Siapakah Wali Abdal Itu?

<div style="text-align: justify;"><b><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv_Sh_BOHaEXrlbumRhDpnEcDElk2QzRYWe1taH82GH0UoxPs4OBwU8v08zH0TfjvZydNHi21mYHAGmozS4KWF2_YcVW4J7rX57iSCkA_kbFIKFksTAFBSqDw3uvar9iGHdfgPgiOIs4Mput9A4qfw-wM2EqeWCUTBv7o2AfSNRNu29WoaoK60pozfvHA0/s471/wali-abdal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="315" data-original-width="471" height="429" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv_Sh_BOHaEXrlbumRhDpnEcDElk2QzRYWe1taH82GH0UoxPs4OBwU8v08zH0TfjvZydNHi21mYHAGmozS4KWF2_YcVW4J7rX57iSCkA_kbFIKFksTAFBSqDw3uvar9iGHdfgPgiOIs4Mput9A4qfw-wM2EqeWCUTBv7o2AfSNRNu29WoaoK60pozfvHA0/w640-h429/wali-abdal.jpg" width="640" /></a></div><br />ENAM PENYANGGA DUNIA </b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Imam Hasan Basri mengatakan:</div><div style="text-align: justify;"><ol><li>Jika tidak ada wali abdal, maka bumi dan seluruh isinya akan tenggelam.</li><li>Jika tidak ada orang-orang shalih, maka orang yang ahli maksiat akan celaka.</li><li>Jika tidak ada ulama, maka tingkah laku manusia akan seperti bintang.</li><li>Jika tidak ada penguasa, maka sebagian manusia akan membinasakan yang lainnya.</li><li>Jika tidak ada orang bodoh, maka dunia ini akan terasa sepi.</li><li>Jika tidak ada angin, maka segala sesuatu akan berbau busuk.</li></ol></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Wali Abdal adalah wali yang selalu ada keberadaannya di dunia hingga akhir zaman; jika salah seorang dari mereka meninggal, maka kedudukannya akan diganti dengan wali yang baru.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah SAW bersabda:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">الْأَبْدَالُ أَرْبَعُوْنَ رَجُلاً اثْنَانِ وَعِشْرُوْنَ بِالشَّامِ وَثَمَانِيَةَ عَشَرَ بِالْعِرَاقِ كُلَّمَا مَاتَ مِنْهُمْ وَاحِدٌ أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ فَإِذَا جَاءَ الْأَمْرُ قُبِضُوْا كُلُّهُمْ فَعِنْدَ ذَلِكَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>“Wali abdal itu ada 40 orang laki-laki; 22 berada di Syiria dan 18 orang lainnya berada di Iraq. Apabila salah seorang di antara mereka mati, maka Allah memberikan kedudukannya kepada penggantinya. Jika telah datang perintah Allah, mereka akan dimatikan semuanya. Ketika itu datanglah hari Kiamat.”</i> <b>(HR. Hakim)</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">لَنْ تَخْلُوَ الْأَرْضُ مِنْ أَرْبَعِيْنَ رَجُلًا مِثْلَ خَلِيْلِ الرَّحْمَنِ فَبِهِمْ يُسْقُوْنَ وَبِهِمْ يُنْصَرُوْنَ مَا مَاتَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهَ آخَرَ</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>“Bumi tidak akan pernah kosong dari 40 orang yang setara dengan kekasih Allah (khalilurrahman). Berkat merekalah para penduduk bumi diberi minum dan diberi pertolongan. Tidak ada seorang pun dari mereka yang meninggal, melainkan Allah pasti memberi gantinya.”</i> <b>(HR. Thabarani)</b></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الْأَبْدَالِ الرِّضَا بِالْقَضَاءِ وَالَّصبْرُ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ وَالْغَضَبُ فِى ذَاتِ اللهِ</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>“Tiga hal yang barang siapa memilikinya, maka dia termasuk wali abdal, yaitu: ridha dengan semua ketentuan Allah; mampu menjauhkan diri dari semua hal yang diharamkan; dan marah semata-mata karena Allah.”</i> <b>(HR. Ibnu ‘Adi)</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br /></b></div><div style="text-align: justify;">--Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nasha’ihul ‘Ibad</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><b>WALI ABDAL MENURUT IMAM ABUL HASAN AS-SYADZILI DAN SYEKH Al-MURSI</b>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>“Waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar.”</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Imam Abul Hasan As-Syadzili (1197 M-1258 M), pendiri tarekat Syadziliyah, berbincang-bincang bersama murid kesayangannya, Syekh Abul Abbas Al-Mursi (1219 M-1281 M). Kepada muridnya, Imam Abul Hasan As-Syadzili mengajarkan apa saja yang dibutuhkan kelak sebagai pemimpin spiritual sepeninggalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Suatu hari, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, aku duduk bersama guruku Imam Abul Hasan As-Syadzili di pekarangan rumah. Kami membicarakan apa saja. Tetapi kemudian sekelompok orang masuk. Mereka mendekat kepada kami.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Mereka ini wali abdal,” kata Imam Abul Hasan As-Syadzili.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun demikian, dengan mata batinku, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, kuperhatikan mereka. Ku temukan mereka bukan wali abdal. Aku menjadi terheran dengan perkataan guruku. Ketika ku tanya, dia menjawab sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">فقال الشيخ: من بدلت سيئآته حسنات فهو بدل</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Artinya: “Syekh As-Syadzili berkata, ‘Siapa saja yang keburukannya berganti menjadi kebaikan, maka ia adalah salah seorang (wali) abdal,’” (Lihat Syekh Ihsan M Dahlan Jampes, Sirajut Thalibin ala Minhajil Abidin, [Indonesia, Daru Ihya’il Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 262).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari sini, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, aku menjadi tahu bahwa pertobatan dari buruk menjadi baik adalah awal dari maqam kewaliabdalan<i> (awwalu marātibil badaliyyah)</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;">---</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syekh Ibnu Athaillah murid dari Syekh Abul Abbas Al-Mursi mendengar gurunya berkata, “Mengenal wali lebih sulit dari mengenal Allah. Allah dapat dikenali dengan kesempurnaan dan keindahan-Nya. Tetapi kapan kau bisa mengenali tanda wali, makhluk sepertimu. Ia makan sebagaimana kamu makan, ia minum sebagaimana kamu minum.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ibnu Athaillah berkata di Kitab Latha’iful Minan: “Kalau Allah menghendakimu kenal dengan salah satu walinya, Allah melipat unsur manusiawinya di matamu dan Allah memperlihatkanmu keistimewaannya,”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">(Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, [Semarang, Maktabah Al-Munawwir: tanpa catatan tahun], juz II, halaman 2).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Simpulan Syekh Abul Abbas Al-Mursi sejalan dengan keterangan Syekh Zarruq yang juga tumbuh dalam tradisi Syadziliyah mengatakan, “Waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, [Kairo, As-Syirkatul Qaumiyyah: 2010 M/1431 H], halaman 133).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Wallahu a’lam.</div>

Siapakah Wali Abdal Itu?

ENAM PENYANGGA DUNIA  Imam Hasan Basri mengatakan: Jika tidak ada wali abdal, maka bumi dan seluruh isinya akan tenggelam. Jika tidak ada or...

