Mistikus Cinta

0
Mursyid Ke 26
Syekh Muhammad al-Ma'sum qaddasa-l-Lahu sirrah

Di Tempat perlindungan hatiku mencari perlindungan,
ditembak dengan panah permusuhan.
Wahai rahmat Tuhan untuk hamba-Nya, Tuhan menempatkan kepercayaan-Nya kepadamu
di antara semua bentuk tak hidup.
O Singgasana Rajaku, O cahaya hatiku, O kesejukan mataku,
O hatiku di dalam!
O rahasia sejati dari jantung kehidupan, kepercayaan sakralku,
cintaku yang paling murni!
O Arah yang kuubah dari setiap jalan dan lembah,
Dari sumber yang Nyata, lalu dari atas,
dari kepunahan, lalu dari kedalaman!
Ya Ka'bah Allah, wahai hidupku, wahai jalan keberuntungan,
O bimbingan saya!
Allah memberikan terang-Nya di pengadilan Engkau, dan sesuatu dari terang-Nya
muncul di hati.

Ibn `Arabi, al-Futuhat al-Makkiyyah.


Ia adalah Tali Allah (`Urwat-il-Wutsqa), seorang Mursyid yang Saleh yang menggabungkan Syari`ah dan Hakikat di dalam dirinya dan yang menunjukan perbedaan antara Kebodohan dengan Bimbingan Sejati. Ia dilahirkan pada tahun 1007 H. Ia dididik oleh ayahnya dengan ilmu para Awliya yang istimewa. Ia menduduki Singgasana al-Irsyad di dalam Tarekat Naqsybandi dalam usia 26 tahun setelah Syekhnya wafat. Ia menjadi terkenal di mana-mana. Namanya menjadi buah bibir, bahkan raja-raja pun mengakui kebesarannya di zamannya. Orang-orang datang dari segala penjuru untuk bertemu dengannya.

Sejak kecil ia sudah menjadi seorang wali. Ia tidak pernah mau disusui di bulan Ramadan. Ia berbicara mengenai Ilmu Tauhid pada usia tiga tahun, dengan mengatakan, “Aku adalah tanah, aku adalah langit, aku adalah Tuhan… Aku adalah ini, aku adalah itu.” Ia menghafal Qur’an dalam waktu tiga bulan ketika berumur enam tahun. Ia berusaha untuk mempelajari ilmu sejati, Syari`at dan Hakikat melalui kalbunya dan ia mencapai maqam yang tinggi dari ilmu-ilmu ini. Pada usia 17 tahun ia sudah dianggap sebagai ulama terbesar di zamannya. Fatwanya sangat terpercaya. Ia tidak menerima bid’ah maupun penyimpangan.

Ketika ia masih muda, ayahnya, Sayiddina Ahmad al-Faruqi (q) menyatakan bahwa akan muncul kekuatan besar dalam dirinya. Suatu ketika ia berkata kepada ayahnya, Sayiddina Ahmad al-Faruqi (q), “Aku melihat diriku sebagai kehidupan yang bergerak di setiap atom dari alam semesta ini. Dan alam semesta ini mengambil cahaya darinya sebagaimana bumi mendapatkan cahaya dari matahari.” Ayahnya berkata, “Wahai anakku, itu artinya engkau akan menjadi seorang Qutub di zamanmu. Ingatlah itu dariku.”

Suatu saat ayahnya berkata kepadanya, “Kau telah dicetak dari residu dari residuku, yang merupakan residu dari tanahnya Nabi (s).”

Ayahnya berkata, “Aku telah menuangkan kepada putraku, Muhammad Ma`shum segala sesuatu yang telah diberikan kepadaku.”

Ia berkata, “Seorang Arif yang sempurna yang dimulikan untuk berada di dalam Maqamul Wujud Sepenuhnya akan menyaksikan dan mengamati Keindahan Allah dalam cermin alam semesta ini dan ia akan melihat dirinya dalam segala hal. Alam semesta ini akan menjadi dirinya dan ia akan menjadi alam semesta ini. Ia akan melihat dirinya bergerak di dalam setiap individu dari alam semesta ini, mencakup Keseluruhan dari Bagian dan Bagian dari Keseluruhan.”


