Mistikus Cinta

0
Sejak abad 11 Hijriyah (17 Masehi) telah terjadi hubungan yang sangat intens dalam dunia keilmuan dan keagamaan antara Timur Tengah dengan kepulauan nusantara. Hubungan intens ini diawali dengan pengembaraan Abdur Rauf as-Singkili, putra Aceh yang haus akan ilmu, ke kawasan Jazirah Arab selama 27 tahun, menjelajahi pusat-pusat ilmu di wilayah tersebut mulai dari Zabid, Bait al-Faqih, Tarim (Hadramaut), Mekah, Madinah (Haramain) dan kota-kota lain.

Pengembaraan ini diikuti oleh Muhammad Yusuf al-Makassari yang berasal dari Makassar dan dilanjutkan oleh ulama-ulama berikutnya. Pada abad ke 18-19 tercatat nama-nama besar yang lama melanglang buana di kawasan Jazirah Arab untuk menuntut ilmu hingga menjadi ulama terkemuka, baik yang tinggal di sana hingga wafat maupun yang kembali ke tanah air. Diantara mereka adalah Muhammad Arsyad al-Banjari, Abdus Shamad al-Falimbani, Dawud al-Fathani, Abdur Rahman al-Battawi, Abdul Wahab al-Bugisi dan Muhammad Nafis al-Banjari. Kemudian disusul oleh Ahmad Khatib Sambas, Abdul Gani Bima, Ahmad Rifa’i, Muhammad Khalil Bangkalan, Nawawi al-Bantani, Abdul Karim al-Bantani (paman Nawawi), Mahfudz at-Tarmisi, Shaleh as-Samarani, Ahmad al-Fathani, Yusuf Sumbawa dan Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ada nama-nama Asnawi, Hasyim Asy’ari, Ahmad Dahlan, Abdul Wahab Hasbullah, Nakrawi al-Banyumasi, Abdul Halim Majalengka, Abdul Karim Amrullah, Jamel Jambek, Hasan Musthafa al-Garuti, Sulaiman ar-Rasuli, dan banyak lagi nama-nama lainnya. Pada pertengahan hingga akhir abad ke-20 tercatat nama-nama Muhsin al-Falimbani al-Musawi, Janan Taib, Abdul Karim al-Banjari dan banyak lagi yang lain termasuk Muhammad Yasin al-Fadani.

Syeikh Muhammad Yasin al-Fadani adalah ulama al-Jawi yang paling menonjol keilmuan dan kepakarannya di Mekkah (Haramain) pada pertengahan kedua abad ke-20 (abad 14-15 H). Bisa dikatakan ulama ini merupakan generasi terakhir dan terkemuka di Mekah yang disegani oleh ulama maupun pemerintah Saudi Arabia, karena pada masa sesudahnya peran ulama al-Jawi di Haramain, khususnya Mekah, dengan berbagai macam sebab kurang menonjol lagi.

Syeikh Yasin al-Fadani terkenal sebagai ulama muhaddits, ahli ilmu hadits paling menonjol di Haramain pada masanya. Pemerintah Saudi Arabia (khususnya Mekah) kurang menghendaki ulama al-Jawi lebih menonjol dibanding ulama Arab asli. Syeikh Yasin juga ahli fikih dan tasawuf terkenal, juga ulama yang terkenal ahli tafsir dan ilmu alat (kebahasaan Arab) baik di kalangan al-Jawi maupun secara umum di Haramain. Ia seorang ulama penulis (mu’allif) kitab yang produktif, lebih dari 60 judul kitab telah ditulisnya dan yang paling banyak adalah hadits dan musthalah hadits, termasuk 20 jilid Syarah Sunan Abu Dawud.