Read more »

Syeikh Ibrahim al-Kurani al-Madani

<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"><b></b></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWMKK9UWHmvn9Vib-jv1gRsItJ2s53JpKSaLitfvO5LbEhsteyHctI55mMLWadFuWvYdoQuDQPR0Gbw8UkhV2FBRFO4qBtwrt34XVH8-PoUvoh01b6E31kTGcRu_RAphCtVzgxMfy6Qsv_xNIICweYfsHxM-v7ZodjWwkLcHeEMntla112U804bCVIn_s3/s474/syeikh-ibrahim-al-kurani.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="284" data-original-width="474" height="384" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWMKK9UWHmvn9Vib-jv1gRsItJ2s53JpKSaLitfvO5LbEhsteyHctI55mMLWadFuWvYdoQuDQPR0Gbw8UkhV2FBRFO4qBtwrt34XVH8-PoUvoh01b6E31kTGcRu_RAphCtVzgxMfy6Qsv_xNIICweYfsHxM-v7ZodjWwkLcHeEMntla112U804bCVIn_s3/w640-h384/syeikh-ibrahim-al-kurani.jpg" width="640" /></a></b></div><b><br />Pendahuluan</b><p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Syeikh Ibrahim al-Kurani, sosok ulama yang menjadi rujukan para ahli Islam Nusantara pada abad ketujuh belas. Ia berhasil memberikan sentuhan gagasan jalan tengah sebagai sebuah tawaran win-win solution atas dua kutub yang saling berseberangan dengan pandangannya reinterpretasi takwil. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dalam konteks Nusantara, Syeikh Ibrahim al-Kurani memberikan semangat baik untuk toleransi keberagamaan dan juga untuk memberikan aspek yang seimbang antara pemahaman agama yang bersifat filosofis dan juga tradisi yang bersifat praktik sehari-hari, yaitu ritual keagamaan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Syeikh Ibrahim al-Kurani juga menaruh pemahaman penting lainnya, seperti menekankan praktik sufisme tanpa meninggalkan syariat, menolak keras pemahaman takfiri, dan mengampanyekan toleransi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pandangannya yang sedemikian luwes itu dilatarbelakangi proses pendidikannya. Ia memiliki jalur keilmuan dari dua kutub imperium, yakni Timuriah yang menekankan sufisme filosofis dan Mamluk dan Utsmani yang lebih bersifat hadis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kemudian, Syeikh Ibrahim al-Kurani menyemai pandangannya ke para muridnya, termasuk dari Nusantara, seperti Syekh Yusuf al-Makassari, Syekh Abdul Karim al-Bantani, dan Syekh Abdurrouf al-Singkili. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Para murid Syeikh Ibrahim al-Kurani mentransmisikan dan mendominasi otoritas keagamaan abad 17 paruh kedua. Pasalnya, para muridnya tersebut memiliki otoritas secara intelektual dan keagamaan hingga diangkat menduduki jabatan di wilayahnya masing-masing. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pandangan Syeikh Ibrahim al-Kurani di Nusantara, tidak hanya ditopang oleh adanya ulama Nusantara yang belajar langsung kepadanya dan menyalin ulang beberapa manuskrip yang ditulisnya, tetapi juga secara material, naskah salinannya dibawa ke Nusantara. Namun, nama Syeikh Ibrahim al-Kurani tidak begitu dikenal oleh masyarakat Nusantara saat ini, terlebih beragam pandangan dan pemahaman keagamaannya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Syeikh Ibrahim al-Kurani merupakan ulama yang berasal dari wilayah Kurdi, meskipun tinggal di Madinah. Sebagaimana diketahui bersama, Kurdi tidak memiliki kedaulatan atas wilayahnya sehingga sangat mempengaruhi politik edisi manuskrip karya-karyanya yang berjumlah lebih dari 100 itu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Belakangan, baru muncul penelitian tentangnya karena kesadaran intelektual. Oman Fathurahman, misalnya, karena latar belakang keindonesiaannya. Baru-baru ini terdapat penelitian tentangnya di Turki dan Mesir. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Biografi Syeikh Ibrahim al-Kurani al-Madani<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Nama lengkap beliau, Burhanuddin Ibrahim bin Hasan bin Syihabuddin al-Kurani al-Madani (Beliau lahir pada tahun 1023 H (1615 M) dan wafat 1101 H (1690M)), adalah seorang ulama tasawuf yang lahir di kota Syahrani, wilayah Syahrizor, yang dahulu termasuk Kurdistan. Beliau merupakan seorang Mutakallimun yang intelektual dan juga merupakan Mursyid Tariqah yang spiritual. Beliau dinisbahkan juga dengan nama al-Kurdi, al-Syahrazuri dan al-Syahrani. Ia adalah seorang ulama yang mendalami dan menjadi pengikut dari beberapa tarekat, terutama di antaranya ialah Naqsyabandiyah, Qadiriyah, dan Syattariyah. Di Madinah, ia menjadi murid terkemuka dan berpengaruh dari Ahmad al-Qusyasyi, serta menggantikannya sebagai pemimpin tarekat setelah gurunya wafat. Ia menulis mengenai beragam ilmu-ilmu keislaman, terutama tentang fikih, tauhid, dan tasawuf.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pendidikan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pada awalnya Al-Kurani belajar agama di Turki, kemudian kepada para ulama di Persia, Irak, Suriah, dan Mesir, sebelum akhirnya ia menetap di Madinah hingga wafatnya. Di Mesir, ia mengunjungi Al-Azhar dan mempelajari Taysir fi al-Qira’ah al-Sab’ah karya Abu Amru ad-Dani al-Qurthubi kepada Nuruddin Ali bin Ali al-Shabramallisi, serta Thayyibah al-Nasyr fi al-Qira’ah al-’Asyr karya Ibnu al-Jazari. Selain itu, di Mesir ia juga belajar pada Azayim Sultan bin Ahmad al-Marakhi dan Muhammad bin Alauddin al-Babili, seorang ahli hadits ternama. Di Damaskus ia belajar pada Muhammad bin Muhammad al-'Arami. Di Madinah, ia belajar kepada Ahmad al-Qusyasyi, Ahmad bin Ali al-Syinnawi, Mullah Muhammad Syarif bin Yusuf al-Kurani, dan Abdul Karim bin Abi Bakr al-Husaini al-Kurani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pengajaran<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Baik dalam pengajaran maupun dalam karya tulisnya, Al-Kurani menekankan keserasian antara tasawuf dan kalam dengan syariah. Ia beranggapan bahwa berbagai cabang ilmu keislaman itu sebagai jalan-jalan menuju pemahaman yang sebenarnya mengenai tauhid (keesaan Tuhan). Walaupun Al-Kurani tetap menyelami ajaran Ibnu 'Arabi dan Al-Jili, ia menekankan lebih pada persesuaian antara sudut-sudut pandang yang berbeda daripada memilih salah satunya. Sikap Al-Kurani tersebut tercermin pula pada pilihannya untuk mengikuti lebih dari satu tarekat, sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya Al-Qusyasyi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pengaruh</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Al-Kurani adalah seorang ulama yang ternama pada zamannya, dan ia diperkenankan mengajar di Masjid Nabawi. Al-Jabarti menyebutnya Syeikh al-Syuyukh, yang mana murid-muridnya berdatangan dari berbagai negara. Ia dihormati oleh para pelajar di Hijaz, dan ia dikenal luas oleh para ulama dari India dan Jawi (nusantara). Ia mempunyai hubungan yang akrab dengan Abdurrauf al-Singkili, dan tetap berhubungan setelah Al-Singkili kembali ke Aceh. Al-Hamawi mencatat bahwa para pelajar Nusantara lainnya juga menjalin hubungan dengan Al-Kurani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Karya<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Karya tulis Al-Kurani diperkirakan mencapai lebih dari seratus karya, namun sebagian besar belum diterbitkan. Karyanya Ithaf al-Dhaki bi Syarh al-Tuhfah al-Mursalah ila al-Nabi membahas Al-Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi karya Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanpuri, yang dibuat atas permintaan relasinya di Nusantara. Selain itu, karyanya Al-Lum‘ah al-Saniyah fi Tahqiq al-Ilqa’ fi al-Umniyah membahas tentang tauhid dan tasawuf, dan Al-Amam li-Iqaz al-Himam membahas biografi dan kredensial intelektualnya sebagai pengajar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Karya Syeikh Ibrahim al-Kurani al-Madani pernah menjadi silabus pengajaran dan pendidikan di Terengganu. Tok Syeikh Duyong menjadikan karya Syeikh Ibrahim al-Kurani sebagai pengajaran utama dibanding kitab-kitab yang lain. Dapat dilihat bahwa Syeikh Ibrahim al-Kurani adalah tokoh besar yang memainkan peranan penting dalam membentuk tradisi keagamaan di Terengganu bahkan juga di Nusantara.