Nama lengkapnya Hakim bin Hazam bin Khuwailid. Beliau adalah anak saudara Khodijah binti Khuwailid, istri Rasulullah.
Kota Mekkah waktu ramai dikunjungi orang. Diantara orang yang berkunjung untuk melihat Ka’bah adalah ibunya. Waktu itu ibunya sedang hamil tua. Bersama dengan kawan-kawannya, ibunya masuk ke dalam untuk melihat Ka’bah dari dekat. Tiba-tiba terjadi kontraksi di perutnya. Karena tidak kuat menahan sakit diperutnya, akhirnya ibu memutuskan untuk tetap di situ. Tidak berapa lama, bayi yang dikandungnya lahir. Bayi yang lahir laki-laki dan diberi nama Hakim bin Hazam bin Khuwailid. Kelahirannya di dekat Ka’bah merupakan peristiwa langka dalam sejarah Islam.
Beliau dibesarkan dari kalangan orang terpandang dan kaya. Pribadinya sangat cerdas dan bijaksana. Beliau memeluk Islam pada waktu penaklukan Mekkah. Sejak perkenalannya dengan Islam, dirinya rela berjuang dengan harta dan nyawanya. Meskipun dirinya sudah kenal baik bahkan disayang Rasulullah, tapi beliau memeluk Islam setelah 20 tahun kenabian Muhammad.
Suatu hari anaknya terkejut melihat dirinya menangis. Lantas anaknya bertanya, “Apa yang membuat ayah menangis?! Beliau menjawab, “Banyak perkara yang membuat diriku menangis. Pertama, kenapa saya terlambat memeluk Islam, kemudian ketika Allah selamatkan aku pada perang Badr dan Uhud. Waktu itu saya berkata dalam diriku “saya tidak akan menolong orang Quraisy karena menyerang Rasulullah…”
Mengenai pengalaman beliau selama bersama Rasulullah disebutkan, “Muhammad adalah orang yang paling saya cintai pada masa jahiliyah.” Beliau pernah memberi hadiah perhiasan kepada Rasulullah, hanya saja Rasulullah menolak untuk menerimannya karena waktu dirinya masih musyrik.”
Setelah memeluk Islam, beliau melakukan ibadah haji dengan membawa seratus unta. Semua ontanya disembelih untuk kurban. Pada haji yang kedua beliau membawa seratus budak. Ketika sedang berada di padang Arofah, semua budaknya dimerdekakan. Pada haji ketiga beliau membawa seratus domba, ketika berada di Mina beliau sembelih semua domba itu untuk dibagikan kepada fakir dan miskin.
Selesai perang Hunain, Rasulullah membagi semua harta rampasan perang kepada para sahabat. Waktu itu islamnya belum lama. Masih baru. Giliran jatah beliau (setelah meminta berkali-kali), Rasulullah berkata, “Wahai Hakim, harta ini disukai manusia. Barang siapa mengambilnya dengan qon’ah, niscaya diberkahi. Tapi berang siapa mengambil dengan tamak, maka tidak ada keberkahan. Tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah.” Mendengar ucapan itu, beliau berjanji tidak akan meminta lagi.
Diantara kesempurnaan rahmat Allah dan kasih sayang kepada hambanya, Allah jadikan semua amalan sebelum memeluk Islam kebaikan setelah memeluk Islam. Suatu hari beliau bertanya kepada Rasulullah, “Bukankah kamu tahu perkara-perkara yang saya perbuat di masa jahiliyah, apakah semua akan menjadi keburukan buatku?” Rasulullah menjawab, “Perkara-perkara yang lama telah melebur menjadi kebaikan setelah dirimu memeluk Islam.”
Di kalangan musyrik Quraisy, Dar an-Nadwah merupakan tempat berkumpul, bermusyawarat atau membuat manuver untuk menghancurkan ajaran Islam dan membunuh Rasulullah. Sejak beliau memeluk Islam, tempat itu dibeli olehnya.
Setelah menjalani hidupnya di dua dunia (jahiliyah dan Islam), beliau menghembuskan nafas terakhir. Menurut pendapat imam Bukhori dalam buku sejarahnya bahwa beliau hidup enam puluh tahun di masa jahiliyah dan enam puluh tahun di masa Islam.
Sumber:
Meniti Jalan Para Sahabat
Meniti Jalan Para Sahabat
Post a Comment Blogger Disqus