Mawlana Syekh Hisyam Kabbani (q)
Shuhba bakda Zikir Khatm Khwajagan
Fenton, Michigan, 4 April 2013
Nawaytu 'l-arba'iin, nawaytu'l-'itikaaf, nawaytu'l-khalwah, nawaytu'l-riyaadha, nawaytu's-saluuk, nawaytu'l-'uzlah, lillahi ta'ala fii hadza'l-masjid
Allahumma thahhir qalbii min asy-syirki wa'n-nifaaq
Allahumma shalli 'alaa Sayyidina Muhammad hattaa yardhaa Sayyidina Muhammad (s)
Salam 'alaykum wa rahmatullahi wa barakaatuh
[Khatm]
Tidak terlalu panjang atau pendek, karena Syekh Ali berkata, jika kita tidak mendapat nasihat, maka tidak ada manfaat.
A'udzu billah mina 'sy-syaythani 'r-rajiim
Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim
kalimataan khafiifataan `ala al-lisaan...
Inna Allah laa yu`adzdzibahu `abdahu wa laakin qad yabtalii -
Nabi (s) bersabda, “Allah (swt) tidak menghukum, laa yu`adzdzib, tidak menghukum orang yang dicintainya, tetapi mungkin Dia akan mengirimkan ujian atau kesulitan baginya."
Itu adalah sesuatu yang besar! Karena jika kalian mencintai saya, kalian tidak akan menyakiti saya. Dan jika saya mencintai kalian, saya ingin segala sesuatu menjadi baik untuk kalian. Tetapi Nabi (s) bersabda, “Allah tidak menghukum orang-orang yang dicintai-Nya, tetapi Dia dapat mengirimkan ujian bagi mereka. Jadi itu artinya Allah ingin agar orang-orang yang dicintai-Nya bersabar. Dengan menguji mereka apa saja, jika Allah mengirimkan kalian ujian, kepedihan, atau kesulitan atau bertengkar dengan orang lain, semua ini adalah ujian yang bisa kalian alami di dalam kehidupan kalian. Dan terutama bagi mereka yang merasa dirinya lebih dari orang lain.
Jika Allah mengatakan, “Aku tidak menghukum orang yang Ku-cintai, tetapi Aku mengujinya," itu artinya walaupun Dia mencintainya, Dia ingin agar ia bersabar, bahkan ujian yang paling berat pun akan datang, Dia ingin agar ia bersabar menghadapi ujian-ujian ini, sebagaimana Asma Allah terakhir adalah Ash-Shabuur, Yang Maha Penyabar.
Jadi Allah ingin agar orang bersabar ketika menghadapi ujian. Dan Nabi (s) bersabda, "Aku adalah orang yang paling banyak menerima ujian dan cobaan", sepanjang hidupnya beliau tidak mendapat ketenangan dan kedamaian. Beliau (s) hijrah dari Mekah ke Madinah, membangun negeri, memerangi musuh, dan beliau tidak mempunyai waktu untuk beristirahat, tetapi Nabi (s) tetap bahagia. Beliau (s) tidak pernah mengeluh. Tetapi kita semua mengeluh, siang dan malam kita mengeluh. Bahkan kita pun mengeluh mengenai napas yang kita hirup. Ego kalian mengeluh ketika kalian menarik napas dalam salat, ego kalian muncul dan berkata, “Mengapa engkau bersusah payah untuk salat, tidak usah salat. Banyak orang yang tidak salat, Apakah engkau percaya dengan Neraka? Tidak, di mana itu?” Setan datang dan bermain-main dengan kita. Segera setelah kalian mengucapkan, “Allaahu akbar, segala jenis gosip, pikiran buruk datang pada kalian, dapatkah kalian menghentikannya? Tidak.
Jadi Allah menguji kita, jadi ketika kalian melihat hal ini, apakah kalian ingin tahu apakah Allah menguji kalian? Salatlah 2 rakaat, segera setalah kalian mengucapkan, “Allahu akbar”, apa yang akan terjadi? [Nanti malam makan apa ya?] Segera setelah kalian mulai salat, Allah membiarkan Setan keluar dari belenggunya dan membuat kalian lupa berapa rakaat yang telah kalian kerjakan, 3 rakaat, 5 rakaat, 10 rakaat, bahkan 1 rakaat.