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Murid-Murid Syeikh Ibrahim Al-Kurani</span></b><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Syeikh Ibrahim al-Kurani al-Madani (w. 1690), sebagai seorang ulama sentral dunia Islam yang berkedudukan di Madinah dan menyandang gelar “Mujaddid Islam Pada Zamannya”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dalam karya monumentalnya, Prof. Dr. Azyumardi Azra mengulas dengan panjang lebar sosok besar ini beserta dua orang ulama Nusantara yang menjadi muridnya, yaitu Syeikh Abdul Rauf Singkel (w. 1693) dan Syeikh Yusuf Makassar (w. 1699). Pun demikian Prof. Dr. Oman Fathurrahman, yang menyunting manuskrip karya al-Kurani yang berjudul “Ithaf al-Dzaki fi Syarh al-Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi” dan memiliki hubungan erat dengan wacana intelektual keislaman yang berkembang di Nusantara pada kurun masa abad ke-17 M.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Namun demikian, ternyata masih ada sejumlah ulama Nusantara lainnya yang menjadi murid langsung dari al-Kurani dan belum tereksplorasi (bahkan belum tersebut) dalam kajian Prof. Azra dan Prof. Oman. Diantaranya adalah Syeikh Abdul Syakur bin Abdul Karim al-Bantani dari Banten, Syeikh Muhammad bin Abdul Lathif al-Bantani dari Banten, dan Syeikh Abdul Mahmud bin Shalih al-Matharami dari Mataram Jawa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Belakangan, intelektual muda Dr. Zacky K. Umam, dengan serius mengkaji sosok al-Kurani dan jaringan murid-muridnya dari Nusantara yang sebagian belum tereksplorasi itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beruntungnya, ketiga nama ulama di atas meninggalkan jejak manuskrip. Sebagian tersimpan di PNRI Jakarta, dan sebagian lagi di Perpustakaan Arif Hikmet Effendi di Madinah (Saudi Arabia).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Syeikh Ibrahim Al-Kurani Ulama Besar Ahli Sunnah Wal Jamaah Menjadi Rujukan Ulama Sesudahnya<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_s8iQp4h4hTqA5Le_9mM44ThiAYzKpJfT93zzmsQas-AvTE2SwIFJ77y9ptoSZnHoDUcWr962XWvKY_UA1LD8_Y14bOcVSx7LRQXBcxu6RzknZ2yqH6UY_7lTg_WKpaZyVbCpgL4k8zddng9f1yaUCbXeh5fy_b7uxH0vLzeZtUy-q1kYfxMe8MtG-BG9/s624/Shaykh-Ibrahim-ibn-Hasan-al-Kurani.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="438" data-original-width="624" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_s8iQp4h4hTqA5Le_9mM44ThiAYzKpJfT93zzmsQas-AvTE2SwIFJ77y9ptoSZnHoDUcWr962XWvKY_UA1LD8_Y14bOcVSx7LRQXBcxu6RzknZ2yqH6UY_7lTg_WKpaZyVbCpgL4k8zddng9f1yaUCbXeh5fy_b7uxH0vLzeZtUy-q1kYfxMe8MtG-BG9/w400-h281/Shaykh-Ibrahim-ibn-Hasan-al-Kurani.png" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;">Tuduhan seperti Syeikh Ibrahim al-Kurani sebagai pengajar ilmu Khurafat dan mengajar kebathinan yang salah merupakan satu fitnah yang besar yang dapat mengundang keburukan kepada masyarakat.</div><o:p></o:p><p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Hal ini disebabkan golongan ini gagal memahami konsep Khurafat sehingga menuduh para ulama’ sebagai pelaku Khurafat. Mereka gagal konsep Syariat-Hakikat sehingga menyalahkan ajaran Tasawuf yang benar dengan tuduhan Batiniyyah yang sebenarnya berbeda dengan apa yang mereka pahami.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Maka mengupas sejarah tentang Syeikh Ibrahim al-Kyrani ini perlu dilakukan sebagai jawaban kepada golongan tersebut bahwa Syeikh Ibrahim Al-Kurani merupakan Ulama’ Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang telah memadukan Ilmu Kalam – Ilmu Syariat – Ilmu Tasawwuf ke dalam satu model terbaik hingga menjadi Guru Besar dari ulama’-ulama’ Nusantara setelahnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sesungguhnya Syeikh Ibrahim Al-Kurani merupakan seorang ulama’ besar yang memiliki keilmuwan yang bersanad pada ulama’ muktabar sebelumnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beliau mendalami pelbagai lapisan ilmu antaranya Ilmu Kalam dalam memperteguh Akidah, Ilmu Fiqih dalam pengamalan Syariat serta Ilmu Tasawwuf dalam memahami Hakikat Ihsan. Beliau telah menjelajah ke pelbagai kota perkembangan Ilmu yaitu di Turki, Parsi, Iraq, Syria, Mesir dan Madinah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beliau mengambil amalan Tariqat Qadiriyyah ketika berada di Baghdad. Beliau telah mendalami keilmuan Tasawwuf Syeikh Abdul Qadir Al-Jaylani ketika di Baghdad yang merupakan tempat ajaran Imam Al-Ghazali disebarkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Malah beliau mempelajari ajaran Esoterik Ilmuwan terkenal Syeikh Al-Akbar Ibn ‘Arabi. Pengajaran Tasawwuf Ibn ‘Arabi ini didapat dari Syeikh Muhammad Al-Amiri selama 4 tahun ketika beliau berada di Damsyik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Maka keilmuwan Imam Al-Ghazali, Al-Jaylani dan Ibn ‘Arabi terangkum dan termanifestasi dalam pemikiran Syeikh Ibrahim Al-Kurani. Ini menunjukkan bahwa beliau mengikuti jalur pemikiran Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang lengkap dalam Tasawwuf.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beliau juga sempat berada di Mesir dengan mempelajari ilmu Tafsir dan Hadis di Universitas Al-Azhar. Al-Azhar yang merupakan pusat pengkajian Ahli Sunnah Wal Jama’ah sedunia kukuh dan tertanam di dalam jiwa beliau.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beliau juga telah belajar Ilmu Fiqih (Syariat) kepada Syeikh Al-Qushashi kepada Syeikh As-Sinwani seterusnya kepada Imam Shamsudin Ar Romli sampai kepada Imam Zakaria Ansori. Sanad keilmuwan ini menunjukkan bahwa beliau telah belajar dari tokoh Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang bermazhab Syafi’i.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pembelajaran Hadis beliau terutama dalam Kutubus Sittah juga diambil dari Syeikh Alauddin Al-Babli, Shihabudin Al-Masri dan Sultan Ahmad Al-Azhari. Ini menunjukkan bahwa beliau mementingkan dan mencintai Hadis Nabi dalam mengeluarkan Hukum-Hakam. Sangat paradoks apabila beliau dituduh sebagai Bathiniyyah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beliau juga merupakan Khalifah Syatariah yang mengambil dari Al-Qushashi. Jalur ini membuktikan bahwa Tariqatnya berlandaskan landasan Imam Al-Ghazali. Ini membatalkan tuduhan bahwa beliau mengajar khurafat yang sesat. Hakikatnya ajaran beliau penuh dengan ajaran pembersihan rohani dan penerapan nilai Akhlak yang tinggi. Beliau juga pernah ke Madinah menuntut ilmu di bawah pengawasan penuh di bawah Al-Qushashi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Keilmuwan beliau telah mempengaruhi Nusantara sehingga menuangkan nilai keilmuwan tersebut kepada tokoh ilmuwan terkenal Abdul Rauf As-Singkil dan Yusuf Al-Makassari. Abdul Rauf As-Singkel merupakan mufti Ahli Sunnah Wal Jama’ah di Aceh. Ini menunjukkan guru Abdul Rauf As-Singkel yaitu Syeikh Ibrahim Al-Kurani juga merupakan Ilmuwan Ahli Sunnah Wal Jama’ah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beliau telah mengupas tentang Tuhfat Al-Mursalah karangan Al-Burhanpuri dalam tajuk Ithafu Dhaki dalam hal Wahdatul Wujud serta Martabat Tujuh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kitab Tuhfat diadaptasi sehingga mempengaruhi dalam pemikiran Hamzah Fansuri dan Samsuddin Sumatrani. Kupasan beliau dalam hal ini membuktikan bahwa kewujudan yang hakiki hanya Allah SWT saja, adapun kewujudan makhluk adalah sementara serta maya yang bergantung kepada Wajib Al-Wujud.