Nama lengkapnya Utsman bin Madh’un bin Habib bin Wahab al-Jumhy. Nama panggilannya Abu as-Saib. Pada masa jahiliyah beliau termasuk salah satu penguasa Arab yang terkenal bahkan melarang meminum arak/khomer. Beliau termasuk orang berpengaruh dan terhormat di kalangan kaum Muhajirin.
Beliau masuk Islam setelah tiga belas orang lebih dulu masuk Islam. Pada waktu Rasulullah perintahkan umat Islam untuk berhijrah, beliau ikut berhijrah ke Habysah dan Madinah.
Dalam masalah ibadah beliau dikenal sangat bersemangat sehingga keluar dari batas kewajaran. Dalam hal ini Rasulullah melarang beliau untuk hidup membujang dan menjauhi istri. Bahkan melarang untuk banyak petualang di keluar kota. Suatu hari Rasulullah datang ke rumahnya. Rasulullah berkata, “Wahai Utsman, Aku diutus Allah ke bumi ini tidak untuk mengajarkan ‘kerahiban’. Sebab sebaik-baiknya agama di sisi Allah adalah agama yang lurus dan tidak berlebih-lebihan.” Di hadits lain dari Aisyah diceritakan bahwa istri Utsman bin Madh’un, Khaulah binti Hakim masuk ke rumahnya. Wajahnya begitu murung dan tidak enak dipandang. Kemudian Aisyah bertanya, “Apa yang terjadi denganmu?” Dia menjawab, “Suamiku gunakan waktu malam untuk sholat dan siangnya untuk puasa (tidak ada waktu untuk istrinya).”
Setelah itu tiba-tiba Rasulullah masuk. Aisyah memberitahu mengenai perkara itu. Rasulullah pun langsung menemui suaminya. “Wahai Utsman, kerahiban tidak ada dalam ajaran Islam. Kamu adalah contoh baik dari kami? Demi Allah, saya ini orang yang paling takut kepada Allah dan paling patuh hukum-hukumnya”
Seperti halnya sahabat-sahabat yang lain, beliau pun mendapat siksaan dari orang-orang Quraisy. Pada suatu hari Rasulullah masuk Ka’bah. Setelah itu melaksanakan sholat dan dalam sholatnya membaca surat an-Najm 57-62: “Telah dekat terjadinya hari kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan itu? Dan Kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkannya. Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia.” Kemudian Rasulullah sujud. Para sahabat yang ada dibelakang juga sujud. Anehnya orang-orang musyrik ikut sujud juga. Sebagian sahabat mengira bahwa orang-orang Quraisy sudah masuk Islam. Maka diutuslah beberapa orang pergi ke Habysah (Ethopia) untuk memberitahukan kepada orang-orang berhijrah agar kembali lagi ke Mekkah karena keadaannya sudah aman. Mereka (yang berhijrah ke Habsyah) diberitahu bahwa penduduk Mekkah sudah masuk Islam. Kemudian mereka pun segera pulang ke Mekkah setelah menerima kabar itu. Pada waktu mereka sudah dekat dengan Mekkah, mereka diberitahu bahwa berita itu tidak benar. Penduduk Mekkah belum berislam semua. Maka tidak seorang pun berani ke Mekkah kecuali dengan cara sembunyi-sembunyi ataupun di pinggiran saja.
Setelah mendapatkan siksaan dan tekanan yang begitu dahsyat dari orang-orang musyrik, beliau ikut berhijrah ke Madinah bersama sahabat yang lain. Di sana beliau mendapatkan ketenangan dan keluasan dalam beribadah. Hari-harinya dilalui dengan ibadah. Tidak seperti di Mekkah yang selalu disiksa dan ditekan oleh orang-orang musyrik Mekkah.
Suatu hari beliau ditampar orang musyrik hingga kena matanya. Apa yang reaksi atas siksaan itu? Beliau menjawab, “Demi Allah, mataku masih sehat. Niscaya yang satunya menginginkan hal yang sama di jalan Allah. Saya benar-benar berada di samping orang yang lebih mulia dan dihargai daripada kamu.”
Beliau wafat di Madinah beberapa tahun setelah hijrah. Dan beliau diantara kaum muhajirin yang pertama kali dikubur di kuburan Baqi’. Dari ‘Aisyah r.a. diriwayatkan bahwa Rasulullah datang melayat. Diciumnya kening Utsman bin Madh’un. Sementara air matanya menetes di pipinya.”
Pada waktu Ruqoyyah, putri Rasulullah, meninggal Rasullah memberikan kata perpisahan, ”Temuilah dengan salaf sholeh kita (orang yang lebih dulu meninggal), Utsman bin Madh’un.”
Sumber:
Meniti Jalan Para Sahabat
Meniti Jalan Para Sahabat
Post a Comment Blogger Disqus