Kyai Qamaruzzaman terkenal karena saat membaca al-Qur’an, orang-orang yang mendengarnya sering ”terhipnotis” dan memasuki keadaan, yang dalam istilah psikologis disebut ”ekstase.”
Pernah suatu ketika beliau membaca ayat-ayat al-Qur’an di masjid, dan akibatnya penduduk yang ada di sekitar masjid, dan semua orang yang mendengar bacaannya, semuanya keluar rumah dan duduk diam di pinggir jalan, seperti terbengong-bengong.
Ketika menjadi imam shalat Jum’at di sebuah masjid di Bogor, shalat Jumatnya bubar, lantaran makmumnya seperti tersirap dan tak membaca al-Fatihah, bahkan sebagian besar menangis tersedu-sedu.
Ketika menjadi imam shalat Jum’at di sebuah masjid di Bogor, shalat Jumatnya bubar, lantaran makmumnya seperti tersirap dan tak membaca al-Fatihah, bahkan sebagian besar menangis tersedu-sedu.
Mungkin berikut ini kisah yang paling berkesan dan tak terlupakan bagi Abah Qamaruzzaman sendiri. Bertempat di desa Manggu Padarincang Serang. Abah Qamaruzzaman diundang oleh Kepala Desa Padarincang (Sawiri namanya, Alm.) untuk menghadiri acara resepsi pernikahan salah satu putri Lurah Sawiri. Dia meminta Abah Qamaruzzaman untuk menyumbangkan suaranya dan membacakan ayat suci al-Qur'an (surat ar-Rahman) sebagai tamu kehormatan. Pesta itu dihadiri banyak ulama, termasuk KH. Suhaimi Kampung Sawah Padarincang). Awalnya beliau enggan sebab takut terjadi sesuatu yang mengundang fitnah.
Tetapi tuan rumah bersikeras. Dan setelah Abah Qamaruzzaman membaca, baru tiga ayat (yakni Surat ar-Rahman), terjadilah apa yang menjadi sebab kekhawatiran. Para pendengar sudah hiruk pikuk dengan suara tangisan. Lurah Sawiri sendiri saling berangkulan dengan istrinya, suasana tidak terkontrol. Orang-orang dari dalam rumah berhamburan keluar menangis bersama hadirin yang ada di luar. Dalam kegemparan ini terselip kejadian yang lucu – yakni Ibu Junah, seorang pimpinan juru masak, membawa pasukan dapurnya ikut berhamburan keluar, sementara di tangannya membawa kayu bakar yang sedang membara tanpa disadarinya. Akhirnya Ki Suhaimi sendirilah yang menghentikan lantunan suara Abah.
Tetapi tuan rumah bersikeras. Dan setelah Abah Qamaruzzaman membaca, baru tiga ayat (yakni Surat ar-Rahman), terjadilah apa yang menjadi sebab kekhawatiran. Para pendengar sudah hiruk pikuk dengan suara tangisan. Lurah Sawiri sendiri saling berangkulan dengan istrinya, suasana tidak terkontrol. Orang-orang dari dalam rumah berhamburan keluar menangis bersama hadirin yang ada di luar. Dalam kegemparan ini terselip kejadian yang lucu – yakni Ibu Junah, seorang pimpinan juru masak, membawa pasukan dapurnya ikut berhamburan keluar, sementara di tangannya membawa kayu bakar yang sedang membara tanpa disadarinya. Akhirnya Ki Suhaimi sendirilah yang menghentikan lantunan suara Abah.
Berawal dari peristiwa tersebut K.H. Suhaimi sebagai ulama ahli Fiqh mengeluarkan fatwa unik khusus untuk Kyai Qamaruzzaman:
"Mengharamkan Abah untuk menjadi imam dan ma'mum dalam shalat berjamaah."
Sebagai murid, beliau patuh, namun tentu saja masih ada orang yang nekat mengundang beliau menjadi imam atau membaca Qur’an di suatu acara. Agar punya alasan kuat untuk menolak mereka, maka Kyai Qamaruzzaman memutuskan untuk mencabut semua giginya yang masih utuh, sampai ompong, sehingga bacaannya tak fasih lagi. Selain itu, sebagian ulama ahl-kasyaf melarang Kyai Qamaruzzaman untuk meludah sembarangan. Pada masa dulu, adalah lazim seorang kyai memiliki “pangidon,” yakni tempat khusus untuk meludah. Namun Kyai Qamaruzzaman tak memilikinya, sebab sudah puluhan tahun beliau tidak pernah lagi meludah.
