Mistikus Cinta

0

Satu kisah pada zaman dahulu yakni ada seorang Raja yang berasal dari Yaman. Gelar bagi Raja Pertama Yaman pada zaman dahulu disebut Tubba'.

Pada suatu hari, Tubba' ini keluar melakukan suatu perjalanan untuk bermusafir. Dalam perjalanannya, baginda telah singgah di beberapa buah kampung dan di setiap kampung itu, baginda akan pilih 10 orang Ulama' untuk bersama-sama melakukan perjalanan.

Hingga baginda mengumpulkan hampir empat ribu orang Ulama' bersama dengan bala tentaranya yang sangat banyak.

Lebih kurang 113 ribu orang tentara pejalan kaki dan 133 ribu orang bala tentara yang berkuda. Setelah sampai di setiap negeri, kesemua negeri itu akan menyambut Tubba' dengan penuh kemeriahan dan penuh takzim ketika menyambut kedatangan Tubba'.

Tetapi apabila Tubba' sampai di Kota Mekah, ahli-ahli Mekah langsung tidak menyambut kedatangan Tubba'. Penduduk di Mekah mengabaikan seolah tak tahu saja kepada Tubba', maka Tubba' menjadi marah lalu berkata, "Kenapa dengan penduduk di sini? Apa yang terjadi dengan mereka? Semua negeri yang lain menyambutku, tetapi negeri ini langsung tidak menyambut kedatanganku. Siapakah yang duduk dalam negeri ini?"

Maka akhirnya, menteri dari Tubba' ini masuk ke dalam Mekah, kemudian dia datang kembali untuk melaporkan kepada Tubba', dia berkata, "Wahai Tuanku, penduduk yang ada di dalam negeri ini adalah orang-orang Arab yang mana mereka ini adalah 'Ummi yakni tidak pandai membaca dan tidak pandai menulis tetapi mereka ada sebuah bangunan yang sangat mereka agungkan yang bernama Ka'bah. Dan mereka ini menyembah berhala."

Tubba' pada waktu itu berniat di dalam hatinya tanpa diketahui oleh para menterinya, para tentaranya dan para Ulama' yang mengikutinya.

Apa yang Tubba' ini niatkan? Dia berniat di dalam hatinya untuk meruntuhkan Ka'bah, dia ingin membunuh penduduk Mekah dan dia akan tangkap wanita-wanita dan anak-anak di Mekah untuk dijadikan hamba. Dengan niat begitu yang diniatkan di dalam hatinya, Allah Ta'ala memberi satu penyakit yakni sakit kepala yang amat sangat kepadanya hingga keluar darah dan nanah yang sangat busuk baunya dari hidung, mata dan telinganya.

Para Tabib yang sangat handal yang ikut bersamanya pun tak mampu mengobatinya. Maka para Tabib berkata kepada Tubba' ini, "Wahai Tuanku, kami ini hanya mampu mengobati urusan dunia, urusan kami ini adalah urusan dunia, namun musibah yang menimpa Tuanku ini adalah urusan yang diturunkan dari Tuhan, maka kami tak mampu untuk berbuat apa-apa."

Setelah itu, Tubba' pun duduk menyendiri dan kemudian datanglah salah seorang Ulama' dari kalangan empat ribu orang Ulama' yang bersamanya.

Ada seorang Ulama' ini mengetahui akan obat bagi penyakit Tubba' ini dan datanglah Ulama' ini menghadap Tubba' lalu berkata, "Wahai Tuanku, saya mau Tuanku memberitahu kepada saya bagaimana Tuanku bisa terkena penyakit ini dan apakah yang Tuanku telah niatkan di dalam hati sewaktu Tuanku berada di Mekah?"

Tubba' ini menjawab, "Aku tidak niatkan apa pun, penyakit ini datang dengan sendirinya."

Ulama' ini berkata lagi, "Tidak Tuanku, penyakit seperti ini tidak akan datang kepada Tuanku melainkan Tuanku telah niatkan sesuatu yang buruk dan tidak kena dalam hati Tuanku kepada negeri yang pernah disinggahi oleh Tuanku sebelum ini..."

Akhirnya Tubba' ini membuka cerita, "Ya benar, aku ada niat sesuatu yang tidak baik, setelah aku melihat ahli-ahli Mekah tidak menyambutku, maka aku berniat untuk membunuh ahli-ahli Mekah, berniat untuk meruntuhkan Ka'bah, maka dengan sebab niatku  itulah, Tuhan menimpakan penyakit ini terhadapku..."

