Mistikus Cinta

0
Sunan Bejagung
Nama Sunan Bejagung adalah Sayyid Abdullah Asy’ari bin Sayyid Jamaluddin Kubro. Menurut keterangan dari Syekh Abu Al-Fadl (Mbah Ndol), beliau adalah adik Sayyid Maulana Ibrahim Asmoroqondi (ayah Sunan Ampel atau kakek Sunan Bonang). Sayyid Abdullah Asy’ari bermukim di Bejagung Tuban, setelah wafat di makamkan di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding (2 Km kearah selatan kota Tuban) yang sekarang disebut Sunan Bejagung.

Silsilah Sunan Bejagung dengan urutan Nabi Muhammad adalah sebagai berikut:
  1. Nabi Muhammad SAW,
  2. Siti Fatimah Az-Zahro’ (istri Sayyidina Ali bin Abi Thalib),
  3. Sayyid Husain,
  4. Sayyid Ali Zainul Abidin,
  5. Sayyid Muhammad Al-Baqir,
  6. Sayyid Ja’far Shodiq,
  7. Sayyid Ali Al Uroidii,
  8. Sayyid An-Naqib Ar- Rumi,
  9. Sayyid Isa An-Naqib Al-Bashori,
  10. Sayyid Achmad Muhajir Al-Faqih Al-Muqoddam,
  11. Sayyid Ubaidillah,
  12. Sayyid Alawi,
  13. Sayyid Muhammad,
  14. Sayyid ‘Alawi,
  15. Sayyid Ali Kholi’ Qosam,
  16. Sayyid Muhammad Shodiq Mirrbath,
  17. Sayyid Abdul Malik,
  18. Sayyid Abdullah Khani,
  19. Sayyid Ahmad Syah,
  20. Sayyid Jamaluddin Al-Husaini/ Sayyid Jamalludin Kubra/ Sayyid Jumaddil Kubro,
  21. Sayyid Abdullah Asy’ari (Sunan Bejagung, Tuban).
Sayyid Abdullah Asy’ari bermukim di Desa Bejagung, Sunan Bejagung Lor Tuban, setelah wafat di makamkan di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding (2 Km kearah selatan kota Tuban) yang sekarang disebut Sunan Bejagung.

Sayyid Abdullah Asy’ari (Sunan Bejagung) ini berputera tiga orang:
  1. Syekh Abdurrahim atau Sunan Pojok.
  2. Nyai Faiqoh atau isteri Pangeran Penghulu atau Syekh Hasyim Alamuddin atau Sunan Bejagung ke-2, makamnya di Bejagung Kidul Kecamatan Semanding. Di sekitar makam ini terdapat situs peninggalan pondasi masjid, petilasan Dalem Kasunanan Bejagung, dan dilestarikan oleh masyarakat Bejagung dalam bentuk Pondok Pesantren Sunan Bejagung.
  3. Syekh Afandhi atau Sunan Waruju, makamnya di belakang pengimaman Masjid Bejagung.
Diantara keturunan (dzurriah) beliau yang saat ini sudah diketahui makamnya, ialah:
  1. Sunan Mruwut (Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Tuban).
  2. Sunan Waruju (Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Tuban).
  3. Nyai Faiqoh (Isteri Pangeran Pengulu/Sunan Bejagung II di Bejagung).
  4. Pangeran Singo Negoro (Bongkok Desa Jetak, Kecamatan Montong Tuban).
  • Pangeran Banteng Plontang (di atas bukit Desa Dagangan, Kecamatan Parengan, Tuban).
  • Syekh Ahmad Mutammakin (Desa Kajen, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati). Syekh Mukhyiddin   (Desa Laju Kidul, Kecamatan Singgahan, Tuban) Pusara makam Sunan Bejagung, Cungkup makam di sekitar istri dan anaknyadi Astana I makam Sunan Bejagung Lor Bejagung Lor.

R. Soeparmo (1972:60) dalam Catatan Sejarah 700 Tahun Tuban mengatakan bahwa Syekh Muhammad Asngari (Modin Bejagung) adalah putra dari Syekh Mahandil Kubro dari Palembang, diambil putra oleh Prabu Cingkaradewa, Raja dari Champa. Datangnya di Jawa bersama putra Campa bernama Aria Abu Hurairah (Kyai Ageng Kapasan Surabaya) dengan keluarganya. Syekh Muhammad Asngari dapat membangun benteng Kumbakarna.