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kupasan ini menunjukkan bahwa beliau berpegang kepada Tauhid sejati. Muqaddimah kitab beliau saja penuh dengan ketauhidan kepada Allah SWT. Ini membatalkan tuduhan fitnah dari para Sufaha’ Al-Ahlam yang konon beliau mengajar ilmu Khurafat Bathiniyyah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Malah kitab beliau berkenaan Al-Jawabat Al-Gharawiyyah Lil Masail Al-Jawiyah Al-Johriyyah telah menjawab persoalan-persoalan yang besar di nusantara berkenaan Wahdat Al-Wujud. Kitab Kasf Al-Muntazir Lima Muhtayar Muhtadhir dan Al-Maslak Al-Jali Fi Jukm Syatah Al-Wali juga telah menjawab secara tuntas berkenaan Syatahat Wali. Kitab tersebut juga telah menjawab pelbagai persoalan berkenaan Martabat Tujuh dengan dalil Al-Quran dan As-Sunnah berkenaan pengalaman Ahli Tasawwuf.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Syeikh Ibrahim Al-Kurani meneruskan ajaran Ibn ‘Arabi dan Al-Jili dalam mencapai status Insan Al-Kamil. Mungkin disebabkan inilah muncul golongan yang memfitnah Syeikh Ibrahim Al-Kurani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sesungguhnya Syeikh Ibrahim Al-Kurani telah memadukan antara Kalam, Syariat dan Sufi secara terpadu. Keterpaduan ini adalah unsur ketauhidan yang menyatakan segala-galanya berasal dari Wajib Al-Wujud yaitu Allah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beliau merupakan Mahaguru Ulama’ Nusantara. Beliau merupakan Mujaddid Islam Abad ke-11 H. Al-Kattani, seorang ilmuwan Hadis terkenal telah meletakkan beliau sebagai Mujaddid Ummah yang sangat Prolifik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Al-Kattani telah mengiktiraf beliau sebagai guru besar sehingga mampu membangkitkan Tasawuf pada landskap Sunni. Mustahil seorang Mujaddid Ummah Abad ke-11 H mengajar ajaran Khurafat dan Batiniyyah. Beliau diiktiraf oleh ilmuwan besar yang lainnya yang mempunyai kredibilitas dan otoritas dalam kajian ilmu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Beliau digelari sebagai Ilmuwan Besar yang memiliki Intelektual dan Spiritual yang matang pada kurun ke-17 M seperti di dalam kitab ‘Aunul Ma’bud Sharh atas Sunan Abi Dawud karangan al-Muhaddith Abu Tayyib Muhammad Shamsul Haqq al-Azim Abadi. Ini menunjukkan Ahli Hadith juga mengiktiraf beliau.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dalam kitab tersebut juga dinyatakan bahwa beliau sebaris dengan Syeikhul Islam Zakaria Al-Ansari Mujaddid abad ke-15, Imam Ar-Ramli pada abad ke-16 Sheikh Murtadha Al-Zabidi pada abad ke-18. Pengiktirafan beliau sebagai Mujaddid dilakukan oleh ulama’-ulama’ besar yang tahqiq dalam keilmuwan. Bukan seperti Sufaha’ Al-Ahlam yang gagal memahami text karya beliau yang penuh dengan bahasa tinggi yang tidak dicapai oleh akal mereka.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Karya beliau mencapai 80 buah buku yang meliputi pelbagai bidang keilmuan. Tulisan beliau telah mempengaruhi ulama’-ulama’ sesudahnya karena daya tarik pemikirannya yang kuat. Penulisannya terus dikaji dan melahirkan ulama’-ulama’ lain yang kompeten. Ini menunjukkan Syeikh Ibrahim Al-Kurani merupakan sebuah gunung yang utuh dan kukuh yang didaki oleh setiap pencinta ilmu untuk menggapai ilmu beliau. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Secara akademis, Akidah beliau adalah Al-Asya’irah, bermazhab As-Syafi’i serta bertariqat Naqsyabandi dan Syatariyyah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Menurut pengkaji ilmu yang mempunyai kredibilitas ilmu antaranya Azra dan Oman Fathurahman menyatakan bahwa beliau adalah “Bapak Ilmu Islam” di Nusantara.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Hampir keseluruhahan kitab pada masanya dan setelahnya yang membicarakan tentang Al-Kurani menyatakan bahwa beliau merupakan “Alim Besar” sehingga digelari sebagai “Ghazali Besar”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Al-Azhimabadi seorang Ulama’ India yang profesional juga mengukuhkan lagi bahwa beliau adalah Mujaddid Islam yang sangat prolifik.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Al-Hamawi seorang sejarawan terkenal menyatakan majlis ilmu beliau sebagai “Taman Syurga” yang penuh dengan pengisian ilmu serta dihadiri oleh penuntut ilmu dari pelbagai kota.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Sejarawan Intelelektual yang menghabiskan masa hidupnya untuk kajian sejarah, Al-Muradi yang hidup sezaman Al-Kurani menyatakan bahwa beliau sebuah “Gunung Raksasa” di antara pergunungan ilmu dan juga “Samudera Ilmu Irfan Hakikat” yang perlu diambil ilmunya. Jikalau ahli sejarah sudah mengatakan demikian, maka fitnah dari golongan yang menentang ditolak mentah-mentah, ia bagaikan angin lalu yang tiada nilai ilmu dan nilai adab.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Hampir keseluruhan ilmuwan Islam yang berada di Nusantara juga mempunyai jalur dari beliau. Abah Anom yang merupakan syeikh Tariqat juga mewarisi keilmuwan Al-Kurani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Abdul Rauf Singkel (W. 1693) penulis pertama terjemahan Al-Quran dalam Bahasa Jawi yaitu Turjuman Mustafid. Mufti kesultanan Aceh penulis pertama Mazhab Syafi’i pertama terlengkap yaitu Mir’atul Tullab. Juga merupakan murid langsung Al-Kurani. Demikian Yusuf Makassari (w 1699) juga murid langsung beliau. Jikalau Al-Kurani yang merupakan Guru Besar kepada Abdul Rauf Singkel ini sesat dan dituduh sebagai pengajar Batiniyyah dan Khurafat, maka rantai Melayu ini jadi khurafat. Hakikatnya keilmuwan Al-Kurani yang dibawa oleh ulama’-ulama’ Nusantara telah membangunkan Tamadun Kesultanan Melayu Aceh di Nusantara.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Antara lain murid beliau juga Abdul Syakur Al-Banten (Waliullah), Abdul Mahmud Mataram, Muhammad Abdul Latif Al-Banten, dan selainnya seperti di dalam kitab Al-Umam Li Liqazh Al-Himam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Hampir keseluruhan ulama’ Nusantara bersambung sanad garis keilmuan kepada Al-Kurani. Jikalau Al-Kurani dikatakan sesat dan mengajar khurafat, maka hampir keseluruhan ulama’ Nusantara juga khurafat. Tetapi hakikatnya tidak sedemikian.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Sesungguhnya Syeikh Ibrahim Al-Kurani telah menyeimbangkan antara teori dan praktik. Menggabungkan Fiqih (Zahir) dan Tasawwuf (Batin). Memadukan antara Syariat dan hakikat. Maka dengan inilah golongan yang cenderung ke arah pemikiran Zahiriyyah telah menuduhnya sebagai Batiniyyah. Hakikatnya mereka tidak menjangkaui pemikiran yang sangat dalam dari Syeikh Ibrahim Al-Kurani.</span></p>