Tetapi Mukmin mempunyai sudut pandang yang berbeda. Apa yang dikatakan oleh Sayyidina 'Abdul-Qadir al-Jilani (q) mengenai Mukmin? Ketika Allah menguji mereka, ia akan mengerti bahwa ada kemaslahatan, ada manfaat di balik ujian itu. Karena ketika Setan datang dan berbisik di telinga kalian, kalian akan berjuang melawannya dan melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang dikatakannya. Allah akan memberi pahala untuk kalian. Dan pahala Allah tak terhingga, kita tidak tahu seperti apa pahalanya, tetapi sayangnya kita tidak mengejar pahala itu, kita malah mengikuti apa yang dikatakan oleh Setan. Tetapi para awliyaullah ingin agar murid-murid mereka menerima kesulitan itu, karena bersabar dalam menghadapi kesulitan akan mendatangkan pahala dari Allah.
Tiga hari yang lalu Mawlana Syekh berkata, “Aku diperintahkan untuk tidak berbicara selama 3 hari. Aku berpuasa untuk tidak bicara. Setelah 3 hari, aku akan memberi pelajaran yekh berkata, “Aku diperintahkan untuk tidak berbicara selama 3 hari. Aku berpuasa untuk tidak bicara. Setelah 3 hari, aku akan memberi pelajaran yang sangat berat.”
Dan di dalam ajarannya, beliau menyebutkan tentang waktu, jam. Cara beliau membawakan subjek itu, beliau mengatakan, setiap orang mempunyai jam. Mengapa kalian mempunyai jam? Untuk mengetahui waktu. Mengapa kalian ingin mengetahui waktu? Kalian tidak perlu mengetahui tentang waktu. Jika kalian merupakan orang yang sungguh fokus, kalian tidak memerlukan jam. Maghrib adalam waktu kalian dan Subuh adalah waktu kalian, tetapi Maghrib, kalian akan segera mengetahui bahwa itu telah Maghrib, kalian tidak memerlukan jam. Setelah 1.5 jam kalian tahu bahwa itu sudah Isya. Dan setelah Isya kalian tidur. Kalian tahu bahwa Subuh adalah 1.5 jam sebelum matahari terbit dan setelah matahari terbit, itu adalah waktu untuk …
Jadi, jam adalah untuk dunia, bukan untuk akhirat. Beliau membuka subjek itu untuk mengatakan agar jangan mengikuti dunia, tetapi ikuti akhirat. Tidak ada waktu di sana. Di dunia, kalian menghitung hari-hari kalian, semakin berkurang dan berkurang. Jadi mereka mempunyai hari dan bulan pada jam dan ketika berlalu, kalian telah kehilangan satu hari dalam kehidupan kalian.
Dan Mawlana mengatakan, semoga Allah memanjangkan umurnya, kalian bisa mempunyai sebuah jam, tetapi pastikan bahwa kalian menggunakannya untuk kebaikan kalian di akhirat.
Awliyaullah mereka memandang untuk masa depan. Mereka tidak melihat masa lalu. Apa yang telah berlalu, itu sudah lewat, selesai. Umurmu berapa? [22] Bagus, 42 tahun telah berlalu dari kehidupanmu, selesai. Jangan repot-repot, tetapi berusahalah untuk mencapai hal-hal yang lebih baik lagi di waktu-waktu mendatang. Beliau membawa (subjek) waktu sebagai simbol, lihatlah ke depan!
Jangan ikuti orang-orang yang tidak menginginkan yang terbaik untuk kalian. Jangan ikuti mereka yang terkait dengan Setan. Orang yang mencintai kalian adalah orang-orang yang mengatakan tentang akhirat kepada kalian. Itulah yang harus kalian fokuskan dalam hidup kalian.
Jadi awliyaullah, “Jangan menyibukkan diri dengan dunia”, da`wa `ankum al-kalaam fii hadzihi'l-maqaamat. Jangan terlalu banyak bicara tentang maqam-maqam yang tinggi. Setiap orang ingin agar kalian bicara tentang maqam-maqam yang tinggi, tetapi beliau berkata, “Jangan, bangun dulu infrastrukturnya. Jangan melihat pada lantai atas. Jika kalian tidak membangun fondasi gedung, kalian tidak bisa naik ke lantai atas dan mengabaikan fondasinya dapat menyebabkan gedung itu menjadi runtuh."
Itulah yang kalian lihat, orang-orang Sufi Guufi, mereka berpikir bahwa mereka adalah Sufi, dan mereka mempelajari berbagai macam filosofi dan logika untuk membangun kastil di langit untuk kalian. Dan apa yang Allah katakan?