Dari Keramatnya

Suatu ketika salah satu wakilnya, Khwaja Muhammad ash-Shiddiq sedang berjalan dengan menunggangi kuda. Kakinya terpeleset dari kudanya dan ia tergantung pada salah satu pijakan kaki kudanya. Kuda itu berlari hingga ia berpikir bahwa ia akan mati, tetapi ia teringat untuk mengatakan, ‘Wahai Syekhku, madad, tolonglah aku.’ Ia melihat Syekhnya muncul, mengambil tali kekang kuda itu dan menghentikannya.

Salah satu muridnya berkata, “Aku tenggelam ke dalam laut dan aku tidak bisa berenang. Aku memanggil namanya dan beliau muncul dan mengeluarkan aku.”

Suatu saat ia sedang duduk bersama para pengikutnya di khaniqah (pondok untuk salat, berdoa dan bertafakur) dan mereka mulai melihat air keluar dari tangan dan lengannya. Mereka terkejut dan bertanya padanya, “Apakah itu wahai Syekh kami?” Ia berkata, “Tadi salah seorang muridku berada di kapal dan kapal itu dihantam badai dan tenggelam. Ia memanggilku dan aku segera menarik tangannya dan menyelamatkannya dari tenggelam.” Kami mencacat waktu kejadian itu dan beberapa bulan kemudian seorang pedagang datang kepada kami. Kami bertanya tentang peristiwa itu dan ia berkata, “Ya, pada saat itu Syekhku datang dan menyelamatkan aku.”

Pernah terjadi di mana seorang pesulap biasa membuat api, lalu ia akan memasuki api itu dan api itu tidak mengenainya. Hal itu menimbulkan fitnah dan kebingungan di antara masyarakat. Kemudian Syekh membuat api yang sangat besar di tengah kota dan ia berkata kepada pesulap itu, “Masuklah ke dalam apiku!” Pesulap itu ketakutan. Kemudian ia menarik salah satu muridnya, “Masuklah ke dalam api itu, dan ketika kau berjalan, ucapkan, “LA ILAHA ILLALLAH.” Murid itu masuk ke dalam api itu dan api itu menjadi dingin dan menyelamatkan dirinya, sebagaimana yang terjadi pada Sayyidina Ibrahim [21:69] ketika ia dilemparkan ke dalam api. Ketika pesulap itu melihat hal ini, ia segera mengucapkan Syahadat: asy-hadu an la ilaha illa-l-Lah, wa asy-hadu anna Muhammadan rasulu-l-Lah dan masuk Islam.

Suatu ketika Syekh `Abdur Rahman at-Tirmidzi berkata, “Aku datang bersama saudaraku untuk mengunjungi Syekh Muhammad Ma`shum (q). Ia menghadiahkan baju-bajunya kepada setiap orang kecuali kepadaku. Ketika kami kembali ke negeri kami, aku merasa sangat sedih karena aku tidak mendapatkan apa-apa darinya. Tak lama beredar kabar bahwa Syekh akan berkunjung ke kota kami. Semua orang menyambutnya dan aku pun bergabung dengan mereka. Aku melihat Syekh datang dengan seekor kuda putih. Ia memandang padaku dan berkata, ‘`Abdur Rahman, jangan sedih. Aku mengujimu dan aku menyimpan jubah istimewaku yang aku warisi dari ayahku, Sayyidina Ahmad al-Faruqi (q) untukmu.’ Aku lalu mengambil jubah itu darinya dan memakainya. Dengan segera segala sesuatu lenyap dan Syekhku muncul di hadapanku: dalam setiap atom, dalam setiap partikel, beliau muncul. Aku mengalami keadaan yang sangat membahagiakan dan aku memasuki Hadirat Ilahi.”

Suatu hari seorang tuna netra datang kepadanya dan memohon, “Mohon doakan aku agar Allah mengembalikan penglihatanku.” Ia lalu menggosokkan air ludahnya ke mata orang itu dan berkata, Pulanglah ke rumahmu dan jangan membuka matamu sampai kau tiba di sana.’ Ketika orang itu tiba di rumahnya dan membuka matanya, ia dapat melihat.

Orang-orang berkata kepadanya, “Ada seseorang yang mengutuk khalifah Rasulullah (s).” Ia menjadi resah dan di tangannya ia memegang sebuah pisau untuk memotong semangka. Ketika ia memotong semangka itu, ia berkata, “Sebagaimana aku memotong semangka ini, aku memotong leher orang yang mengutuk khalifah Rasulullah (s).” Tiba-tiba orang itu pun mati.