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: TUBAN BUMI WALI; The spirit of harmoni, Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban, 2013, hlm.191 – 194


Kisah Sunan Bejagung

Nama asli Sunan Bejagung adalah Sayyid Abdullah Asy’ari yang dikenal sebagai penyebar agama Islam pendahulu Wali Songo. Beliau dikenal juga bernama Syekh Asy’ari atau versi lain menyebut Syarif Asy’ari Baidhowi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Sunan Bejagung Lor. 

Sunan Bejagung konon menikahi putri dari Eyang Pangeran Penghulu, seorang ulama yang bermukim di Desa Bejagung Kidul, sedangkan Sunan Bejagung sendiri menyebarkan Islam dan kemudian dimakamkan di Desa Bejagung Lor. 

Tokoh yang satu ini menurut cerita tutur datang dari tanah seberang, seperti waliyullah lain. Ada pula yang menyebutkan bahwa ia berasal dari Pasai, namun ada pula yang mengatakan bahwa beliau asli Jawa yakni dari daerah yang tidak jauh dari tempat peristirahatan yang sekarang, yakni dari Paciran. Pastinya, bila kita mencari tahu tentang asal-usul Mbah Asy’ari membutuhkan waktu lama. Yang jelas, beliau begitu diyakini sebagai seorang wali. 

Dalam cerita rakyat, Sunan Bejagung yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Mbah Modin Asy’ari awalnya adalah petani biasa yang suka menanam jagung. Namun, ia memiliki kesaktian lebih. Misalnya, beliau diyakini sebagai pendiri benteng Kumbokarno dalam semalam. Bahkan ia juga diyakini bisa pergi ke Makkah al- Mukkaromah pada malam hari dan kembali di Bejagung pada malam hari yang sama, serta tak lupa menyalakan lampu-lampu di Masjidil Haram. 

Di gapura masuk ke pesarean, ada dua pesan Mbah Sunan Bejagung yang sangat layak dicermati oleh para peziarah. Mobahing agama kasariring Nabi. Mobahing bumi kasektining pujonggo (berkembangnya agama karena Nabi, dan berkembang atau ramainya bumi karena kesaktian atau kepintaran penulis atau pengarang). Bila dikaji lebih dalam, Sunan Bejagung mengingatkan akan dua hal, yakni mengingatkan akan kehidupan dunia dan akhirat. Keduanya harus seimbang, sehingga dengan begitu manusia tidak lupa akan jati dirinya. 

Sejarah Singkat Peninggalan Sunan Bejagung 

Sejarah penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa tak bisa dilepaskan dari sosok Sunan Bejagung Lor dan Bejagung Kidul yang makamnya berada di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding. Begitu berpengaruhnya, sejumlah mitos dikaitkan dengan kedua aulia ini. Gugusan batu besar nan hitam teronggok di barat lapangan Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, sekitar 2,5 kilometer (km) selatan barat Kota Tuban. Sudah ratusan tahun batu-batu tersebut bercokol di tanah desa seluas 2 hektare tersebut. Sebagian batu mirip gajah, terutama di bagian utara. 

Gugusan batu yang bernama Watu Gajah ini termasuk salah satu mitos kebesaran Sunan Bejagung Lor dan Bejagung Kidul. Konon, batu-batu tersebut penjelmaan dari gajah tentara Majapahit yang hendak membawa pulang paksa Pangeran Kusumohadi yang mengaji kepada Maulana Abdullah Asy’ari (Sunan Bejagung). Pangeran Kusumohadi adalah putra Prabu Hayam Wuruk, salah satu raja Majapahit. Setelah mengetahui bahwa anaknya mengaji di Padepokan Sunan Bejagung Tuban, maka sang prabu memerintahkan patihnya Gajah Mada menjemput. Mendengar rencana itu, Pangeran Kusumohadi memohon kepada Sunan Bejagung untuk membantunya menolak kehendak Prabu Hayam Wuruk. Alasannya, pangeran ingin tetap menekuni ilmu Islam dan tidak ingin menjadi raja. 

Kehendak pangeran tersebut dikabulkan Sunan Bejagung. Untuk melindungi sang pangeran, Sunan Bejagung menggaret tanah sekitar Padepokan Kasunanan Bejagung yang sampai sekarang dikenal dengan Siti Garet. Tujuannya, agar tentara Majapahit tidak bisa masuk kasunanan. Tentara Majapahit akhirnya tak bisa masuk kasunanan dan berhenti di selatan kasunanan. Melihat itu, salah seorang santri melapor kepada Sunan Bejagung bahwa di sebelah selatan kasunanan banyak pasukan gajah dari Majapahit. Sunan Bejagung spontan mengatakan tidak gajah tetapi batu. Karena kekuatan karomah sang wali, semua gajah menjadi batu. 

