Mistikus Cinta

0
Al ’Abbas bin Abdul Mutholib
Nama lengkapnya al-’Abbas bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdu Manaf. Biasanya dipanggil Abul Fadhil. Gelarnya ‘saaqi ah-haramain’ (Pemberi minum dua kota suci). Lahir 51 tahun sebelum Hijriah. beliau adalah paman Rasulullah. Anaknya, Abdullah bin ‘Abbas, adalah ahli tafsir al-Qur’an dan salah satu ulama cerdik pandai umat Islam waktu itu.

Mengenai pribadinya beliau berwajah bagus. Badanya tingggi. Kalau bicara suaranya lantang. Penyabar. Kalau berpakian nacis atau perlente. Meski demikian beliau orang yang sangat dermawan. Karena kehabatanya dan kepintarannya beliau mendapat tempat di hati orang-orang Qurisy pada masa jahiliyah. Hingga menjadi orang terhormat di kalangan pembesar Quraisy.

Pada waktu kecilnya beliau pernah tersesat jalan dan tidak dapat pulang ke rumahnya. Ibunya pun merasa binggung harus mencari kemana. kemudian ibunya bernazhar kepada Allah akan memasang kain untuk Ka’bah dan mengecatnya sekiranya anaknya dapat ditemukan lagi. Do’anya dikabulkan. Anaknya dapat ditemukan kembali. Ibunya pun menunaikan nazharnya.

Mengenai keislamannya para ulama masih berselisih pendapat. Satu pendapat mengatakan beliau masuk Islam sebelum Hijriah tapi keislamannya tidak ditampakkan. Pendapat lain mengatakan beliau masuk Islam ketika terjadi peristiwa hijrah. Sejak dirinya masuk Islam, beliau sangat benci dengan perbudakan. Dalam satu hari beliau membeli 70 budak untuk kemudian dimerdekakan.

Pada waktu terjadi sumpah setia Aqobah (ba’atul aqobah) kepada Rasulullah, beliau ikut hadir di Aqobah. Padahal dirinya belum masuk Islam. Sebagaimana diceritakan Ka’ab bin Malik bahwa kehadiran dirinya pada majlis itu cuma ingin tahu apa yang diperbuat anak pamannya, Muhammad bin Abdullah.

Ketika Rasulullah perintahkan para sahabat untuk berhijrah, beliau mendengar kabar itu. Dirinya pun teringin sekali ikut berhijrah bersama para sahabat. Hanya saja Rasulullah, waktu itu, belum membolehkan. Seorag utusan dari Rasulullah datang padanya, “Lebih baik kamu tinggal di Mekkah dulu” begitu pesan Rasulullah. Beliau pun menuruti perintahnya; tidak jadi ikut berhijrah. Selama tinggal di Mekkah beliau aktif memberikan kabar tentang kegiatan orang-orang musyrik kepada Rasulullah.

Tak sengaja beliau keluar rumah padahal dirinya tidak diperkenankan Rasulullah untuk ikut perang Badr. Titba-tiba dirinya ditawan oleh seorang bernama Abu al-Yasr. Berita itu sampai ke telingga Rasulullah. Rasulullah bertanya,”Bagaimana kamu boleh ditawan?” Beliau menjawab, “Wahai Rasulullah, seseorang telah menolongku. Tapi aku belum pernah tahu tentang wujudnya sebelum dan sesudahnya.” Rasulullah menjawab, “Malaikat datang untuk menolongmu.”

Suatu ketika ada orang mengumpat dan menghina ayahnya. Pada awalnya beliau tidak terlalu menghiraukan ucapannya. Tapi orang itu tetap saja mengumpat dan menghina. Darahnya naik. Kemarahan dihatinya memuncak. Ditamparnya orang itu keras-keras. Tak lama kawan-kawan orang itu datang dalam jumlah banyak. Mereka berucap, “Demi Tuhan, Pasti kami balas menampar dia seperti dia menampar.” Mereka pun bergegas mengambil senjatanya. Peristiwa itu dikabarkan kepada Rasulullah. Rasulullah berkata kepada mereka, “Wahai kalian, apakah kalian tahu siapa orang yang paling mulia?” Mereka menjawab, “Engkau.” Rasulullah berkata, “Dia adalah keluargaku dan saya juga saudaranya. Jangan sekali-kali kelian mengumpat orang yang sudah mati maka yang demikian sama saja kalian menyakiti orang yang sakit.”