Maka kata Ulama' ini, "Wahai Tuanku, Tuanku harus bertaubat, dengan taubat itulah yang mampu menyembuhkan penyakit Tuanku ini, itulah saja pengobatannya..."

Lalu Tubba' ini terus bertaubat pada waktu itu juga.. sebelum Ulama' itu keluar dari kamar Tubba', Allah Ta'ala menyembuhkan penyakit Tubba' ini...

Masya-Allah, maka sembuhlah penyakitnya itu dalam sekejap mata hanya dengan Tubba' ini bertaubat pada waktu tersebut.

Ketika meneruskan perjalanan, mereka sampai pada satu tempat yang bernama Yathrib. Yathrib inilah tempat di mana sekarang ini adalah Madinah Al-Munawwarah, tempat bersemayamnya jasad yang mulia yakni Sayyiduna Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم...

Setelah sampai di Yathrib, ketika Tubba' dan bala tenteranya ingin meneruskan perjalanan, ada 400 orang Ulama' dari kalangan 4 ribu orang Ulama' tadi ini, mereka tidak mau meneruskan perjalanan... Lalu Tubba' mengantar menterinya untuk bertanya kepada para Ulama' yang tak mau meneruskan perjalanan itu...

Setelah ditanya oleh menteri, kenapa mereka tidak mau keluar dari Yathrib, apakah rahasianya dan hikmahnya yang menyebabkan para Ulama' ini tidak mau keluar dari Yathrib ini, maka jawab para Ulama' ini, "Kami tidak mau keluar dari bumi Yathrib ini karena untuk pengetahuan Tuan, Ka'bah yang dimuliakan oleh ahli-ahli Mekah itu adalah karena tempat itu akan menjadi keluarnya Nabi akhir zaman yang bernama Muhammad pada masa akan datang, jadi kami ingin menunggu untuk bertemu dengan Nabi akhir zaman ini..."

Disebutnya nama Sayyiduna Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang mulia oleh para Ulama' ini... Setelah dilaporkan kepada Tubba', maka Tubba' pun merasa ingin turut bersama menunggu Nabi akhir zaman yang disebutkan itu...

Maka menunggulah Tubba' itu di Yathrib selama setahun sekiranya Nabi akhir zaman keluar pada waktu tersebut... Justru, Tubba' ini membangun 400 buah rumah untuk 400 orang Ulama' yang ingin menunggu di Yathrib bahkan dibelinya 400 orang hamba dan dibebaskannya 400 orang hamba yang dibelinya itu untuk dinikahkan kepada 400 orang Ulama' itu.

Setelah cukup setahun Tubba' ini menunggu tetapi tidak keluar Nabi akhir zaman yang disebutkan pada waktu tersebut, Tubba' dan bala tenteranya meneruskan perjalanan, meninggalkan 400 orang Ulama' di Yathrib untuk menunggu Sayyiduna Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم...

Setelah sampai di satu tempat berdekatan dengan India, Tubba' ini menghembuskan nafasnya yang terakhir... Tarikh meninggalnya Tubba' ini dengan tarikh lahirnya Sayyiduna Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, tempo jaraknya adalah seribu tahun, tidak berkurang dan tidak bertambah walau sedikit pun, seribu tahun tepat...

Kisah yang dibagikan ini bukan kisah yang baru terjadi, kisah ini adalah kisah seribu tahun sebelum lahirnya Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Sebelum Tubba' keluar dari Yathrib, baginda ada menulis sepucuk surat yang ditujukan khusus kepada Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم... Apakah isi surat yang ditulis oleh Tubba' ini?

Setelah Tubba' menulis puji dan syukur, kemudian beliau mengatakan,

"Wahai Muhammad, shalawat Allah Ta'ala keatas kamu... Sesungguhnya saya beriman dengan kamu dan saya juga beriman dengan kitab yang akan diturunkan oleh Tuhan kepada kamu... Dan saya di atas agama dan sunnahmu... Dan saya beriman dengan Tuhan kamu dan Tuhan segala sesuatu... Dan saya beriman dengan seluruh syari'at agama yang datang kepada kamu dan saya terima segala perkara tersebut...

Sekiranya saya dapat berjumpa dengan kamu, itu nikmat yang besar kepada saya... Jikalau saya tidak dapat berjumpa dengan kamu, berilah syafa'atmu kepada saya di hari kiamat nanti... Jangan lupakan saya karena saya di kalangan umatmu yang pertama...

