Bulan Sya’ban merupakan bulan yang menjadi kesempatan bagi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, untuk menjadi orang yang diharamkan masuk ke dalam neraka “Barang siapa yang merasa senang akan datangnya bulan Ramadhan maka diharamkan jasadnya masuk ke dalam Neraka (Hadits)”. Baru saja merasa senang sudah demikian besar keutamaannya apalagi bila sampai pada amaliyah, tentu lebih besar lagi keutamaannya.
Menurut Yahya bin Mu’adz bahwa Sya’ban terdiri dari lima huruf yaitu syin, ‘ain, ba’, alif dan nun dan masing-masing bermakna sebagai berikut:
- Syin : syarafatun atau syafa’atun yang berarti kemuliaan dan syafa’at.
- ‘Ain : Al ’izzah wa karomah yang berarti kemenangan dan karomah.
- Ba’ : Al Birru yang berarti kebaikan.
- Alif : Ulfah yang berarti rasa belas kasihan.
- Nun : Nur yang berarti cahaya.
Itulah sebabnya bulan Rajab menjadi bulan untuk mensucikan tubuh, bulan Sya’ban untuk mensucikan lubuk hati dan Ramadhan untuk mensucikan jiwa/ ruh. Maka barang siapa yang mensucikan tubuhnya di bulan Rajab, sucilah hatinya di bulan Sya’ban, dan siapa yang mensucikan lubuk hatinya di bulan Sya’ban, sucilah jiwanya di bulan Ramadhan (Durrotun Nashihin).
Rasulullah SAW sebagai pribadi yang maksum namun beliau berbeda yang hamba Allah yang lain, karena beliau tidak pernah mengandalkan kunci dan garansi, namun beliau senantiasa merasa kurang didalam melaksanakan perintah Allah. Pada bulan Sya’ban Rasulullah selalu berupaya untuk menyempurnakan ibadahnya sehingga pada bulan Sya’ban berupaya untuk meraih keutamaan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh istri beliau Sayyidah Aisyah.
“Dari Aisyah; Rasulullah tidak pernah puasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau berpuasa sebulan penuh pada bulan ini. (HR. Bukhari Muslim)
“Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bila pertengahan bulan Sya’ban telah dijumpai, maka janganlah berpuasa sunnah. (HR. Turmudzi).
Sumber:
Majelis Nurul Musthofa
Post a Comment Blogger Disqus