Apakah orang seperti saya diberi rukhsoh (keringanan)?”
Nama lengkapnya Amru bin Qois bin Zaidah bin al-Ashom bin Haram bin Rawahah bin Hajar bin Abdu bin Mu’ish bin ‘Amir bin Luai al-Quraisyi al-Amiry. Penduduk Madinah memanggilnya Abdulah, sedangkan penduduk Irak memanggilnya Amru. Ibunya ‘Atikakah binti Abdullah bin Ankatsah bin ‘Amir. Dengan demikian beliau adalah anak paman Khodijah binti Khuwailid (istri Rasulullah).
Mengenai keislamannya para ahli sejarah mengatakan bahwa beliau masuk Islam pada awal-awal di Mekkah. Beliau juga termasuk orang-orang muhajirin awal-awal yang datang ke Madinah sebelum Rasulullah berhijrah ke sana. Menurut al-Waqidy beliau datang beberapa bulan setelah perang Badr. Pendapat pertama lebih benar sebagaimana diriwayatkan dari Abu Ishaq dari al-Barra menyebutkan bahwa orang yang datang pada kami sebagai muhajir (yang berhijrah) adalah Mush’ab bin ‘Umair setelah datang Ibn Ummu Maktum.
Selama berkhidmah demi tersebarnya ajaran Islam, beliau menjadi muadzin (tukang adzan) Rasulullah kedua setelah Bilal. Meskipun buta matanya, tapi semangat untuk memperjuangkan Islam sangat tinggi. Beliau mempunyai kelebihan suara bagus, maka Rasulullah pun jadikan sebagai muadzin. Sejarah keislamannya diabadikan dalam al-Qur’an, surah A’abas ayat 1-2. ayat itu berbunyi, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena datang seorang buta.” Ayat ini turun ketika beliau (Ibn Ummu Maktum) datang kepada Rasulullah untuk bertanya tentang ajaran Islam. waktu itu Rasulullah sedang kedatangan tamu agung, yaitu pembesar-pembesar Quraisy. Sehingga mungkin perhatiannya ditumpukan kepada tamunya. Diharapkan bahwa mereka juga akan masuk Islam setelah mendengar penjelasan dari Rasulullah. Sikap Rasulullah itu ditegur oleh Allah karena tidak memberi perhatian kepadanya. Allah langsung menegur Rasulullah karena Allah tahu bahwa mereka itu tidak akan memeluk Islam. Sejak peristiwa itu, Rasulullah selalu menghormatinya bahkan bertanya kepadanya mengenai apa yang diinginkan. “Selamat datang kepada orang yang Allah beri teguran padaku” begitu setiap kali berjumpa dengannya.
Suatu hari beliau datang mengadu kepada Rasulullah. “Saya tidak punya orang yang dapat menunjukkan aku ke masjid” kata beliau. Beliau meminta keringanan kepada Rasulullah agar dapat sholat di rumah. Rasulullah pun memberi keringganan padanya. Ketika hendak pulang ke rumahnya, Rasulullah memanggilnya, “Apakah mendengar panggilan sholat?” beliau menjawab, “Iya.” Rasulullah berkata, “Penuhilah panggilan itu.”(HR.Muslim).
Ketika firman Allah dalam surah an-Nisa; 95, “Tidaklah sama orang duduk-duduk (tidak ikut berperang) dari orang-orang mukmin..” turun, beliau bertanya, “Apakah orang seperti saya diberi rukhsoh (keringanan)?” Tak lama turunlah ayat berikutnya, “Selain dari orang-orang yang ada uzur.”
Beliau diberi amanah untuk memimpin sholat Madinah oleh Rasulullah selama kurang lebih 13 kali ketika Rasulullah ikut dalam pelbagai peperangan. Diantara peperangan itu adalah perang Abwa, Bawath, Dzul ‘Asyiroh, Badr dll. Meskipun sudah diberi izin untuk tidak berperang, hanya saja beliau ikut perang Qodasia. Dengan membawa bendara warna hitam dan memakai baju perang, beliau maju ke medan perang.
Pada tahun 23 Hijriah, beliau menghembuskan nafas terakhir di Madinah. Selama bersahabat dekat dengan Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 3 hadits.
Sumber:
Meniti Jalan Para Sahabat
Meniti Jalan Para Sahabat
Post a Comment Blogger Disqus