KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengaku punya pengalaman spritual yaitu melakukan dialog dengan Sunan Kalijogo. Pengalaman itu diungkapkannya dalam sambutan di rumah KH Romli Damanhuri ketika presiden dan Ibu Negara melakukan ziarah kubur ke makam Batu Ampar, Kecamatan Propo, Pamekasan, Minggu (23/7) malam.
Gus Dur mengaku, selama hidupnya baru kali ini bisa berdialog dengan orang yang telah meninggal. Orang yang diajak bicara pun bukan orang sembarangan, yaitu Sunan Kalijogo.
Diminta Cari Surban Hadiah Walisongo
Sunan Kalijogo merupakan salah seorang wali yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Selain mendapat amalan doa, Gus Dur menerima nasihat dari Sunan Kalijogo. Apa nasihat itu? Selaku presiden, Gus Dur diminta tak perlu khawatir menghadapi apapun.
Berawal dari perintah salah seorang Wali Allah (kekasih Allah) yang diterima Gus Dur agar menghadap Sunan Kalijogo. Ia diminta mengajak KH Abdullah Sidiq --kiai yang dikenal linuwih (punya kelebihan spiritual) dari Kandat, Kediri -- masuk ke makam Sunan Kalijogo.
Karena itu Kamis (20/7) malam lalu, Gus Dur masuk ke makam Sunan Kalijogo, di Demak -- berdua dengan KH Abdullah Sidiq. Pintu makam kemudian ditutup. Sesaat kemudian, dari dalam makam terdengar suara, selanjutnya terjadi dialog antara Gus Dur dengan Sunan Kalijogo.
"Cucuku Abdurrahman, kamu percaya tidak kepada Abdullah Sidiq," tanya suara dari dalam kuburan tersebut sebagaimana ditirukan kembali Gus Dur.
"Ya, Embah, saya percaya," jawab Gus Dur singkat.
"Itu, minal Aulia, kata beliau (maksudnya Sunan Kalijogo) jangan khawatir menghadapi apapun," ujar Gus Dur menirukan suara tersebut. Selanjutnya Gus Dur diberi amalan doa: Yaa ayuhallazdiina aamanuu kunuu qawwamuuna bil qisthi syuhadaa`a alannasi walau alaa anfusikum (Tegakkan keadilan dan kesaksian yang benar). "Pegangan kamu, harus dibaca tiap hari," lanjut suara itu menggema.
"Alhamdulillah," jawab Gus Dur. Kemudian Sunan Kalijogo melanjutkan pesan agar Gus Dur malam itu juga berangkat ke Tebu Ireng, Jombang. Gus Dur diminta mengambil surban pemberian Walisongo yang dibawa ibunya. Surban itu didapat ibu kandung Gus Dur saat NU baru didirikan.
"Jadi NU ini didirikan bukan untuk mencari apa-apa. Tetapi untuk menjaga kesatuan dan persatuan," jelas Gus Dur. Ditambahkan, dalam dialog itu, Sunan Kalijogo mengatakan jika Gus Dur memperoleh sesuatu yang sifatnya fisik -- berupa surban -- harus diterima. Tapi kalau tidak mendapat apa-apa berarti ia diberi simbolik, hanya saja harus diambil di Kediri.
Hadiah Keris
Mendapat pesan seperti itu, Gus Dur menuju ke Tebu Ireng. "Ternyata surbannya tak ada di Tebu Ireng. Saya dibisiki Kiai Abdullah Sidiq, surban diambil di Kediri, tempat Kiai Abdullah Sidiq," katanya.
Gus Dur mengatakan, kedatangan bersama istri ke makam Batu Ampar, tempat yang selama ini menjadi wisata ziarah, karena beberapa waktu lalu mendapat perintah dari salah seorang auliaillah di Aceh agar mengunjungi K Damanhuri (maksudnya ziarah kubur ke makam almarhum KH Damanhuri-- ayah kandung KH Romli Damanhuri).
Begitu tiba Batu Ampar, Gus Dur diterima kelima putra (alm) K Damanhuri, diantaranya KH Romli Damanhuri, KH Muchalli DM, KH Fauzi DM, KH Cholil DM dan KH Abd Qodir.
Selanjutnya, KH Zidqie Muthar, pengasuh Ponpes Nurul Huda, Sumber Nangka Larangan, Pamekasan, yang ikut menyambut kedatangan Gus Dur, memberitahu bahwa makam yang ada di depannya adalah makam Kiai Damanhuri dan Kiai Abu Syamsudin (orang tua KH Damanhuri).
Kemudian Gus Dur duduk bersila di dekat makam Abu Syamsudin, diteruskan pembacaan doa dipimpin KH Zidqie Muthar. Sementara di belakang, Ibu Negara Hj Sinta Nuriah juga ikut membacakan tahlil.
Setelah beramah tamah di rumah KH Romli Damanhuri, Gus Dur mendapat kenang-kenangan benda pusaka Batu Ampar, berupa keris. "Mudah-mudahan Pak Kiai (Gus Dur) sudi menerimanya. Semoga dengan lantaran keris ini, negara jadi makmur," kata KH Romli Damanhuri.
Post a Comment Blogger Disqus