KELAHIRAN dan PROSES PERJALANAN RUHANI
Sempu, Klapa Endep, Serang, sekitar tahun 1920-an/1930-an, lahir bayi prematur putra pasangan Nyi Ratu Lam’ah dan Tubagus Muhammad As’ad. Kelahirannya diiringi oleh beberapa kyai sepuh yang sederhana, dipimpin oleh almarhum Kyai Tubagus Halimi, Pamindangan – Allahuyarham. Kepada beliaulah bayi itu dimintakan nama. Kyai Halimi menggendong sang bayi, namun entah mengapa beliau hanya diam saja. Beliau mengaku tak berani memberikan nama kepadanya – maka ditanyakanlah kepada para kyai yang lain. Tetapi jawaban mereka sama.
Pada saat semua diam dan kebingungan, mendadak di antara hadirin, bernama Nyi Ratu Fatmah mendapat bisikan ruhani dari kakeknya, yang juga sekaligus kakek dari sang bayi, Kyai Asnawi Caringin, Banten. Pesannya jelas. Berilah nama bayi itu:
”Qamaruzzaman al-Husaini.”
Berdasar silsilah keluarga, bayi ini adalah keturunan ke 26 dari Kanjeng Rasul Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Tak lama sesudah Kyai Qamaruzzaman lahir, kedua orang tuanya meninggal. Karena itu beliau diasuh oleh neneknya, Nyi Ratu Alfiyah, seorang wanita saleh, yang mendidiknya membaca al-Qur’an. Kyai Qamarruzzaman kecil tidak diperkenankan bermain seenaknya, tetapi ”dikurung” dalam kamar, hanya berteman al-Qur’an. Pada usia 13 tahun beliau telah hafal 30 juz al-Qur’an. Selanjutnya beliau belajar Qira’at sab’ah kepada Kyai Tubagus Sayuti (murid dari Kyai Muhammad Sholeh Ma’mun, putra dari Kyai Haji Tubagus Ma’mun, seorang qira’at masyhur pada zamannya).
Belakangan, pada masa remajanya beliau kerap diundang menjadi pembaca al-Qur’an bersama Kyai Tubagus Ma’mun Kasunyatan dan Tubagus Kuncung Banten (seorang sesepuh di Banten lama). Suara Kyai Qamaruzzaman yang indah menjadikannya terkenal - dan mereka bertiga berkeliling ke berbagai kota, dari Padang sampai Brebes.
Selain belajar mengaji sejak kecil, beliau juga belajar banyak ilmu agama kepada para kyai sepuh: Kyai Tohir di Pelamunan, Kyai Halimi Pamindangan, Kyai Mahfudz -Tipar - Sukabumi, Ajengan Kholil Ciapus - Bogor, Kyai Suja’i, Kyai Suhaimi - Kampung Sawah, dan sebagainya. Kyai Tubagus Halimi secara khusus memperhatikan Qamaruzzaman muda, dan sering melarang santri-santri lainnya bertingkah sembarangan di hadapan Qamaruzzaman muda – dengan alasan yang sulit dikisahkan di sini. Yang jelas, Kyai Halimi sering mengeluarkan pernyataan ’khawariq” mengenai kyai Qamaruzzaman. Dalam mendalami qiroat dan tafsir pun kyai Qamaruzzaman sangat serius: Menurut keterangan, sebelum mendalami ilmu membaca dan tafsir Qur’an, Kyai Qamaruzzaman menyilet lidahnya untuk mengeluarkan darah kotor. Beliau juga mampu mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu semalam.
Salah satu keunikan lain dari cara belajar Kyai Qamaruzzaman tampak ketika beliau mengaji Kitab Fathul Mu’in kepada K.H. Suhaimi. Dengan telaten Abah Qamaruzzaman merekam semua pelajaran dalam kaset tape. Secara keseluruhan Abah Qamaruzzaman menghabiskan sekitar 600 buah kaset tape recorder. Selain itu, beliau juga merekam pelajaran Kitab al-Fiyah dari K.H. Sanja, dan menghabiskan sekitar 40 buah kaset (sebagian dari 640-an kaset itu sekarang masih tersimpan di almarinya).
Proses perekaman berlangsung lebih dari satu tahun. Santri yang ada di pesantren pada waktu itu berjumlah sekitar 370 orang. Salah satu pesan yang kelak sering disampaikan oleh Kyai Qamaruzzaman kepada santri dan tamu-tamunya adalah agar kita belajar dan berkhidmat kepada guru dengan totalitas yang paripurna.
Terkadang beliau dawuh yang kira-kira artinya seperti ini:
Proses perekaman berlangsung lebih dari satu tahun. Santri yang ada di pesantren pada waktu itu berjumlah sekitar 370 orang. Salah satu pesan yang kelak sering disampaikan oleh Kyai Qamaruzzaman kepada santri dan tamu-tamunya adalah agar kita belajar dan berkhidmat kepada guru dengan totalitas yang paripurna.