Yasin bin Isa al-Fadani dilahirkan di Mekah pada tahun 1335 H (bertepatan 1917 M). Ayahnya Syeikh al-Muammar Isa al-Fadani adalah seorang ulama al-Jawi asal Padang (Sumatera Barat) yang bermukim di Mekah. Pertama Yasin belajar kepada ayahnya sendiri, kemudian kepada pamannya, Syeikh Mahmud al-Fadani. Selanjutnya ia belajar di Madrasah Shaulathiyah yang didirikan oleh Syeikh Muhammad Rahmatullah ulama asal Delhi India tahun 1291 H/1874 M. sebagian besar murid madrasah ini berasal dari al-Jawi (Melayu), kemuddian India selanjutnya Asia Tengah dan Timur Tengah. Selepas dari Madrasah Shaulathiyah, Yasin al-Fadani belajar di Madrasah Darul Ulum ad-Diniyah, di samping juga mengikuti halaqah pada ulama-ulama di Masjid al-Haram. Madrasah Darul Ulum didirikan oleh Syeikh Sayid Muhsin al-Musawi al-Falimbani (1353 H/1934 M), seorang ulama keturunan Hadramaut, yang berasal dari Palembang (Sumatera Selatan). Sayid Muhsin sendiri asalnya belajar di Madrasah Sahulathiyah (tamat 1928), mengajar di madrasah tersebut sebelum mendirikan madrasah sendiri. Di samping Syeikh Sayid Muhsin, ada beberapa nama yang ikut mendirikan dan mengasuh madrasah yang berlokasi di Syi’ib Ali ini, di antaranya Zubair al-Mandili, Abdurrasyid al-Falimbani, Teungku Amir Muhtar, Abdul Wahid al-Jambi, Ya’qub Firaq Abdul Majid dan Raden Setyo Atmojo. Madrasah Darul Ulum merupakan kebanggaan al-Jawi (Melayu) di Mekah saat itu di samping Madrasah Indonesia al-Makiyah (didirikan Syeikh Jaman Taib 1923) dan Madrasah Sahulathiyah.

Sesuai dengan catatan Syeikh Yasin sendiri, ulama keturunan Padang (Minangkabau) ini belajar berbagai ilmu keislaman kepada 700 orang guru, baik ulama yang mengajarnya langsung sebagai murid maupun sahabat seniornya. Di antara guru-gurunya yang terkenal adalah Syeikh Muhammad Ali ibn Husaein ibn Ibrahim al-Maliki al-Makki (Yasin belajar minimal 7 kitab; Jam’ul Jawami’, Syarah Jalaluddin Mahalli, Tafsir al-Khazin, Tuhfah al-Muhtaj, Shahih Bukhari dan lain-lain). Syeikh Abu Ali, Hasan ibn Muhammad al-Massath (Yasin belajar 12 kitab; Sunan Abu Dawud, Jami’ Tirmidzi, Tafsir Jalalain, Minhaj Dzawi an-Nadhar, Ihya’ Ulumuddin, Hikam dan lain-lain). Ia berguru pada Syeikh Umar Bajanid ulama ahli fikih mufti Syafi’i di Mekah, belajar 7 kitab di antaranya; Syarah ibn Qasim al-Ghazi, Fathul Wahhab, al-Iqna’, Tuhfah al-Muhtaj, Minhaj at-Thalibin, Mughni al-Muhtaj, Shahih Bukhari. Berguru kepada Syeikh al-Faqih Sa’id ibn Muhammad al-Yamani untuk kitab Syarah al-Mahalli dan kepada Syeikh al-Faqih Hasan ibn Muhammad al-Yamani belajar Shahih Muslim dan Sunan an-Nasa’i. Belajar kepada Syeikh Ibrahim bin Dawud al-Fathani seorang musafir terkenal (belajar 5 kitab; Tafsir Baidlawi, Tafsir Jalalain, Jam’ul Jawami dan lain-lain). Syeikh Sayyid Alwi ibn Abbas al-Maliki al-Makki untuk belajar kitab-kitab Syarah Alfiyah ibn Aqil, al-Luma’, Lub al-Ushul dan beberapa yang lain. Yasin berguru juga kepada Sayyid Syeikh Muhammad ibn Amin al-Maliki untuk kitab-kitab al-Asymuni dan Risalah Thas Kubra. Guru-gurunya yang lain Syeikh Sayid Muhsin al-Falimbani, Syeikh Ahmad as-Syami’ al-Maliki, Syeikh al-Muammar Khalifah ibn Hammad al-Nabhani, Syeikh Ubaidillah as-Sindi ad-Diyubandi, Syeikh az-Zahid Abdullah bin Muhammad Ghazi al-Makki dan lain-lain. Rata-rata gurunya tersebut mengajar secara halaqah di Masjid al-Haram, sebagian di Madrasah Darul Ulum ad-Diniyah dan madrasah Shaulatiyah. Dengan gurunya yang sedemikian banyak maka wajarlah apabila ia nantinya benar-benar menjadi seorang alim allamah (ulama besar).

