Mistikus Cinta

0
Turban
Allahumma salli `ala sahibi al-taj, merupakan satu doa bangsa Yaman "Tuhan kami, berikan rahmat kepada Pemakai Mahkota!" `Mahkota' yang dimaksudkan adalah turban, dan pemakainya ialah Nabi Muhammad SAW.

Imama atau turban adalah merupakan salah satu sunnah yang paling nyata – `cara kehidupan' orang Islam semenjak bermulanya agama itu. `Abd Allah ibn `Umar berkata: "Rasul selalu melilitkan turban di keliling kepalanya dan memasukkan di belakangnya, membiarkan lebihnnya turun ke bawah di antara bahu beliau."

Turban sudah dipakai sebelum munculnya Islam dan menandakan maruah seseorang. Satu peribahasa Arab, "Turban merupakan mahkota orang-orang Arab." Ini bisa diartikan bahwa orang-orang Arab keberatan menerima pemerintahan seorang raja, dan mereka tidak mempunyai mahkota lain selain daripada turban mereka.

Cara orang-orang Islam awal yang memakai turban ialah dengan menggunakan dua helai kain kepala: satu disebut `qalansuwa' ataupun topi yang tidak mempunyai tepi dan tidak ditentukan tebalnya dan yang satu ialah `imama' yaitu kain turban yang dililitkan di qalansuwa tadi. Abu Dawud pernah menyatakan di dalam satu sunah Rasulullah bahwa "perbedaan di antara kita dengan orang-orang jahililah ialah kita memakai imama di atas qalansuwa." Dari itu pemakaian satu saja daripada keduanya adalah merupakan amalan yang jarang dilakukan.

Turban
Turban Nabi Muhammad SAW
Warna dan panjang kain turban ini tidak menentu. Di dalam bab-bab beberapa buku mengenai turban Rasulullah, ciri-ciri kerasulan dikenali sebagai Syama'il, penulis-penulis pernah menyatakan panjangannya adalah antara tujuh hingga sepuluh meter. Walau bagaimanapun, sekiranya, kain turban bisa dililitkan dengan panjang yang memadai, tetapi banyak Sheikh-Sheikh yang termasyur di zaman dahulu menggunakan turban yang besar dan berat yang melebihi panjang sepuluh meter.

Semua Imam-Imam keempat Madzab Ahl Al-Sunnah wal-Jama'ah memakai turban. Di dalam buku-buku biografi Madzab Hanafi, Imam Abu Hanifah - terkenal dengan kemampuannya menganalisa - al-Suyuti dan al-Haytami menceritakan bahwa beliau mempunyai tujuh turban, satu untuk setiap hari dalam seminggu.

Turban

Pengikut Madzab Hanafi, khususnya di Benua India dan orang-orang Islam Asia dari bangsa China hingga ke bangsa Turki, sangat mematuhi keperluan shalat dengan penutup kepala. Satu dari buku undang-undang menurut keempat Mahzab Sunni menyatakan, "menurut Madzab Hanafi, adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan melakukan shalat tanpa penutup kepala karena kemalasan. Tetapi shalat tanpa penutup kepala karena merendahkan diri dan ingin menyerahkan diri adalah dibolehkan."

Madzab Maliki – yang pada masa ini mempengaruhi kebanyakan kawasan Afrika – Imam Malik ibn Anas selalu memakai pakaian yang bagus khususnya berwarna putih, dan ia "melilitkan turban di bawah dagu beliau (disebut sebagai tahaunnuk), membiarkan lilitan itu menurun panjang di belakangnya dan ia menggunakan wewangian kasturi dan wewangian yang lain" kata salah seorang penuntutnya.

Imam Malik menekankan bahwa pemakaian turban, adalah khusus bagi mereka yang terpelajar. "Turban sepatutnya tidak ditinggalkan," ia berkata. "Saya memakai turban tanpa terlihat rambut di muka saya. Apabila saya meminta izin ibu saya untuk mengamalkan kehidupan sebagai seorang pelajar beliau berkata: `pertama kali, pakailah pakaian seorang yang terpelajar'; beliau membawa saya dan memakaikan saya dengan pakaian pendek musharmmara, meletakkan satu penutup kepala di atas kepala saya dan melilitkan turban di kelilingnya dan beliau berkata, `Sekarang pergilah dan pelajari Ilmu Sains.'"

"Saya melihat lebih 30 orang memakai turban di kalangan guru Rabi'a saya. Beliau selalu tidak melepaskannya hingga akhir malam dan selalu berkata: `Saya percaya ia meningkatkan kecerdasan pemikiran!' "

Tidak menutup kepala dalam Islam adalah dianggap tanda seseorang yang mempunyai kedudukan rendah dan dinyatakan di dalam beberapa buku diantara `tindakan-tindakan yang menunjukan kekurangan (khawarim al- muru'a).'

Syaikh 'Ali al-Hajjar yang buta huruf telah dikenal sebagai `orang alim tanpa penutup kepala' tetapi seorang lagi bangsa Mesir, Ibn Daqiq al-'Id berkata: "Apa yang dibawa di atas kepala tidak sepatutnya diletakan di bawah" - yaitu, bukan di atas lantai.

Imam Muhammad ibn Idris al-Syafi'i, Imam Madzab yang banyak mempengaruhi sebagian besar kawasan Timur Tengah dan seluruh kawasan Asia Tenggara, "juga sangat cermat di dalam pakaiannya dan menggunakan kain linin yang nipis dan kain kapas Baghdad. Beliau kadang-kadang memakai penutup kepala yang tidak begitu tinggi tetapi ia kerap kali memakai turban", kata salah seorang daripada muridnya. "Saya menghitung beliau memiliki kurang lebih tiga ratus helai turban yang dapat dilihat."

Seseorang yang lain pernah berkata: "Al-Syafi'i selalu menggunakan turban besar, seperti halnya orang Arab dari padang pasir." Beliau dan anak muridnya, Imam Madzab Hambali, Ahmad ibn Hanbal, melilitkan turban itu di bawah dagu mereka seperti cara bangsa Tourareg di Utara Afrika dan sebagaimana juga yang diamalkan oleh bangsa Sudan hingga hari ini.

Begitulah agungnya turban sehingga diceritakan bahwa malaikat- malaikat juga memakainya. Disebutkan dalam Al-Quran, "…niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda." (QS. Ali `Imran, ayat 125), Ibn `Abbas, seorang penafsir Islam awal yang termasyur berkata: "Tandanya adalah mereka memakai turban."



Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Turban | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top