidak hanya mengamalkan satu tarekat saja.
Selain Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, Syekh Tolhah juga menggeluti
Tarekat Khalwatiyah. Namun ijazah mursyidnya, beliau dapatkan dari Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Hal itu berbeda dengan
ayahnya, KH. Tolabuddin, yang tercatat sebagai pengamal Tarekat Syathariyah.
KH. Tolabudin merupakan murid Syekh Muji atau Buyut Muji yang dikenal sebagai
guru para tokoh Perang Kedondong.
Sebagai wakil di Cirebon
yang merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat, Syekh Tolhah berusaha keras agar
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dapat berkembang dengan lancar. Sayangnya,
situasi yang masih dalam masa penjajahan Belanda, terlebih Belanda menyatakan bahwa
tarekat adalah musuh nomor satu dan menetapkan strategi untuk mengikis habis
tarekat, mengakibatkan perkembangan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah tidak
berjalan maksimal.
Mendirikan Pesantren
Akhirnya, Syekh Tolhah
meminta izin kepada ayahnya untuk membuka pesantren di tempat lain yang lebih
aman dari incaran keamanan Belanda yang mulai mengetahui identitas syekh Tolhah
sebagai seorang tokoh ulama tarekat yang baru kembali dari Makkah.
Lokasi pesantren yang
dianggap aman dan memenuhi beberapa aspek kepentingan menurut Syekh Tolhah
adalah daerah Begong (Termasuk ke wilayah desa Kalisapu Kecamatan Cirebon
Utara). Pada kondisi lingkungan seperti itulah Pesantren Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah pertama kali dibangun di Jawa Barat secara mandiri, sekitar
tahun 1879 M oleh Syekh Tolhah.
Beberapa tahun kemudian
Syekh Tolhah memindahkan kembali Aktivitas Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
ke Trusmi dikarenakan di Begong sering terjadi banjir karena posisinya yang
dekat dengan laut. Sejak didirikan Pesantren di Begong hingga pindah ke Trusmi,
cukup banyak kyai-kyai serta santri remaja yang datang dari berbagai daerah.
Dari sekian banyak
muridnya ada seseorang yang sangat menonjol. Beliau adalah kyai muda yang
berasal dari Tasikmalaya bernama Kyai Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang
kemudian terkenal dengan sebutan Abah Sepuh atau Ajengan Godebag. Beliau adalah
yang paling lama belajar dengan Syekh Tolhah bahkan sudah dianggap sebagai
keluarganya.
Semula, Syekh Tolhah sudah
menunjuk calon penggantinya yaitu putra sulungnya, Kyai Malawi. Tetapi, Kyai
Malawi malah meminta izin untuk pergi ke Makkah dan tinggal di sana untuk
menuntut ilmu. Setelah kembali dari Makkah, KH. Malawi memohon untuk tidak
menjadi Khalifah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah menggantikan ayahnya,
karena dia termasuk daftar kiai yang dicari aparat keamanan Belanda sehingga
dapat menggangu perkembangan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Berdasarkan situasi
tersebut, maka Syekh Tolhah kemudian menetapkan pengganti dari muridnya yang
sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi khalifah atau Mursyid Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yaitu Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad atau
Abah Sepuh dari Tasikmalaya.
Peresmian Abah Sepuh
menjadi wakil khalifah atau Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
dilaksanakan di rumah Syekh Tolhah yang berlokasi di Trusmi sekitar tahun 1900
M. Beberapa tahun setelah peresmian, Abah Sepuh masih berada di Trusmi untuk
membantu Syekh Tolhah. Akan tetapi karena situasi semakin memburuk di Cirebon,
maka Abah Sepuh diperintahkan oleh Syekh Tolhah untuk membuka pesantren di
Tasikmalaya dan mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Jawa
Barat.
Selain melalui jalur Abah
Sepuh, Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah juga berkembang melalui murid yang
lain yang bernama KH. Zaenal Abidin yang menjadi guru KH. Muhammad Qosim Gunung
Jati yang nantinya menurunkan kepada KH. Zamzami Amin (Katib Awwal Idarah
Aliyah JATMAN) Babakan Ciwaringin. Mata rantai kemursyidan Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah ini masih berjalan meskipun tidak sepopuler Tarekat Syattariyah
yang berkembang di beberapa pesantren seperti Benda Kerep maupun di keraton.
Sementara Suryalaya
mengukir sejarah perkembangannya sendiri, dari sumber KH. Zamzami Amin, pada
jalur keluarga pun garis kemursyidan itu tetap berlangsung. Dari Sheikh Tolhah,
Syekh Malawi, KH. Zainal Abidin, KH. Muhammad Qosim serta pada KH. Zamzami Amin
sendiri sekarang.
Menjadi Penasehat
Syekh Tolhah pernah
menjadi penasehat dan pembimbing keagamaan di Kesultanan Kasepuhan Cirebon,
Bupati Kuningan 1892 dan bagi para pejabat tinggi pemerintahan dan para
bangsawan di Cirebon.
Wafat
Syekh Tolhah wafat pada
tahun 1935 M, dan dimakamkan di kompleks pemakaman Gunung Jati
Post a Comment Blogger Disqus
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.