Dan saya berbai'ah dengan kamu sebelum kamu datang, sebelum Allah Ta'ala mengutus kamu, saya telah beriman dengan kamu... Dan saya diatas agamamu dan saya di atas agama Bapamu, Nabi Ibrahim عليه سلم..."

Kemudian, Tubba' menutup surat ini dengan cop dari emas dan dia menulis di penghujung surat ini, "Kepada Muhammad bin Abdullah, Penutup Segala Nabi... Ini adalah amanah dari Allah سبحانه وتعالى kepada siapa yang memegang surat ini, sampaikanlah ia kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم..."

Maka surat Tubba' ini berpindah-pindah tangan, dari satu generasi ke satu generasi yang lain...

Siapakah yang memegang surat ini? Surat ini dipegang oleh cucu cicit dari 400 orang Ulama' yang tinggal di Yathrib yakni Madinah yang menunggu Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم... Setelah tiba waktu Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم diutus, waktu itu ahli-ahli Madinah sudah menunggunya pada waktu tersebut... Kemudian, dipilihnya dari kalangan cucu cicit dari keturunan 400 orang Ulama' tadi, diminta kepada Sayyidina Abdur Rahman bin 'Auf رضى الله عنه untuk memilih siapakah di kalangan mereka ini untuk pergi mengantar surat Tubba' yang berusia seribu tahun itu kepada Sayyiduna Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم...

Kemudian dipilihnya salah seorang daripada sahabat yang bernama Abu Laila oleh Sayyidina Abdur Rahman bin 'Auf رضى الله عنه... Abu Laila yang telah dipilih untuk menyampaikan surat tersebut kepada Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Waktu itu, Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم belum lagi berhijrah ke Madinah, ketika Abu Laila sampai di Mekah dari Madinah, Abu Laila membawa surat itu dan diletakkan di dalam saku jubahnya...

Sesampainya Abu Laila di hadapan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, Baginda memandang kepada Abu Laila... Baginda berkata, "Datanglah kemari, kamu ini Abu Laila?" Sedangkan Nabi belum pernah berjumpa dengan Abu Laila...

Kemudian kata Abu Laila, "Ya, saya adalah Abu Laila..." Baginda bertanya lagi, "Adakah kamu membawa surat dari Tubba'?" Sedangkan surat Tubba' itu masih berada di dalam saku jubah Abu Laila! Abu Laila tak pernah menyebut langsung tentang surat tersebut kepada Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم bahkan siapa pun tak tahu menahu mengenai surat itu... Masya-Allah...

Lalu kata Abu Laila yang agak terkejut ketika itu, "Saya lihat, wajah Tuan bukan wajah tukang sihir..."

Baginda berkata, "Ya, saya bukan tukang sihir, saya Rasulullah... Berikanlah surat Tubba' yang ingin disampaikan kepada saya..."

Maka dikeluarkanlah surat Tubba' itu oleh Abu Laila dari saku jubahnya dan diberikan kepada Sayyiduna Rasulullah صلى الله عليه وسلم... Sambil Baginda membaca surat itu, Sayyiduna Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata, "Selamat datang wahai saudaraku yang soleh... Selamat datang wahai saudaraku yang soleh... Selamat datang wahai saudaraku yang soleh..."

Seolah-olah Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم menyambut kedatangan Tubba' pada waktu tersebut... Masya-Allah...

Tuan-tuan, Tubba' ini sudah beriman kepada Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, seribu tahun sebelum Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم dilahirkan... semoga Allah Ta'ala mengaruniai kegembiraan kepadanya di akhirat nanti... Baginda akan bersama-sama dengan Sayyiduna Rasulullah صلى الله عليه وسلم...

Antara 400 buah rumah yang telah dibangun oleh Tubba' untuk 400 orang Ulama' itu, ada sebuah rumah yang Tubba' bangun khusus untuk Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم... Rumah itu dibangun khusus untuk Nabi akhir zaman... Dalam sirah, rumah pertama yang Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم singgahi ketika berhijrah ke Madinah, Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم berada diatas untanya, ketika para sahabat berebut menarik unta Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم untuk ke rumah mereka, maka kata Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, "Biarkanlah, unta ini telah diarahkan oleh Allah Ta'ala ke tempat dimana ia akan berhenti..." Dimanakah unta ini berhenti?