Syeikh Ibrahim al-Kurani al-Madani

Pendahuluan Syeikh Ibrahim al-Kurani, sosok ulama yang menjadi rujukan para ahli Islam Nusantara pada abad ketujuh belas. Ia berhasil memb...

Read more »

Tasawuf Menurut Syekh Ibrahim al-Kurani: Bantahan Bagi Yang Menyatakan Sufi Sesat

<p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Gzto61CphZo4-lpn_EtTHs_aYAmT_YTN4xIfF9FFb-MM9NrvhpF4L1YH5gCmvKX9aKje7hrq44A77acEZI2DzX4Rw9V6Je5qANSCzbybAnMmo2cz8LNDjtRZ57cLOFmOSGV2j5W1yrt75xjhB8guUxDeOPneSN1sZ6jbqGtsLq7a35_ltr7r0005Z5Qf/s706/syeikh-ibrahim-kurani.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="706" data-original-width="531" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5Gzto61CphZo4-lpn_EtTHs_aYAmT_YTN4xIfF9FFb-MM9NrvhpF4L1YH5gCmvKX9aKje7hrq44A77acEZI2DzX4Rw9V6Je5qANSCzbybAnMmo2cz8LNDjtRZ57cLOFmOSGV2j5W1yrt75xjhB8guUxDeOPneSN1sZ6jbqGtsLq7a35_ltr7r0005Z5Qf/w301-h400/syeikh-ibrahim-kurani.jpg" width="301" /></a></div><br /><div style="text-align: justify;">Berbagai macam krisis menimpa kehidupan manusia, permasalahan semakin menumpuk, tetapi kekosongan selalu mengisi jiwa. Hal ini menjadikan tasawuf sebenarnya hal yang penting bagi manusia, terutama tasawuf menuurut Syekh Ibrahim al-Kurani. Namun, apakah dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan sufi tidak sesat?</div><p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Banyak yang beranggapan bahwa tasawuf itu tidak penting. Tasawuf masih menjadi disiplin ilmu yang masih dipandang sebelah mata, jika dibandingkan dengan disiplin ilmu lain seperti ilmu fiqih, tafsir, dan hadis. Ketidakseimbangan dalam diskursus ilmu agama Islam ini menimbulkan krisis spiritual dalam umat Islam sekarang.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Bahkan ada saja sebagian kaum yang menilai bahwa tasawuf hanya mengelabuhi umat dengan slogan-slogan, pernyataan tidak mendasar dan klaim kosong. Ajakan untuk menyucikan hati, membina akhlak, untuk mempermudah dalam mengajak umat agar ikut dalam ajaran tasawuf dianggap sebagai tipuan belaka.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span><b>Benarkah Sufi Tidak Sesat?</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Dari segi bahasa, tasawuf memiliki beberapa asal kata, antara lain; shopos (hikmat), sufi (suci), shuf (bulu domba kasar, lambang kesederhanaan). Semua itu menggambarkan keadaan yang selalu bertujuan pada kesucian jiwa, pola hidup sederhana, mengutamakan kebaikan dan panggilan Allah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Menurut Imam Al-Junaid Al-Baghdadi, tasawuf adalah membersihkan hati dari kecenderungan pada keduniawian, memadamkan sifat-sifat buruk manusia, menjauhkan tuntunan hawa nafsu, mengkaji hakikat, melakukan perbuatan semata karena Allah, tunduk dan patuh kepada Rasul serta mengikuti dalam hal syariat. Dari sini dapat dinilai bahwa sesungguhnya sufi tidak sesat.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Sederhananya, tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan sikap mental seorang seharusnya dalam berhubungan dengan Tuhan dan makhluk berdasarkan pada Al-Quran dan Hadis. Intisari dari ajaran tasawuf memfokuskan pada kesadaran akan adanya komunikasi antara ruh manusia dengan Tuhan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Terdapat para teladan sufi dalam sejarah, seperti Jabir ibn Hayyan, seorang ilmuwan muslim yang terkenal, merupakan seorang pelaku tasawuf. Al-Junaid yang dikenal sebagai sufi, merupakan seorang pengusaha. Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili, tokoh sufi terkenal adalah seorang petani sukses.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Hal ini menunjukkan bahwa tasawuf sesungguhnya tidak memisahkan atau menyingkirkan dunia secara total. Hanya saja, para pelaku tasawuf memagari dunia agar mendapatkan ketenangan dan keteduhan jiwa. Karena itu, sufi bisa disebut tidak sesat.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span><b>Syekh Ibrahim Al-Kurani</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Syekh Ibrahim Al-Kurani, seorang mahaguru para ulama nusantara, menulis sebuah kitab, yaitu Ithaf al-Dhaki, sebagai komentar atas kitab al-Tuhfah al-Mursalah (kitab tentang ilmu hakikat). Dahulu, kitab tersebut masuk ke Nusantara dan diajarkan tanpa memahami terlebih dahulu syariat Nabi. Hal ini menyebabkan adanya kesalahpahaman dalam pengambilan ilmu dari kitab yang ditulis oleh Syekh Al-Burhanpuri itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Syekh Ibrahim Al-Kurani menulis komentar atas kitab tersebut supaya dapat menjelaskan masalah-masalah yang dibahas dengan prinsip dasar agama, yang diperkuat dengan dalil al-Quran dan hadis.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Syekh Ibrahim Al-Kurani menjelaskan bahwa ada hal-hal penting yang harus dipahami oleh seseorang yang ingin memperdalam ilmu ini, agar tidak adanya kesalahpahaman atas apa yang disampaikan pada maksud utama dari ilmu tasawuf. Setidaknya ada tujuh hal yang harus diperhatikan, antara lain:</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span><b>1. Al-Quran dan Hadis sebagai Landasan Utama</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Pertama, meyakini dan tidak meragukan bahwa al-Quran dan hadis sebagai landasan utama, adalah timbangan bagi semua timbangan. Dan tidak ada kitab suci lainnya yang mampu menaunginya. Tasawuf harus senantiasa sejalan dengan ajaran Islam dalam al-Quran dan hadis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Ketika al-Quran menaungi kitab-kitab suci lainnya, menandakan bahwa kitab-kitab umum pun ikut ternaungi di dalamnya. Dan hadis adalah penjelasan pada apa yang terdapat dalam al-Quran, sesuai apa yang disabdakan oleh Nabi SAW, <i>“Aku telah tinggalkan untukmu Kitabullah dan Sunahku, maka berilah penjelasan Al-Quran dengan Sunahku, niscaya penglihatanmu tidak akan buta, kakimu tidak akan tergelincir, dan tanganmu tidak akan terpotong, selama kamu memegang teguh keduanya.”