"Syekh Ali Bin Muhammad Bin Ali Ar-Rahbini-Gondanglegi-Malang"
Beliau adalah cucu daripada guru seorang wali yang masyhur di Indonesia, tepatnya Bangkalan-Madura, Syekh Kholil Bangkalan. Kyai Kholil pernah berguru kepada kakeknya Ali Ar-Rahbini. Baik Ayahnya Syekh Muhammad Ar-Rahbini dan kakeknya Syekh Ali Ar-Rahbini (Guru Syekh Kholil) masyhur dengan keahlian yang menonjol dalam bidang qira’at (riwayat bacaan Al-Qur’an). Mereka hafal Al-Qur’an dengan tujuh qira’at (riwayat). Adapun Syekh Ali Ar-Rahbini, Di akhir hayat beliau tertimpa sakit hingga mengalami kebutaan, sehingga beliaupun berhenti mengajar di Masjidil Haram. Namun Syekh Kholil tidak berhenti belajar kepada Syekh Ali setelah beliau buta, karena Syekh Kholil memohon izin untuk terus belajar di rumah beliau dan beliaupun berkenan. Syekh Kholil sangat menghormati dan meyakini Syekh Ali, sehingga ketika Syekh Ali meyuruh Syekh Kholil pulang, Syekh Kholil mematuhi perintah itu walau sebenarnya beliau masih merasa kurang ilmu dan masih ingin menambah ilmu. Berkat kepatuhan itu Syekh Kholil diberkati oleh Allah SWT.
Meskipun sudah terkenal, hubungan Syekh Kholil dengan keluarga Ar-Rahbini berlangsung sampai pada cucu gurunya, yaitu Syekh Ali bin Muhammad bin Ali Ar-Rahbini. Cerita kedatangan Syekh Ali ke Indonesia (Madura) cukup menarik sebagai salah satu cerita karomah Syekh Kholil. Syekh Ali datang ke Indonesia pada tahun 1921. Waktu itu Syekh Ali masih berusia 18 tahun dan berguru kepada Syekh Kholil. Pada suatu pagi setelah shalat shubuh, seperti biasa Syekh Kholil mengajar santri di mushalla. Tiba-tiba Syekh Kholil menutup kitab dan berkata: “Sebentar lagi ada tamu agung, yaitu cucu dari guruku, Syekh Ali bin Muhammad bin Ali Ar-Rahbini.” Padahal, waktu itu belum ada telepon. Setelah Syekh Ali datang, Syekh Kholil menyuruh santri untuk mengambil tiga gelas di atas nampan. Gelas yang pertama diisi air putih. Gelas kedua diisi susu. Gelas ketiga diisi kopi. Syekh Kholil kemudian berkata pada santri-santri: “Apabila Syekh Ali minum susu, Insyaallah beliau tidak lama di Indonesia. Apabila Syekh Ali minum air putih, Insyaallah beliau akan tinggal lama di Indonesia dan akan pulang ke Makkah. Apabila Syekh Ali minum kopi, Insyaallah beliau terus tinggal di Indonesia.” Para santri pun menunggu saatnya Syekh Ali memilih di antara tiga gelas itu. Ternyata Syekh Ali memilih dan meminum kopi. Kontan saja para santri bersorak gembira. Syekh Ali hanya tersenyum saja, karena tidak mengerti apa yang terjadi. Kisah lainnya adalah Syekh Ali pun menikahkan salah satu cucunya dengan seorang cucu Syekh Kholil. Ketika lahir anak pertama dari pasangan sang Kyai cucu Syekh Kholil dan sang Nyai cucu Syekh Ali, maka Syekh Ali memberi nama bayi itu Kholi”. Syekh Kholil awalnya keberatan, karena sudah banyak yang bernama “Kholil” di keluarga beliau. Syekh Ali berkata: “Biarpun sudah ada seribu ‘Kholil’, tetap harus diberi nama ‘Kholil’. Seribu ‘Kholil’ seribu barokah!” Anak itu pun diberi nama “Kholil”.
Karomah Syekh Ali bin Muhammad bin Ali Ar-Rahbini yang disaksikan oleh banyak orang adalah waktu musibah terjadinya gempa di Malang sekitar tahun 80-an, karena kuatnya gempa sehingga merobohkan menara masjid Jami' Gondanglegi bahkan rumah-rumah didaerah itu banyak yang rata dengan tanah, pada saat kejadian beliau pada saat itu sedang i'tikaf dimasjid tetap tenang dan diam seakan tidak terjadi apa-apa sementara jama'ah lainnya lari menyelamatkan diri.
Ketawadu'an beliau dikenal banyak orang, salah seorang sesepuh desa saya pernah menceritakan secara langsung kepada saya bahwa meskipun Syekh Ali Ar-Rahbini adalah seorang ulama, beliau sering belanja ke pasar dengan membawa keranjang, sehingga istri beliau sendiri tidak pernah terlihat pergi belanja ke pasar.
Masya allah jed ana ini
ReplyDelete💗💗💗👍🏻🙏🏻
ReplyDelete