Nama lengkapnya Handholah bin Abu ‘Amir bin Shoifi bin Malik bin Umayyah bin Dhobi’ah bin Zaid bin Uaf bin Amru bin Auf bin Malik al-Aus al-Anshory al-Ausy. Pada masa jahiliyah ayahnya dikenal sebagai seorang pendeta, namanya Amru.
Suatu hari ayahnya ditanya mengenai kedatangan nabi dan sifatnya hingga ketika datang, orang-orang dengan mudahnya dapat mengenalnya. Ayahnya pun menyebutkan apa yang ditanyakan. Bahkan secara terang-terangan dirinya akan beriman dengan kenabian itu. Ketika Allah turunkan Islam di jazirah Arab untuk menuntun jalan kebenaran melalui nabi terakhir. Justru dirinya mengingkarinya. Bahkan dirinya hasud dengan kenabian Muhammad. Tak lama kemudian Allah bukakan hati anaknya, Handholah untuk menerima kebenaran yang dibawa Rasulullah. Sejak itulah jiwa dan raganya untuk perjuangan Islam
Kebencian ayahnya terhadap Rasulullah membuat darahnya naik turun. Bahkan meminta izin Rasulullah untuk membunuhnya. Tapi Rasulullah tidak mengizinkan. Sejak itulah keyakinan akan kebenaran ajara Islam semakin menancap di relung hatinya. Waktunya digunakan untuk menimba ilmu dari Rasulullah.
“Kamu tidak akan mendapati sesautu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya. Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hatinya dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Allah. Dan kelak akan dimasukkan ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah redho terhadap mereka dan merekapun mersa puas terhadap limpahan rahmat-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah bahwa golongan Allah itulah golongan yang beruntung” (QS. al-Mujadalah: 22), ayat inilah yang sering beliau baca.
Beliau menikah dengan Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul. Malam pertama pengantin beliau meminta izin Rasulullah untuk mendatangi istrinya karena besoknya harus ikut perang Badr. Rasulullah pun memberikan izin. Besoknya beliau langsung mengambil senjata dan pergi ke Badr. Dalam perang ini beliau berhadapan dengan Abu Sufyan bin Harb. Akhirnya beliau terbunuh di tangan Abu Sufyan bin Harb. Melihat kematiannya, Rasulullah berkata, “Saya melihat para malaikat sedang memandikan Handhalah diantara langit dan bumi.”
Abu Usaid as-Sa’adi bercerita; “Kami pergi melihat mayat beliau, ternyata di kepalanya keluar air. Setelah itu kami kembali menemui Rasulullah dan memberitahu bahwa beliau waktu pergi perang sedang junud.”
Post a Comment Blogger Disqus