Syeikh Abul Fadl Muhammad Yasin al-Fadani pertama kali mengajar model halaqah di Masjid al-Haram Mekah. Sejak tahun 1356 H (1946 M), ulama ini mengajar di almamaternya Madrasah Darul Ulum ad-Diniyah dan sejak tahun 1359 H (1949 M) sebagai wakil kepala madrasah sebelum akhirnya dipercaya sebagai kepalanya. Madrasah ini pertama kali dipimpin oleh Syeikh Muhsin al-Falimbani (1934-1935), kemudian Syeikh Zubair Ahmad (1935-1945) dan yang ketiga Syeikh Ahmad Mansuri (1945-1965). Syeikh Yasin al-Fadani diangkat sebagai Kepala Madrasah Darul Ulum yang ke empat pada tahun 1384 H (1964 M) yang dijabatnya selama 26 tahun hingga ulama ini wafat 1410 H (1990 M). Di samping itu Syeikh Yasin juga mendirikan madrasah khusus putri yakni Madrasah Ibtidaiyyah Lil Banat di Samiyah Mekah (1362 H/ 1942 M) dan mendirikan pondok pesantren pada tahun 1377 H (1953 M).

Syeikh Yasin al-Fadani yang gemar menghisap Sisha (rokok ala Arab), walaupun lahir hingga wafatnya bertempat tinggal di tanah suci Mekah, tetapi mempunyai kepedulian yang sangat besar kepada tanah leluhurnya Minangkabau. Beberapa kali beliau bersilaturrahim ke Indonesia, dan yang terakhir pada saat diselenggarakannya MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) ke-15 di Lampung (sekitar 1988). Ulama besar ini adalah sesepuh (yang dituakan) dari ulama al-Jawi yang bermukim di tanah suci Mekah. Pengaruhnya sangat besar di kalangan ulama dan pelajar al-Jawi (Melayu) yang tengah bermukim di sana. Ulama-ulama Asia Tenggara yang sedang menunaikan ibadah haji pada masa lalu hampir dapat dipastikan pernah bersilaturrahmi dan minta doa restu kepada Syeikh Yasin al-Fadani ataupun untuk bermusyawarah dan berdiskusi tentang masalah keagamaan.

Di samping sebagai Syeikh dan mudir Madrasah Darul Ulum, Syeikh Yasin al-Fadani juga seorang mu’allif (pengarang) kitab yang sangat produktif. Lebih dari 60 judul kitab telah ditulisnya, meliputi beberapa disiplin ilmu keagamaan, di antaranya:
  • Ilmu Hadits: ad-Dar al-Mandlud Syarh Abu Dawud (20 jilid), Fath al-Akam, Syarh Bulugh al-Maram (4 juz).
  • Ilmu Ushul Fiqh dan Qawaid: Bughyah al-Musytaq Syarah Luma’ Abi Ishaq (2 juz); Khasiyah ala al-Ashbah Wa an-Nadha’ir; Tatmim ad-Duul Ta’liqat Ala Madhul al-Ushul ila ilm al-Ushul; ad-Dur an-Nadhlid; Al-Fawaid al-Janiyah; Ta’liqat ala Luma’ as-Syeikh Abi Ishaq; Idla;ah an-Nur; Khasiyah ala al-Talattuf Syarah al-Ta’rif fi Ushul al-Fiqh; Nayl al-Ma’mul Hasiyyah Ala Lub al-Ushul wa Syarh Ghayah al-Ushul.
  • Ilmu Alat dan lain-lain: Jani al-Tsam Syarh Mandhumat Manazil al-Qomar; al-Mukhtashar al-Muhaddzab; al-Mawahib al-Jazilah; Tasynif al-Sama’ Mukhtashar fi ilm al-Wadha’; Balaghah al-Musytaq fi ilm al-Istiqaq; Manhal al-Ifadah; Husnu al-Shiyaghah Syarh Kitab Durus al-Balaghah; Risalah fi al-Manthiq, Ittihaf al-Khalan Tandlih Tuhfah al-Ihwan fi ilm al-Bayan; Al-Risalah al-Bayyaniyyah.
  • Ilmu Musthalah Hadits khususnya masalah Isnad: Mathmah al-Wijdan (3 juz); Ittihaf al-Ihwan bi Ihtishar Mathmah al-Wijdan; Tanwir al-bashirah bi Thuruq al-Isnad al-Syahirah; Faidl ar-Rahman al-Qaul al Jamil bi Ijazah Samakat as-Sayyid Ibrahim Aqil; Fadil Muhaimin; Al-Maslak al-Jali; Al-Wushul ar-Rati; Asanid Ahmad ibn Hajar al-haitami; Al-Irsyadat as-Sawiyah fi Asanid al-Kutub an-Nahwiyah wa al Sharfiyah; Al-Ajalah fi al Hadits al-Musalsalah; Asma al-ghayah; Asanid al-Kutub al-hadits as-Sab’ah; Al-Aqd al-Farid; Ittihaf al-Mustafid; Ittihaf Aula al-Bararah; Al-Riyadl al-Nadlirah; Qurrah al-Ain; Ittihaf Aula al-Hamam; Waraqat; Ad-Dur al-Farid; bughyah al-Murid; Al- Muqtathif; Ikhtishar Riyadl Ahl al-Jannah; faidl al-ilah al-Ali; Arbaun al-Buldaniyat Arbaun Haditsan An Arbain Syaikhan Min Arbain Baladan; Arbaun Haditsan Musalsal bi an-Nuhat Ila al-Jalal as-Suyuthi; Al-Salasil al-Mukhtarah; Tadzkir al-Mushafi; Al-Nafhah al-Makiyah fi al-Asanid al-Makiyah; Fath al-Rab al-Majid; Silsailah al-Wasilah Majmu’ Mukhtarah; Al-Kawakib al-Darari; Faidl al-Mubdi; al-Faidl al-Rahmani.
Dalam ilmu tentang masalah Itsbat: Nihayah al-Mathlab; Risalatani Ala Tsabat al-Amir; Risalatani Ala al-Awail al-Sumbuliyah; Waraqah Ala al-Jawahir al-Tsamin; Ittihaf al-Bahits al-Sari; Ta’liqat Ala Kifayah al-Mustafid li as-Syeikh Mahfudz at-Tarmisi; Tahqiq al-Jami’ al-Hawi dan beberapa yang lain.