</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span><b>2. Makna Tersurat dan Tersirat dari Ayat al-Quran</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kedua, membenarkan bahwa terdapat dua sisi makna dalam ayat Al-Quran, yaitu makna yang tersurat dan tersirat. Setiap maknanya tidak bertentangan, melainkan terdapat makna lahir dan batin dari ayat tersebut. Diriwayatkan sebuah hadis dari Ibn Mas’ud, bahwa Rasulullah SAW bersabda, <i>“Sesungguhnya Al-Quran itu diturunkan atas tujuh huruf, setiap ayatnya mengandung makna lahir dan batin, dan dalam setiap hurufnya terdapat batasan serta keleluasaan…”</i><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Pada dasarnya, menolak makna tersurat adalah pendapat golongan Bathiniyah. Mereka hanya memandang satu sisi dari sesuatu, serta tidak peduli dan tidak memahami akan keseimbangan alam. Ia sama halnya seperti penolakan makna tersirat sebagaimana pendapat golongan Hashwiyah, yaitu kelompok yang berpikir sebatas harfiyah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Jadi, orang yang hanya meyakini makna tersurat dapat disebut sebagai seorang Zahiri dan Hashwi. Dan orang yang hanya meyakini makna tersurat dapat disebut sebagai seorang Batini. Sedangkan orang yang meyakini kedua-duanya adalah seorang yang sempurna, paradigma yang perlu dimiliki dalam tasawuf.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span><b>3. Bertasawuf Merujuk Pada Para Salaf</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Ketiga, berkeyakinan seperti para ulama saleh terdahulu <i>(al-salaf al-salih)</i> agar terhindar dari penafsiran yang keliru yang hanya mengandalkan akal pikiran, dan tidak mencampur antara keyakinan dengan analogi belaka. Dibutuhkan juga penunjuk (guru) agar tidak salah ketika memahaminya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Al-Imam Al-Syafi’i berkata, <i>“Akal itu memiliki batas di mana ia berhenti, seperti halnya penglihatan juga memiliki batas di mana ia melihat.”</i> Diharuskan untuk meyakini bahwa akal memiliki keterbatasan dalam memahami dan mengetahui tentang al-Haq.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span><b>4. Tidak Mendustakan Ilmu Para Sufi</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Keempat, tidak mendustakan ilmu-ilmu yang berasal dari para sufi yang saleh dan jujur, karena mereka tidak menyampaikan sesuatu yang menyimpang dari syariat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Inilah sikap paling dasar yang harus dimiliki sebelum terjun ke dalam dunia tasawuf. Derajat terendah seorang pencari ilmu adalah membenarkan apa yang dialami dan diajarkan oleh para sufi (yang mengikuti syariat) adalah benar, tidak ada penyimpangan terhadap syariat.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span><b>5. Wahdah al-Wujud Sesuai dengan Syariat</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Kelima, meyakini bahwa tidak adanya kontradiksi antara konsep wahdah al-wujud dengan syariat untuk mematuhi segala perintah dan meninggalkan segala larangan Allah. Tidak ada alasan bagi seorang pelaku tasawuf untuk meninggalkan syariat dengan dalih sudah dekat dengan Allah, merasa bahwa dirinya sudah kasyaf.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Perlu adanya keyakinan dengan yang sebenar-benarnya bahwa ilmu hakikat itu berbanding lurus dengan kewajiban syariat. Orang sering menyalahpahami tasawuf bahwa bila sudah mencapai tingkatan tertentu, maka tidak perlu mengikuti syariat. Hal ini salah dan perlu diluruskan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Wahdah al-wujud juga tidak bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Al-Junaid, “Tauhid adalah memisahkan yang tidak diciptakan dari yang diciptakan.” Serta tidak bertentangan dengan ucapan golongan ahlu sunnah, yaitu “Tauhid adalah penolakan terhadap al-Tasybih dan al-Ta’til.”</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span><b>6. Tetap Beribadah Sesuai Syariat</b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">Keenam, tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban yang dibebankan oleh syariat, seperti apa yang disebutkan pada poin sebelumnya bahwa tidak adanya kontradiksi antara tasawuf dan syariat. Menandakan bahwa tasawuf tidak menggugurkan kewajiban dalam melakukan syariat, seperti shalat, puasa, zakat, dan juga haji.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span>Wallahu a’lam bi shawaab</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">(Sumber: <a href="https://ibtimes.id/tasawuf-ala-syekh-ibrahim-al-kurani-sufi-tidak-sesat">https://ibtimes.id/tasawuf-ala-syekh-ibrahim-al-kurani-sufi-tidak-sesat</a>)</span></i></p>

Tasawuf Menurut Syekh Ibrahim al-Kurani: Bantahan Bagi Yang Menyatakan Sufi Sesat

Berbagai macam krisis menimpa kehidupan manusia, permasalahan semakin menumpuk, tetapi kekosongan selalu mengisi jiwa. Hal ini menjadikan ta...