Mitos lain yang terkait dengan karomah Sunan Bejagung adalah pantangan warga Bejagung memakan ikan meladang (jenis ikan laut). Mitos ini terkait dengan pengalaman Sunang Bejagung yang terapung di laut dan ditolong ikan tersebut. 

Dikisahkan, suatu ketika Sunan Bejagung diajak berhaji oleh santrinya yang berwujud jin. Santri tersebut sanggup menggendong Sunan Bejagung dari Tuban sampai ke Masjidil Haram Makkah. Namun, saat digendong melintas samudra, Sunan Bejagung lepas dan jatuh ke laut. Dalam musibah tersebut dikisahkan Sunan Bejagung selamat karena dan ditolong ikan meladang. Ikan inilah yang membawa sunan sampai di suatu pantai di Hadramaut. 

Setelah sampai di Hadramaut, Sunan Bejagung berpesan kepada semua anak cucunya jangan sampai makan ikan meladang. Kedatangan Sunan Bejagung dikaitkan dengan hancurnya Kerajaan Pasai di Kutai. Setelah Pasai hancur, terjadi eksodus besar-besaran muballig Arab yang dipimpin Syekh Jumadil Kubro. Pengikutnya, Syekh Ibrahim Asmaraqondi, Maulana Ishak, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Abdullah Asy’ari (Sunan Bejagung), dan ulama lainnya. 

Sesampainya di tanah Jawa yang menjadi tujuannnya, Syekh Jumadil Kubro membagi tugas dakwah. Dia menuju kerajaan Majapahit. Maulana Ishaq ke Kadipaten Banyuwangi, Maulana Malik Ibrahim ke Gresik. Sementara Syekh Maulana Ibrahim Asmaraqondi dan Syekh Maulana Abdullah Asy’ari ditugaskan di Kadipaten Tuban. Mubalig lainnya ditugaskan di tempat yang berbeda dengan tujuan yang sama, syiar ajaran Islam. 

Kedatangan Maulana Abdullah Asy’ari di Tuban disambut baik Adipati Tuban Wilwatikta. Sang Adipati sangat menghormati ulama pendatang tersebut, meski pada saat itu dia belum bisa menerima Islam sebagai agama yang baru. Bentuk rasa hormatnya kemudian diwujudkan dengan memberikan tanah perdikan (kemerdekaan) di sebuah daerah pegunungan yang saat ini bernama Desa Bejagung di Kecamatan Semanding. 

Di daerah inilah Syekh Maulana Abdullah Asy’ari mendirikan sebuah kasunanan dengan nama Kasunanan Bejagung sekitar 1360 M yang pada akhirnya menjadikan beliau dikenal dengan sebutan Sunan Bejagung. Awalnya, tidak ada istilah Sunan Bejagung Lor dan Sunan Bejagung Kidul karena Sunan Bejagung memang hanya satu yaitu Maulana Abdullah Asya’ari Sunan Bejagung. Kisah ini berawal dari datangnya seorang santri yang dikirim oleh Syekh Jumadil Kubro. Namanya, Pangeran Kusumohadi yang tidak lain putra Prabu Brawijaya IV atau Prabu Hayam Wuruk dari salah seorang selirnya. 

Kusumohadi pergi meninggalkan kerajaan karena tidak menginginkan tahta kerajaan yang saat itu menjadi rebutan antara Pangeran Wirabumi dan Putri Kusuma Wardani. Setelah diterima sebagai santri Sunan Bejagung, Kusumohadi berganti nama menjadi Hasyim Alamuddin. Karena alim, sholeh, dan ketauhidannya sangat tinggi, akhirnya Kusumohadi diambil menantu Sunan Bejagung. Dia dinikahkan dengan putrinya bernama Nyai Faiqoh. Melihat kemampuan menantunya dalam mengajarkan agama, Hasyim Alamuddin dipasrahi siar di wilayah Bejagung Kidul. Sementara Syekh Maulana Abdullah Asy’ari berpindah atau uzlah ke Bejagung bagian utara (Bejagung Lor).



Sumber:

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Sunan Bejagung | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top