Ibn Arabi, Qutub Pengetahuan agung (1165-1240 H), mengatakan bahwa ia menghabiskan waktunya dengan dua perempuan sufi yang lebih tua yang berpengaruh mendalam pada dirinya: yakni Syams dari Marchena, dan Fathimah dari Kordoba. Dari Fathimah, yang bersamanya ia menghabiskan waktu-waktunya, ia mengatakan:
"Aku membaktikan diri sebagai murid salah seorang pecinta Tuhan, seorang arif billah, perempuan dari Sevilla yang bernama Fatimah binti ibn al-Mutsanna dari Kordoba. Aku berkhidmat kepadanya selama beberapa tahun. Ia perempuan berusia lebih dari 95 tahun... Ia biasa memainkan tamborin dan menunjukkan kebahagiaan besar dalam memainkannya. Saat aku menanyakan kepadanya tentang hal itu, ia menjawab",
"Aku berbahagia dengan-Nya Yang telah berpaling kepadaku dan menjadikanku salah seorang wali-Nya, menggunakan aku demi keinginan-keinginan-Nya. Siapakah aku yang harus dipilih-Nya di antara sekian banyak manusia? Dia cemburu kepadaku karena, kapanpun aku berpaling kepada sesuatu selain-Nya, Ia mengirimku cobaan-cobaan menyangkut sesuatu tersebut..."
Ibnu Arabi berkata,
"Dengan tanganku sendiri aku membangun gubuk untuknya yang ukurannya setinggi dia. Di dalamnya, ia tinggal sampai wafatnya. Ia biasa berkata kepadaku, Aku ibu spiritualmu dan cahaya ibu bumimu. Ketika ibuku datang mengunjungiku, Fathimah berucap kepadanya, Wahai cahaya, inilah putraku dan ia ayahmu, maka perlakukan dia secara anak-anak dan jangan membencinya"
Tuhfah, seorang sufi wanita dianggap gila yang ditemukan Sarri as Saqati di rumah sakit jiwa dan membuatnya terkesima, kedua kakinya dirantai. Ia sering melantunkan bait-bait syair cinta.
Wahai, aku tidak gila tapi hanya mabuk!
Kalbuku sadar betul dan amat bening.
Satu-satunya dosa dan kesalahanku ialah dengan tidak tahu malu menjadi kekasih-Nya…
Tuhfah adalah seorang budak dikenal pandai memainkan gambus, setelah membanting gitarnya, oleh majikannya dia dimasukkan rumah sakit jiwa, syair indah lainnya:
Aku akan mati namun,
Cintaku tetap tak akan berubah
Jiwaku pun takkan pernah merasa puas
Selamanya oleh rasa cinta kepadaMu
Wahai harapan segala harapan
Hanya Engkaulah harapanku
Tempat kerinduan dan rahasiaku
Bukankah Engkau petunjuk jalan
Bagi yang sesat dalam perjalanan
Penolong bagi mereka yang jatuh ke jurang.
Bayazid al-Busthami (w.874 H), guru sufi lain yang terkenal, ditanya tentang siapakah gurunya, ia menjawab bahwa gurunya seorang perempuan tua yang dijumpainya di padang pasir. Perempuan ini menyebut dirinya (Bayazid) sebagai penindas yang tidak berguna. Bayazid bertanya tentang alasan penyebutan itu. Perempuan tua itu menjawab bahwa ketika Bayazid menggunakan karamahnya dengan menggunakan seekor singa untuk membawa sekarung tepung, maka ia sedang menindas makhluk Allah itu sendiri yang telah dibiarkan bebas berkeliaran, dan dengan menginginkan pengakuan atas karamah tersebut, ia tengah memperlihatkan kebanggaannya. Ucapan perempuan tadi memberi petunjuk spiritual kepadanya selama beberapa waktu.