Read more »

Pentingnya Berguru Dalam Tasawuf Menurut Syeikh Ibrahim Al-Kurani Dalam Kitab Ithaf Al-Dzaki

<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="line-height: 115%;"><span style="text-align: left;"><span style="font-family: Cambria Math, serif;"><b></b></span></span></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: Cambria Math, serif;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf07-ZxL7u6jmWj10MvkbGt6q8kPL8Yh-q5gizhYQgA3jTkzWAmt5yI4WryRiHv5WGbkmZQ61IdJRI8XGkXu4Hb_4L-iGzUUuVWLbXt_y18xyyfaO0VmxZvUlAmYB5JaGxycqBLNEiHPKYL9__-EmWPrZIffmJDrRebaQZIaM5gANO5_cJyflrmwJIidv3/s640/syeikh-ibrahim-kurani.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="481" data-original-width="640" height="482" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgf07-ZxL7u6jmWj10MvkbGt6q8kPL8Yh-q5gizhYQgA3jTkzWAmt5yI4WryRiHv5WGbkmZQ61IdJRI8XGkXu4Hb_4L-iGzUUuVWLbXt_y18xyyfaO0VmxZvUlAmYB5JaGxycqBLNEiHPKYL9__-EmWPrZIffmJDrRebaQZIaM5gANO5_cJyflrmwJIidv3/w640-h482/syeikh-ibrahim-kurani.jpg" width="640" /></a></b></span></div><span style="font-family: Cambria Math, serif;"><b><br />Menurut Syeikh Ibrahim Al-Kurani Dalam Ithaf Al-Dzaki</b>  </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt;">           </span><span style="font-family: Times New Roman, serif;"><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></span><p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Menurut Ibnu Arabi sebagaimana ditegaskan oleh Syeikh Ibrahim Al-Kurani, tabiat nafsu akan selalu mengatur dirinya sendiri, sehingga untuk mengendalikannya seorang salik harus mempunyai guru yang dijadikan sandaran dalam setiap amal dan lelaku untuk mendidik nafsunya agar mau tunduk kepada selain dirinya. Dalam hal inilah seseorang harus mempunyai guru yang menjadi pembimbingnya, mengeluarkan dirinya dari belenggu nafsunya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">Dalam penguatan pemahamannya tentang pentingnya ilmu dan berguru dalam bertarekat, Syeikh Ibrahim Al-Kurani menukil perkataan Syeikh Akbar Ibnu Arabi sebagai berikut :<span style="mso-spacerun: yes;">         </span><span style="mso-spacerun: yes;">   </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><br /> <span style="color: black; font-size: 13.5pt; line-height: 115%;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; float: none; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-thickness: initial; widows: 2; word-spacing: 0px;">و لتسجن نفسك تحت آمر يأمرك و ينهاك و تلمذ له و اتخذه شيخا مرشدا فإنه ان لم تجرّ أفعالك على مراد غيرك لم يصح لك انتقال عن هواك و لو جاهدت نفسك عمرك بما ترتبه عليها و إن صعب لم تزل عن هواها فإنها هي المرتبة على نفسها و إن فتح لها فى باب المشاهدة ضروب المكاشفات لم تزل بذلك عن رعونتها و رياستها التى لم يمكن الخروج عنها إلا بالإنقياد إلى طاعة نفس أخرى مثلها و تصرفها تحت امره و نهيه…..“</span></span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">“</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘏𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘢𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘣𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘦𝘮𝘣𝘪𝘮𝘣𝘪𝘯𝘨</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘺𝘢n𝘨</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘯𝘺𝘶𝘳𝘶𝘩𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> (</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘢𝘳𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘢𝘪𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">) </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘭𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> (</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘢𝘳𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">), </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘪𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘚𝘺𝘢𝘪𝘬𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> (</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘨𝘶𝘳𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">) </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘮𝘣𝘪𝘯𝘨𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘫𝘪𝘬𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵𝘢𝘯𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘦𝘩𝘦𝘯𝘥𝘢𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘭𝘢𝘪𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘭𝘢𝘪𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘦𝘳𝘱𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩𝘢𝘯𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘢𝘳𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘩𝘢𝘸𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘯𝘢𝘧𝘴𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘢𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">. </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘋𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘢𝘯𝘥a𝘪𝘯𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘢𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘯𝘤𝘶𝘳𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘶𝘮𝘶𝘳</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘥𝘢𝘭𝘪𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> (</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘩𝘢𝘸𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘯𝘢𝘧𝘴𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">), </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘶𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘶𝘭𝘪𝘵𝘯𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘯𝘪𝘴𝘤𝘢𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘢𝘮𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘪𝘴𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘢𝘳𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘩𝘢𝘸𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘯𝘢𝘧𝘴𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘪𝘵𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘪𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘶𝘳</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">. </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘋𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘫𝘪𝘬𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘪𝘣𝘶𝘬𝘢𝘬𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘫𝘦𝘯𝘪𝘴</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘢𝘴𝘩𝘧</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘴𝘪𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘯𝘪𝘴𝘤𝘢𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘪𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘵e𝘵𝘢𝘱</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘦𝘭𝘪𝘢𝘳𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘰𝘮𝘪𝘯𝘢𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘺𝘢𝘯𝘨</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘬𝘦𝘤𝘶𝘢𝘭𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘢𝘵𝘶𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘯𝘢𝘧𝘴𝘶</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘭𝘢𝘪𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘺𝘢𝘯𝘨</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘫𝘦𝘯𝘪𝘴</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘥𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘢𝘸𝘢𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘭𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><i>….”</i> (</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘖𝘮𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘍𝘢𝘵𝘩𝘶𝘳𝘳𝘢𝘩𝘮𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘐𝘵𝘩𝘢𝘧</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘈𝘭</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">-</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘋𝘩𝘢𝘻𝘬𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘛𝘢𝘧𝘴𝘪𝘳</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘞𝘢𝘩𝘥𝘢𝘵𝘶𝘭</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘞𝘶𝘫𝘶𝘥</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘣𝘢𝘨𝘪</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘔𝘶𝘴𝘭𝘪𝘮</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘕𝘶𝘴𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝟤𝟢𝟣𝟤</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘑𝘢𝘬𝘢𝘳𝘵𝘢</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘚𝘦𝘭𝘢𝘵𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘔𝘪𝘻𝘢𝘯</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">, </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝘩𝘢𝘭</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">. </span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝟣𝟣𝟥</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">,</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝟣𝟣𝟦</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">,</span><span style="font-family: "Cambria Math","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-font-family: "Times New Roman";">𝟤𝟣𝟦</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">).<o:p></o:p></span></p><br />

Pentingnya Berguru Dalam Tasawuf Menurut Syeikh Ibrahim Al-Kurani Dalam Kitab Ithaf Al-Dzaki

Menurut Syeikh Ibrahim Al-Kurani Dalam Ithaf Al-Dzaki                  Menurut Ibnu Arabi sebagaimana ditegaskan oleh Syeikh Ibrahim Al-...

Read more »

Kisah Kehidupan KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen)