Terkadang beliau dawuh yang kira-kira artinya seperti ini:
”Seberapa besar perhatian dan kasih sayangmu pada guru, sebesar itu pula ilmu dan berkah yang kau dapatkan.”
Jalan ruhani Kyai Qamaruzzaman adalah jalan khidmat dan cinta, yang dilandasi pengetahuan syariah. Seperti dikatakannya:
”Syariat dulu yang betul, nanti hakikat akan menyusul,” atau ”Cinta murid kepada guru mesti dibuktikan, sebagaimana cinta Wali Allah kepada Allah juga mesti dibuktikan”, yakni dengan kesabaran menanggung banyak ujian dan cobaan.
Ada kisah menarik tentang ajaran khidmat ini. Saat belajar kepada Ajengan Kholil Ciapus pada paruh pertama abad 20, suatu saat Ajengan berkenan berkunjung ke kediaman Kyai Qamaruzzaman di Serang. Saat hendak pulang, Kyai Qamaruzzaman ingin memberinya oleh-oleh, namun belum sempat menyiapkan. Maka ditawarkanlah semua ambal (karpet) yang ada di rumahnya kepada sang ajengan. Namun Ajengan Kholil menunjuk ke mobil milik Kyai Qamaruzzaman. Maka Abah Qamaruzzaman mempersilahkan Ajengan Kholil untuk memilih sendiri mobil mana yang hendak dibawa pulang.
Saat mondok di tempat Ajengan, Kyai Qamaruzzaman setiap hari menyisihkan uang sakunya. Pada suatu saat Ajengan Kholil akan hajatan tetapi tak punya uang. Maka pada saat itulah Abah Qamaruzzaman menyerahkan semua simpanannya kepada sang guru. Karena khidmatnya ini, maka Ajengan Kholil (yang merupakan murid dari wali Allah masyhur Mama Bakri/ Ajengan Plered) mengijazahkan semua ilmunya kepada Kyai Qamaruzzaman.
Saat mondok di tempat Ajengan, Kyai Qamaruzzaman setiap hari menyisihkan uang sakunya. Pada suatu saat Ajengan Kholil akan hajatan tetapi tak punya uang. Maka pada saat itulah Abah Qamaruzzaman menyerahkan semua simpanannya kepada sang guru. Karena khidmatnya ini, maka Ajengan Kholil (yang merupakan murid dari wali Allah masyhur Mama Bakri/ Ajengan Plered) mengijazahkan semua ilmunya kepada Kyai Qamaruzzaman.
Sebagaimana lazimnya kyai yang menekuni dunia tarekat dan tasawuf, Kyai Qamaruzzaman juga menjalankan khalwat, yakni di daerah Guha, sebuah kawasan hutan di kaki Gunung Karang, Banten, selama dua tahun.
Ada masa-masa ketika beliau mengalami kesulitan secara sosial lantaran mengalami jadzab atau menampakkan khawariq al-adah. Tentu saja tak semua kisah karamah ini bisa dikabarkan, karenanya disini terpaksa kami sengaja membatasi diri untuk tidak banyak mengisahkan sejarah hidupnya yang berkaitan dengan kisah khawariq al-adah ini. Ada banyak cerita lisan dari saksi yang masih hidup, namun ada satu yang sangat terkenal, yaitu yang sudah kami kisahkan dibagian awal tulisan ini.
Ada masa-masa ketika beliau mengalami kesulitan secara sosial lantaran mengalami jadzab atau menampakkan khawariq al-adah. Tentu saja tak semua kisah karamah ini bisa dikabarkan, karenanya disini terpaksa kami sengaja membatasi diri untuk tidak banyak mengisahkan sejarah hidupnya yang berkaitan dengan kisah khawariq al-adah ini. Ada banyak cerita lisan dari saksi yang masih hidup, namun ada satu yang sangat terkenal, yaitu yang sudah kami kisahkan dibagian awal tulisan ini.
أمدنا الله بمددهم وأفاض علينا من
بركاتهم وأسرارهم وعلومهم ونفحاتهم
وجمعنا بهم في الدنيا والاخرة
بركاتهم وأسرارهم وعلومهم ونفحاتهم
وجمعنا بهم في الدنيا والاخرة
رب فانفعنا ببركتهم ✩ واهدناالحسنى بحرمتهم
وامتنا في طريقتهم ✩ ومعافاة من الفتن
وامتنا في طريقتهم ✩ ومعافاة من الفتن
※Sumber kisah: Gus Aqib Malik
※Sumber teks dengan sedikit edit tanpa mengurangi "isi" : http://rumahcahaya.blogspot.com/2011/09/syaikhuna.html
※Sumber teks dengan sedikit edit tanpa mengurangi "isi" : http://rumahcahaya.blogspot.com/2011/09/syaikhuna.html
Post a Comment Blogger Disqus