Perempuan lain yang sangat dihormati oleh Bayazid adalah Fathimah Naisapuri (w. 838 H). Tentangnya, ia berkata:
"Tidak ada maqam (di Jalan Sufi) yang kuceritakan kepadanya yang belum pernah dialaminya. Suatu saat seseorang bertanya kepada tokoh sufi besar dan Mesir, Dzunnun al-Mishri. Menurut Anda, siapakah sufi yang paling tinggi kedudukannya? Ia menjawab, Seorang perempuan di Makkah, Fathimah Naisapuri, yang ucapan-ucapannya menunjukkan pemahaman yang mendalam atas makna batin al-Quran. Mengomentari lebih jauh tentang Fathimah, ia menambahkan, Dia wali Allah dan guruku.
Suatu ketika Fathimah menasehatinya, Dalam segenap perbuatanmu, jagalah tindakanmu dengan ketulusan dan lawanlah nafsu rendahmu. Dia juga berkata, "Barang siapa yang tidak merasakan Tuhan dalam kesadarannya, berarti ia berbuat kesalahan dan terkena tipu daya, apapun bahasa yang digunakannya, dan siapapun temannya. Namun barang siapa berpegang teguh dengan persahabatan Tuhan, tidak akan pernah berbicara selain dengan kesucian dan berpegang secara kukuh kepada sikap zuhud yang penuh kerendahan hati serta pengabdian yang teguh gairah dalam prilakunya".
Istri sufi abad ke-9 al-Hakim al- Tirmidzi adalah seorang sufi juga suaminya dengan caranya sendiri (independen). Dia biasa bermimpi untuk suaminya dan dirinya. Khidhr, tokoh misterius, biasa menampakkan diri dalam mimpinya.
Fathimah atau Jahan-Ara, putri kinasih Syah Jahan, penguasa Moghul di India (1592-1666). Fathimah menulis suatu laporan pentahbisannya yang bertajuk Risalah Shahibiyyah, yang dikenal sebagai ekposisi yang indah dan ilmiah dari kembangan-kembangan tasawuf dalam kalbunya.
Tokoh perempuan sufi lainnya adalah Aisyah dari Damaskus. Ia seorang sufi terkenal dari abad ke-15. Ia menulis komentar termasyhur atas karya Khwajah Abdullah Anshari, (Tingkatan-tingkatan Para Pesuluk), berjudul (Isyarat-isyarat Tersembunyi dalam Tingkatan-tingkatan Para Wali). Bibi Hayati Kermani termasuk sebuah keluarga yang dicelup dengan tradisi tasawuf. Abangnya adalah seorang syaikh tarekat Nikmatullahi, dan ia menjadi istri guru Mursyid tarekat tersebut. Setelah pernikahannya, ia menggubah sebuah diwan (kumpulan syair) yang memperlihatkan integrasinya atas pengetahuan lahiriah dan batiniah tradisi tasawuf.
Di kalangan Bekhtasiyyah, sebuah tarekat yang telah mengintegrasikan lelaki dan perempuan dalam peringatan, banyak perempuan meneruskan tradisi menggubah kidung-kidung suci. Pada tahun 1987, sebuah buku kidung berjudul Gul Deste (Setangkai Mawar) dipublikasikan di Turki. Buku itu memadukan hymne-hymne yang ditulis oleh perempuan dan lelaki dari tradisi Bekhtasyi sejak abad ke-19 hingga hari ini.
Dan masih banyak lagi yang lainnya, begitulah cerita para Kekasih Tuhan sebagai cermin diri kita yang masih jauh dari ujung jalan, setiap saat, kita menegaskan kembali perkawinan batin sampai tidak ada lagi istilah pecinta atau Kekasih melainkan Ketunggalan Wujud saja. Perlahan-lahan, kita mati untuk yang sesuatu yang kita pikirkan. Kita dileburkan dalam Cinta. Kita menjadi Cinta,
Rabiah al- Adawiyyah mengatakan:
Dalam cinta, tidak ada yang eksis antara dada dan Dada
Ucapan dilontarkan dari perasaan rindu
Paparan hakiki dari cita rasa yang sebenarnya
Sulit menjelaskan apa hakikat cinta
Siapa yang mengalami, dia mengetahui
Bagaimana mungkin
Engkau dapat menggambarkan yang engkau sendiri bagai hilang dari hadapan-Nya
Dan dalam Wujud-Nya engkau tetap ada
karena hatimu gembira sehingga membuat lidahmu kelu
(Berbagai sumber)
Post a Comment Blogger Disqus
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.