Unta ini berhenti di rumah Tubba' yang telah membangun rumah tersebut khusus untuk Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم... Dan rumah itulah yang dimiliki oleh Sayyidina Abu Ayyub Al-Ansari رضى الله عنه, beliau merupakan salah seorang cucu dari 400 orang Ulama' yang menunggu Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم di Madinah Al-Munawwarah...

Walaupun ada di kalangan kita yang pertama kali mendengar kisah ini, kita dapat mempelajari bahwa dengan adab kepada Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, menyebabkan seseorang itu berjaya di dunia dan di akhirat...

Pengajaran yang kita bisa ambil dari kisah Tubba' ini adalah, seseorang itu akan berada dekat dengan Allah Ta'ala karena adabnya yang baik terhadap Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Tubba' sudah beradab dengan Nabi sebelum beliau kenal dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم... Tubba' sudah mengasihi Nabi sedangkan beliau tak pernah bertemu dengan orang yang pernah bertemu dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Tapi kita semua ini sudah pernah mendengar dari orang yang mendengar dari orang yang pernah mendengar dan dari orang yang pernah mendengar sehingga sampai kepada Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Jikalau Tubba' yang tak pernah mendengar dan tak pernah bertemu dengan Nabi tapi sudah beriman dan sudah kasih kepada Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, seribu tahun sebelum Nabi dilahirkan, tidakkah kita yang pernah mendengar tentang Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, tak mau langsung beradab dan tak mau langsung mencintai Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم?

Al-Imam Hassan Al-Basri رحمه الله تعالى mengatakan bahwa, pohon kurma yang menjadi tempat Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم bersandar ketika menyampaikan khutbah, menangis ketika Nabi berpisah dengannya walau hanya 3 meter saja...

Kalaulah kita yang sudah berpisah dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم hampir ribuan tahun tapi langsung tidak ada rasa rindu dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, maka kita lebih "berat" daripada pohon tersebut... Bahkan Bukit Uhud yang bergerak dari tempat asalnya, karena ingin mengikuti Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Kalau kita lihat kedudukan Bukit Uhud sekarang ini, tempatnya itu bukanlah tempatnya yang asal... Ia telah bergerak sedikit dari tempatnya yang asal...

Kenapa? Karena ingin mengikuti Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم kembali ke Madinah... Sehingga Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم berkata kepada bukit itu supaya duduk tinggal disitu... Maka Bukit Uhud tidak bergerak lagi pada waktu tersebut karena mematuhi arahan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Jika Nabi tidak mengarahkannya, maka Bukit Uhud akan berada di Madinah, dekat Masjid Nabawi, bukannya berada di Uhud yang kita lihat sekarang ini... Dan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم berkata, "Uhud ini Bukit..."

Kata Guru mulia, Sayyid Muhammad bin Ibrahim Abdul Ba'ith Al-Kittani حفظه الله تعالى, "Baginda tidak mengungkapkan "Jabal Uhud" / "Bukit Uhud" tapi Baginda mengungkapkan "Uhud ini Bukit"..." Kalaulah bukit yang merupakan batu yang keras sekalipun mengasihi Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, tidakkah hati kita yang lembut ini tak mau mengasihi Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم?

Coba "periksa" kembali bagaimana hati kita dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم... Kita hendak diangkat derajat yang tinggi disisi Allah سبحانه وتعالى, kita hendak kekal dalam Surga Allah Ta'ala dan kita hendak bersama dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم, maka lihatlah bagaimana adab kita dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Marilah kita ambil contoh dari 400 orang Ulama' yang menunggu Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم di Madinah selama seribu tahun, bagaimana cara mereka mendidik dan mengajar anak cucu mereka tentang Sayyiduna Rasulullah صلى الله عليه وسلم, sehingga setiap generasi mereka beradab dan setia menunggu Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Karena itulah Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم sangat kasih dengan ahli-ahli Madinah karena ketika ahli-ahli Mekah menolak dan menentangnya, namun ahli-ahli Madinah menantikan kedatangannya dan beradab dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

Dengan adab, mereka sangat dekat dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم... Siapakah yang mengajar mereka? Yang mengajar mereka adalah Datuk dan Nenek Moyang mereka...

Tuan-tuan, kita semua dapat menjadi Datuk dan Nenek Moyang seperti itu, kita semua dapat menjadi Ayah dan Ibu yang mengajar serta mendidik anak-anak kita supaya kasih dan beradab dengan Sayyiduna Nabi صلى الله عليه وسلم...

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞


Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Kisah Cinta Terhadap Nabi Muhammad SAW 1000 Tahun Sebelum Kelahiran Nabi SAW | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top