Pada waktu tahun Ramadah dan ketika penduduk negeri dilanda tanah gersang akibat tidak hujan, amirul mukmin Umar dan orang Islam keluar ke tanah lapang untuk melakukan sholat istisqo (minta hujan). Mereka dengan khusyu’ memohon kepada Allah agar diturunkan hujan. Tiba-tiba Umar memegang tangan kanannya kemudian diangkatnya ke langit. Umar berkata, “Ya Allah, Dulu kami memohon hujan melalui doa Rasulullah yang ikut bersama kami. Ya Allah pada hari ini kami memohon hujan melalui doa pamannya. Maka turunkan kepada kami hujan.” Selesai melaksanakan sholat istisqo’ , mereka pun meninggalkan tanah kosong itu. Tak lama kemudian hujan pun turun. Para sahabat yang lain datang ke tempat beliau. Mereka memberikan ucapan selamat dan saling berpelukan dengan perasaan gembira karena hajatnya dikabulkan Allah.

Tahun ke-8 Hijirah setelah Mekkah berhasil ditaklukan, Islam sedikit banyak telah memberikan pengaruh kepada kabilah-kabilah yang ada di jazirah Arab. Gaunnya terdengar ke segala penjuru. Hanya saja tidak semua mau menerima kebenaran ajaran Islam. Beberapa kabilah Arab seperti Hawazin, Tsaqif, Nasr, Jusyam dan lain merasa geram dan marah dengan tersebarannya ajaran Islam. Akhirnya mereka memutuskan untuk berkumpul merancang untuk menyerang Rasulullah dan pengikutnya.

Pada hari yang ditentukan pasukan umat Islam yang jumlahnya kurang lebih 12 ribu bertemu dengan pasukan kabilah-kabilah Arab yang jumlahnya lebih besar. Keadaan ini sempat mengoyahkan pasukan umat Islam karena jumlahnya yang sedikit. “Meski sedikit kita tidak akan dikalahkan” begitulah suara yang bergemuruh dihatinya. Setelah melalui pertempuran yang dahsyat, pasukan kabilah-kabilah Arab dapat dikalahkan. Firman Allah; “Dan Allah SWT telah berikan kemenangan kepada kalian di berbagai tempat, dan pada waktu perang Hunainin kalian merasa bimbang dengan jumlah pasukan musuh yang banyak.

Mengenai pribadinya Rasulullah pernah bersabda, “Ini (al-Abbas) adalah sisa dari paman-paman saya.” Suatu ketika beliau berkata kepada Rasulullah, “Saya ini sudah tua, maka ajarkan padaku sesuatu yang memberi manfaat kelak.” Rasulullah menjawab, “Mintalah ampunan kepada Allah dan terjaga kesehatannya.” Di kalangan sahabat lain, beliau tetap dihormat. Hingga Umar dan Utsman sendiri tidak pernah menaiki kuda sewaktu bertemu dengan beliau melainkan mereka turun dari kudanya.

Selama menemani perjuangan Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 35 hadits. Di akhir hayatnya beliau buta. Tepat pada hari Jum’at 14 Rajab tahun 32 Hijriah beliau menghembuskan nafas terakhir. Terdengar suara para sahabat lain berucap, “Semoga Allah memberikan rahmat bagi orang menyaksikan kematian al-Abass bin Abdul Mutholib. Berduyun-duyun umat Islam datang memberikan bela sungkawa. Utsman bin Affan, selaku kholifah waktu itu, menjadi imam sholat atas jenazahnya. Beliau dikuburkan di pekuburan Baqi’, samping masjid Nabi di Madinah.



Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Al ’Abbas bin Abdul Mutholib | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top