Yaa ma`syaral-jinni wal-ins inis tatha`tum an-tanfudzuu min aqthaari's-samawaati wal-ardhi fanfudzuu laa tanfudzuuna illa bi-sulthaan. Wahai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya tanpa Sultan. [55:33]
Itu artinya wahai manusia dan jin, jika kalian dapat menembus, tembuslah, tetapi ternyata tidak bisa. Kalian memerlukan sebuah fondasi, seorang sultan untuk membangun dan kemudian pergi. Jika kalian tidak mempunyai fondasi, apapun yang kalian ajarkan dari atas, itu akan jatuh dan runtuh.
Wa qadimnaa ila maa `amiluu wa ja`alanahaa habaa'in mantsuura, Kita sampai pada perbuatan apa yang telah mereka lakukan, dan membuatnya hancur seperti debu yang beterbangan. Mereka membangun sesuatu di angin.
Seorang profesor yang telah meninggal sekarang, ia dari Perancis, dan ia membangun dirinya sendiri dengan ilmu-ilmu dari berbagai agama dan filosofi, Buddhisme, Hinduisme, Zenisme, dan ia mendatangi pendeta, ia lebih tahu, pergi ke rabbi, ia lebih tahu darinya, pergi ke Syekh, ia lebih tahu, tetapi ke manapun ia pergi, ia tahu bahwa ada sebuah tali, tetapi ia tidak bisa memegangnya. Ia merasa ia memegang angin, hingga akhirnya menjadi bingung.
Akhirnya ia datang pada Mawlana Syekh. Ia berkata, “Apa yang harus aku lakukan? Aku merasa aku memegang angin.”
Dan Grandsyekh berkata kepadanya, karena kita semua, ajaran kita berasal dari nafsu kita, ia meletakkan nafsunya pada kertas, mengkopi dari sana sini, dan menjadikannya (semacam makalah) lalu membagi-bagikannya kepada orang. Itu seperti buah-buahan dari plastik, tidak ada manfaatnya. Semua ilmu yang kalian pelajari tidak akan bermanfaat seolah-olah kalian memegang tali imajinasi.
Ia berkata kepada Syekh, “Apa yang harus aku lakukan?” Grandsyekh menjawab, “Aku akan memberimu tiga contoh:
1) Engkau menanam sebutir benih lalu menyiraminya, lalu muncul tunas, lalu disirami lagi, muncul pohon, dan dengan buahnya. Apakah engkau masih menemukan benihnya? Tidak, ia telah fana.
2) Ambil sebuah telur, lalu letakkan di tanah selama 10 tahun, ia akan tetap menjadi telur. Tetapi letakkan di bawah seekor induk ayam selama 21 hari, apa yang kau punya sekarang? Anak ayam. Apakah masih ada telurnya? Tidak ada lagi.
3) Rahim ibu yang mengandung. Itu awalnya sperma dan sel telur kan? Ketika mereka menyatu, sperma dan sel telur itu kemudian muncul setelah 9 bulan dan 12 hari. Ke mana perginya sperma dan sel telur itu? Sekarang yang ada adalah bayi di dalam rahimnya.
Di manakah anak ayam? Di dalam telur. Di mana benihnya? Di dalam tanah. Mereka semua mengasingkan diri dari dunia. Benih memasuki khalwat, telur memasuki khalwat, bayi di dalam rahim memasuki khalwat. Dan dalam setiap khalwat terjadi transformasi dari satu bentuk menjadi bentuk yang lain. Dari benih menjadi pohon, dari telur menjadi anak ayam, dari sperma dan sel telur menjadi bayi, seorang anak. Dan jika engkau tidak memasuki khalwat dan menggosok diri kalian dari kemarahan, maka kalian tidak akan berubah.”
Lalu orang itu mengucapkan, “Asyhadu an la ilaha ill 'Llah wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.” Ia mengatakan bahwa tidak ada orang yang memberi jawaban seperti itu dari orang-orang yang pernah ia tanya. Jadi, bila kalian tidak melangkah dari nafsu kalian, baik atau buruk, tidak ada nafsu untuk akhirat, tidak ada nafsu untuk dunia. Jika kalian mempunyai nafsu untuk dunia, selesai. Tidak ada 2, 4, 8, 10 nafsu untuk akhirat. Jika kalian mengubah diri menjadi seseorang yang hanya mencari akhirat, Allah akan membukakan untuk kalian apa yang tertutup.
