Mistikus Cinta

0
Syah Bin Syuja’
Diriwayatkan bahwa Abul Fawaris Syah bin Syuja al Kirmani berasal dari keluarga bangsawan dan banyak karya-karyanya mengenai sufisme, yang telah hilang, ia meninggal tahun 270 H / 884 M.

Syah bin Syuja’ Al Kirmani dan Anak-Anaknya

Syah bin Syuja’ al Kirmani mempunyai seorang putera. Di dada si putera ia tuliskan kata: “Allah” dengan warna hijau. Begitu menginjak remaja, karena tidak dapat bertahan dari dorongan-dorongan hatinya, si anak menyenangkan diri berjalan-jalan sambil membawa kecapinya. Sambil memetik kecapi, dengan suaranya yang merdu ia senandungkan lagu-lagu yang sangat menyentuh.

Pada suatu malam, dalam keadaan mabuk, ia menyusuri jalan-jalan raya sambil memainkan kecapinya itu. Ketika ia sampai di satu pelosok kota, seorang pengantin perempuan yang baru pindah ke tempat itu bangkit dari sisi suaminya yang sedang tertidur untuk melihatnya. Si suami terbangun, dilihatnya isterinya tak ada di sisinya, ia bangkit dan menyaksikan apa yang sedang terjadi. Maka berserulah ia kepada si pemuda, “Anak muda, belum tibakah saatnya engkau bertaubat?”

Kata-kata ini menghujam jantungnya dan ia segera menjawab, “Sudah tiba, sudah tiba.”

Mantelnya dicabik-cabiknya, kecapinya dia hancurkan. Kemudian ia mengunci diri di dalam kamarnya dan selama empat puluh hari tidak makan apa-apa. Sesudah itu ia pun keluar dari kamarnya dan pergi mengembara. Mengenai kelakuan anak itu, Syah bin Syuja’ berkomentar, “Apakah engkau telah berkeluarga?”

“Belum,” jawab sang guru sufi.

“Maukah engkau seorang isteri yang bisa membaca al Qur’an?”

“Siapakah yang mau menikahkan puterinya kepadaku? Harta kekayaanku hanya tiga dirham.”

“Akan kuserahkan puteriku kepadamu,” jawab Syah bin Syuja. “Dari tiga dirham yang engkau miliki itu belajakanlah satu dirham untuk roti, satu dirham untuk minyak mawar dan selebihnya untuk pengikat tali perkawinan.”

Akhirnya mereka sepakat. Malam itu juga Syah bin Syuja’ mengantarkan puterinya ke rumah si guru sufi. Ketika memasuki rumah itu terlihatlah oleh si gadis sepotong roti kering di dekat sekendi air.

“Roti apakah ini?” tanyanya.

“Roti kemarin yang kusimpan untuk hari ini,” jawab si guru sufi.

Mendengar jawaban itu, si gadis hendak meninggalkan rumah si guru sufi.

“Sudah kusadari bahwa puteri Syah bin Syuja’ takkan sanggup hidup bersama diriku yang miskin seperti ini,” kata sang guru sufi.

“Aku meninggalkanmu bukan karena sedikit hartamu,” jawab si gadis, “Tetapi karena sedikit iman dan kepercayaanmu sehingga engkau menyimpan roti kemarin dan tidak percaya bahwa Allah akan memberikan rejeki kepadamu setiap hari. Aku jadinya heran kepada ayahku, dua puluh tahun lamanya ia memingitku dan mengatakan: ‘Akan kunikahkan engkau dengan seorang yang taqwa kepada Allah,’ tetapi nyatanya ia menyerahkan aku kepada seseorang yang tidak pasrah kepada Allah untuk makanannya sehari-hari.”

“Apakah kesalahanku ini dapat diperbaiki?” si guru sufi bertanya.

“Dapat,” jawab si gadis. “Pilihlah satu di antara dua, aku atau roti kering itu.”


Sumber:
Tadzkiratul Awliya’ (Kisah Teladan Kehidupan Para Wali Allah) – Fariduddin al Attar

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Syah Bin Syuja’ | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top