Di samping itu ulama besar ini juga telah menerjemahkan lebih dari 230 judul kitab karya ulama-ulama sebelumnya. Sebagian besar karya Syeikh Yasin al-Fadani baik karya asli maupun terjemahan (saduran) diterbitkan oleh penerbit-penerbit di Kairo (Mesir) dan Bairut (Libanon).

Dengan kitab karangannya yang sedemikian banyak, maka wajarlah apabila Syeikh Yasin al-Fadani ditempatkan sebagai ulama ahli hadits (muhaddits), ahli tafsir, ahli ilmu alat dan juga ahli fikih yang terkemuka di Mekah al-Mukarramah dan Haramain khususnya. Ulama ini adalah kebanggaan al-Jawi, kebanggaan orang-orang Melayu di Haramain pada akhir abad ke-20 M atau awal abad 15 H. Syeikh Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki wafat pada waktu Sahur malam Jum’at esoknya dan dimakamkan di makam Ma’la Makah al-Mukarramah. (Sumber: H. M. Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama Nusantara, (Jakarta: Gelegar Media Indonesia, 2010)).

Sepenggal Kisah Tentang Syekh Yasin Al-Fadani
 
Ketika Habib Husein Ibn Alwi Bin Agil ditanya siapakah Syekh Yasin Al-Fadani?

Habib berkata: "Beliau termasuk guru dari guru saya Abuya Sayid Muhammad Alwy Al Maliki, juga termasuk guru saya. Orang alim, muhaddits yang sederhana tidak memikirkan penampilan dan penggemar berat rokok sissa.

Menceritakan kesederhanaan beliau, Habib bercerita:

Syekh Yasin yang kesehariannya suka memakai kaos oblong dan kalau berpeci, pecinya miring-miring tidak karuan itu, suatu hari karena kealimannya dibidang hadits didatangi ulama-ulama al Azhar Mesir. Saat sampai dikediamannya, ulama-ulama Jamiah Al Azhar yang datang dengan pakaiam kebesarannya itu bertanya kepada seorang tua berkaos oblong yang sedang menikmati sissa, dimana Syekh Yasin?

Orang tua itu berkata: "diatas" sambil menunjuk lantai atas rumahnya dengan pandangan tak peduli.

Sesampai di lantai atas  yang ditemui hanyalah seorang tukang sapu yang sedang menyapu. Ulama Mesir yang memang baru mengenal Syekh Yasin dari karya-karyanya dan belum tahu wajahnya itu kemudian bertanya pada tukang sapu itu: "dimana Syekh Yasin?"

Tukang sapu itu balik bertanya: "lho tadi dilantai bawah bertemu siapa?"

Salah satu dari ulama itu menjawab:  "Seorang tua berkaos oblong yang sedang menikmati sissa"
Tukang sapu itu tersenyum dan berkata: "Beliau itu orang yang anda cari, beliau Syekh Yasin al-Fadani."

Rombongan ulama al Azhar itu melongo, takjub pada kesederhanaan ulama nusantara itu.

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top