<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5Qj4NKFidq4hmtzccHTg4LL3FRdmBns5-Vj3Sb6EpPpJeqcbHeHZm2mrXFHejuxH-zKsu8C8eXsPSaErIxsba1ur19BaYiu1VE8fHSl5_KvubVCO43OzFy8NDL98M9-oSVzqIBp5f63phAsJUwdv-FOzyXoVkgvZ2WUfFMf6Ton7r6ke6pbbCQU9SJwev/s474/mbah-moen.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="266" data-original-width="474" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5Qj4NKFidq4hmtzccHTg4LL3FRdmBns5-Vj3Sb6EpPpJeqcbHeHZm2mrXFHejuxH-zKsu8C8eXsPSaErIxsba1ur19BaYiu1VE8fHSl5_KvubVCO43OzFy8NDL98M9-oSVzqIBp5f63phAsJUwdv-FOzyXoVkgvZ2WUfFMf6Ton7r6ke6pbbCQU9SJwev/w640-h360/mbah-moen.jpeg" width="640" /></a></div><br />Para santri Al-Anwar setelah periode tahun 2000 banyak menyaksikan tentang kehidupan Mbah Maimoen yang sudah lumayan mapan secara ekonomi. Tetapi apakah kehidupan beliau tiba-tiba saja mapan?.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak, kehidupan beliau terutama dalam kehidupan berkeluarga juga dimulai dari nol. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernah pada suatu malam Idul Fithri, Syaikhona Maimoen Zubair sama sekali tidak mempunyai beras untuk digunakan sebagai zakat fithrah dan bahkan tidak mempunyai uang sedikit pun untuk membeli sekedar untuk jajan Idul Fithri, sedangkan waktu itu putra-putri beliau masih kecil-kecil.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Malam hari raya itu berjalan sampai pertengahan, dengan tetap tanpa ada yang membantu. Setelah pertengahan malam, Syaikhona Maimoen Zubair pun melaksanakan shalat tahajjud. Dalam sholat itu, beliau membaca berulang surat Al-Waqi'ah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pertolongan Yang Maha Kuasa seringkali datang pada waktu seseorang sudah sangat terpepet dan seolah-olah hendak berputus asa.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dan pertolongan itu pun datang pada waktu yang tepat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">مستهم البأساء والضراء وزلزلوا حتى يقول الرسول والذين آمنوا معه متى نصر الله، ألا إن نصر الله قريب. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada saat subuh tiba, ada seseorang yang mengetuk pintu rumah beliau. Orang itu datang dengan membawa beras yang cukup untuk menunaikan zakat fitrah dan juga membawa sesuatu yang bisa digunakan untuk membeli jajan dan kebutuhan untuk Idul Fithri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mbah Maimoen juga bercerita bahwa dulu pada tahun enam puluhan, makanan sehari-hari beliau dan keluarga adalah "Sredek", ketela pohon yang diparut kemudian dikeringkan agar awet. Parutan ketela itu kemudian dimasak kukus, setelah matang kemudian dicampur dengan parutan kelapa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat masih kecil dulu, Putra beliau yakni Gus Taj Yasin Maimoen dan adik beliau Gus Idror Maimoen sarapan seringkali hanya dengan nasi putih dengan lauk telor setengah matang yang dicampur dengan kecap. Padahal waktu itu sudah memasuki tahun delapan puluhan. Ibunda mengatakan bahwa makanan itu menambah kecerdasan anak.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Gus Taj Yasin Maimoen bercerita bahwa dulu juga ikut membantu ibunda membuat es lilin untuk dijual.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari dulu makanan keseharian Mbah Maimoen memang apa adanya, tetapi bila ada tamu orang khusus semisal ulama' dan pejabat negara, maka beliau akan membeli sate kambing maupun sate ayam sebagai penghormatan atas kunjungan tamu tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat awal pernikahan dulu, Mbah Maimoen juga belum mempunyai bantal untuk tidur.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitu pula dengan kendaraan, pertama kali beliau membeli Vespa ereg-ereg. Setelah itu membeli mobil pickup doplak, kemudian kijang hijau daun, kemudian kijang warna putih. Saat beliau mempunyai kijang warna putih, mobil ini juga digunakan untuk mengantar santri yang sakit. Semua adalah kendaraan bekas yang dibeli secara kontan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah itu beliau sedikit demi sedikit berganti kendaraan mulai dari Katana, BMW, Baleno, Mercy, Honda CRV kemudian Mazda. Setelah itu baru kemudian mempunyai Alphard. Dua kendaraan terakhir ini dibeli baru dengan kontan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mobil yang lumayan bagus itu dimiliki beliau setelah beliau sudah mulai berumur sepuh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Suatu saat ada seorang santri beliau yang sudah berumah tangga berkata kepada beliau: "Mbah, Njenengan itu sudah sepuh. Agar perjalanan njenengan nyaman, maka sudah pantas njenengan memiliki mobil yang nyaman".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat membelikan kendaraan putra-putri beliau yang sudah menikah, beliau biasanya membelikan mobil bekas. Hal itu memberikan pelajaran tentang kesederhanaan. Artinya beliau memberikan modal pertama berupa kendaraan bekas, walaupun setelah itu tetap membuka kesempatan untuk mengembangkan sehingga dimungkinkan bisa membeli mobil baru.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Gus Rojih bercerita bahwa kakek beliau Mbah Maimoen dawuh: "Kowe tak tukokno montor elek-elekan Yo. Nek mbangun omah ojo apik-apik". (Kamu saya belikan mobil bekas ya, bila kamu membangun rumah, jangan terlalu megah).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syaikhona Maimoen dulu pernah bekerja dengan membeli padi hasil panen Sarang. Padi kering itu kemudian dibawa ke Pati untuk dijadikan beras. Karena waktu itu di daerah Rembang belum ada penggilingan padi. Setelah menjadi beras, kemudian di jual di toko. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau juga pernah berdagang sapi di pasar hewan Kragan Rembang beberapa waktu. Dan bahkan pernah menjadi kepala pasar Sarang selama sepuluh tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau juga pernah bekerja sebagai kepala TPI tempat pelelangan ikan Sarang Rembang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Beliau juga pernah menjadi anggota DPRD kabupaten Rembang selama 7 tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada tahun tujuh puluhan setelah beliau berumur empat puluh tahun, para santri banyak datang dan meminta menetap. Akhirnya beliau meninggalkan semua ikhtiar mencari rizki dan fokus mengurus pondok pesantren yang dulunya hanya sebuah tanah kosong di depan rumah beliau. Di tanah itu didirikan Musholla kecil dan kamar santri. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah sekitar tujuh tahun setelah itu, beliau diangkat menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dan setelah tahun sembilan delapan, Mbah Maimoen sudah tidak menjabat jabatan apa pun di dalam pemerintahan. Yaitu pada saat beliau berumur enam puluh sembilan tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Waktu saya datang ke pondok tahun dua ribu tiga, sampai pada tahun dua ribu sebelas tamu juga tidak terlalu banyak yang sowan ke Yai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mulai dua ribu dua tiga belas sampai puncaknya tahun dua ribu sembilan belas, banyak tamu berdatangan mulai dari perseorangan sampai rombongan, dan mulai masyarakat pada umumnya maupun para Syaikh dari dalam dan luar negeri serta para pejabat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitulah, bahwa kehidupan para kekasih ALLOH di dunia dipenuhi oleh perjuangan yang sangat lama, dan ALLOH memberikan sedikit kemenangan di akhir hayatnya dan biasanya tidak terlalu lama agar tidak mengurangi kenikmatan yang disediakan untuk para kekasih ALLOH di akhirat nanti.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">وللآخرة خير لك من الأولى.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pernah suatu ketika Mbah Maimoen dawuh kepada saya saat beliau melihat santri yang semakin banyak dan tamu yang datang terus menerus. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Piye cong menurutmu?." (Bagaimana nak menurutmu).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Entah mengapa saat itu saya teringat surat An-Nashr. Saya hanya menjawab:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">إذا جاء نصر الله والفتح، ورأيت الناس يدخلون في دين الله أفواجا، فسبح بحمد ربك واستغفره إنه كان توابا</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mendengar jawaban kanthongumur, beliau hanya terdiam dan melihat dengan pandangan yang jauh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dalam Al-Qur'an ALLOH selalu menceritakan masa-masa sulit para Nabi terdahulu sebagai pelajaran bahwa kita melihat orang hebat bukan hanya dari segi kesuksesannya saja, namun yang lebih penting kita bisa meniru perjuangannya dan masa-masa sulitnya</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semoga kita bisa meniru dan meneladani.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">النصر من الله، والفتح من الله، من كان في حاجة خير تقضيها له يا الله....</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Kramatsari, Sabtu Wage 5 Dzul Qo'dah 1441 H/ 27 Juni 2020 M.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1748702695283122&id=100004302244939</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;">Oleh Kanthongumur</span></div>

Kisah Kehidupan KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen)

Para santri Al-Anwar setelah periode tahun 2000 banyak menyaksikan tentang kehidupan Mbah Maimoen yang sudah lumayan mapan secara ekonomi. T...

Read more »