Allahuma shalli `alaa Sayyidina Muhammad (s) al-faatih limaa ughliq.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi-Mu, (yang merupakan) kunci bagi apa yang tertutup.
Ketika kalian sepenuhnya telah memutuskan cinta terhadap dunia, lalu mereka akan membukakan cinta kalian untuk akhirat dan… jadi jangan membuang-buang waktu untuk membaca buku-buku atau mengajarkan berbagai hal. Tetapi kita harus melakukan hal itu, untuk mengulangi dan mengulangi lagi bagi diri kita dan orang lain. Satu-satunya yang kami katakan adalah untuk mengalahkan keempat musuh kalian: nafs, dunya, hawwa dan Setan.
Nafs—ego kalian, dunya—kecintaan terhadap dunia, hawwa—nafsu, Setan—mengejar Setan.
Ketika kalian telah melepaskan keempatnya, maka kalian akan mampu mengajar. Bila kalian sudah sakit, apa yang kalian ajarkan pada orang? Penyakit! Itulah sebabnya mengapa beberapa awliyaullah, mereka tidak pernah bicara, seseorang datang pada mereka, awliyaullah membacakan untuk mereka. Beberapa awliyaullah tidak pernah berbicara tentang nasihat. Kehadiran mereka sendiri sudah merupakan nasihat. Kalian datang pada mereka dan mereka duduk dan membusanai kalian dengan apa yang mereka miliki.
Beberapa awliyaullah, mereka mempunyai keran dan dengan keran itu mereka mengambil dan memberikannya kepada para pengikutnya. Kita harus bersyukur kepada Allah bahwa Dia menghubungkan kita dengan seseorang yang kerannya terbuka, bukan seseorang yang kerannya tertutup. Beliau dapat memberi kalian dari kalbu Nabi (s), dari ilmu-ilmu yang tersembunyi. Dan mereka menggunakannya kadang-kadang dalam bahasa yang sangat dasar, dan kadang-kadang jika mereka mau, mereka dapat memberi pelajaran dengan cara yang tidak dapat dimengerti oleh seorang pun.
Mereka memberi sesuai dengan orang yang duduk bersamanya, sesuai dengan maqam/levelnya, seperti halnya seseorang di zamannya Sayyidina 'Abdul-Qadir al-Jilani (q), beliau menjelaskan Surat al-Fatiha. Belai berbicara selama setengah jam dan berkata bahwa ini adalah untuk dapat dimengerti oleh setiap orang, lalu beliau membaca Surat al-Fatiha dan menjelaskan lagi selama setengah jam dan berkata bahwa penjelasan ini hanya untuk para ulama, orang-orang awan tidak dapat memahaminya. Lalu beliau berbicara lagi mengenai Surat al-Fatiha, dan berkata bahwa ini hanya dapat dimengerti oleh para awliyaullah, tidak ada orang lain yang dapat memahaminya. Lalu beliau memberi penjelasan lain dan mengatakan bahwa ini untuk orang yang bersembunyi di balik pilar. Dan mereka melihat siapa orang itu, ternyata ia adalah Sayyidina Khidr (as) yang kemudian langsung pergi.
Jadi kita beruntung memiliki seorang Syekh yang mempunyai dua keran, satu dari maqam pemahaman yang umum, dan satu level lagi untuk maqam yang tinggi, walaupun orang tidak mengerti, apa yang dikatakan akan bermanfaat bahkan anak-anak pun akan mendapat manfaat dengan apa yang dikatakannya. Oleh sebab itu saya menganjurkan untuk membawa anak-anak untuk duduk bersama Mawlana Syekh, tetapi hanya jika mereka dapat tenang seperti anak-anak di sini sekarang. Tetapi kadang-kadang ada anak yang menangis, dengan segera pelajaran itu akan turun satu level. Lalu mengapa mereka tidak membawa anak mereka untuk menenangkannya dan kemudian kembali lagi. Tetapi apapun itu, mereka akan dibusanai dengan maqam-maqam tersebut.
Sumber: Sufilive
© Hak Cipta 2014 oleh Sufilive. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Transkrip ini dilindungi oleh Hukum Hak Cipta Internasional. Dimohon untuk menyebutkan Sufilive ketika membaginya. JazakAllahu khayr.
Post a Comment Blogger Disqus