Ia berkata,

“Ketika aku menunaikan Haji, aku melihat Ka`bah memeluk dan menciumku dengan penuh semangat dan penuh emosi. Kemudian Allah menyingkapkan suatu penglihatan spiritual bagiku, cahaya dan keberkahan memancara dariku, dan jumlahnya semakin bertambah dan bertambah; sampai ia memenuhi gurun; lalu semua pegunungan dan semua samudra; kemudian ia memenuhi alam semesta dan memasuki setiap atom di alam ini. Kemudian semua atom ini ditarik kembali menuju cinta pada Inti Ka`bah. Aku melihat banyak makhluk spiritual, di antara mereka adalah para malaikat dan awliya, mereka semua berdiri di hadiratku seolah-olah aku adalah Sultan mereka. Kemudian aku menerima surat tertulis yang disampaikan oleh malaikat, dan di sana tertulis, ‘dari Tuhan Surgawi, Alam Semesta dan Seluruh Makhluk, Aku menerima Hajimu.’”

“Kemudian aku melanjutkan perjalananku untuk mengunjungi Madinati’l- Munawwarah, kotanya Nabi (s). Aku memasuki kota Nabi (s) dan aku pergi mengunjungi makam beliau (s). Ketika aku mengarahkan wajahku kepada wajahnya, aku melihat Nabi (s) keluar dari makamnya, dan beliau (s) memeluk dan menciumku. Kemudian aku melihat diriku dalam suatu keadaan di mana kalbuku seolah-olah berpadu dengan kalbunya, lidahku dengan lidahnya, telingaku dengan telinganya, sampai aku melihat diriku sendiri, aku melihat Nabi (s) dan ketika aku melihat Nabi (s) aku melihat diriku sendiri. Penglihatan itu membawaku ke Maqam Kenaikan (Mi’raj) menuju ke tempat di mana Nabi (s) mengalami kenaikan pada malam Isra Mi’raj. Aku menerima semua ilmu yang Nabi (s) ingin aku menerimanya.

“Kemudian aku menuju kedua khalifah Nabi (s). segera setelah aku berada di hadirat Sayyidina Abu Bakr (r), aku melihat sebuah jubah merah di pundakku. Kemudian aku berpindah ke makam Sayyidina `Umar (r) dan aku melihat jubah kuning di pundakku. Ketika aku meninggalkan mereka, aku melihat jubah hijau disandangkan di pundakku, yang aku tahu bahwa itu adalah jubah Nabi (s). Kemudian aku melihat suatu penglihatan di mana Allah menyingkapkan semua hijab dari kalbuku, dan aku melihat bahwa semua yang telah diciptakan oleh Allah dari Maqamul `Arasy hingga Maqam ad-Dunya, semuanya memerlukan Habibullah Sayyidina Muhammad (s), dan beliau (s) adalah pusat dari semua cahaya yang bergerak di dalam setiap atom.”

“Apa yang diberikan oleh Nabi (s) kepadaku pada saat itu, jika aku mengatakannya, orang-orang akan memotong leherku. Kemudian aku melihat bahwa setiap shalawat atas Nabi (s), setiap pujian pada Nabi (s) dan setiap puisi yang ditulis atas nama Nabi (s), seolah-olah itu untukku. Kemudian aku melihat bahwa semua alam semesta, dari Maqamul `Arasy hingga Maqam ad-Dunya, telah diterangi dan bersinar dengan cahayaku. Ketika saatnya tiba untuk kembali ke negeriku, aku kembali mengunjungi Nabi (s) untuk terakhir kalinya dan aku menangis pada saat perpisahan itu dan aku melihat Nabi (s) keluar dari maqamnya. Beliau (s) membusanaiku dengan busana yang belum pernah kulihat sebelumnya dan beliau (s) memberikan sebuah mahkota di kepalaku. Mahkota itu berasal dari Raja Diraja, dari Hadirat Ilahi, yang dihiasi dengan berbagai macam batu permata yang tidak bisa digambarkan di dunia ini. Dan aku tahu bahwa Mahkota itu dan Busana-Busana itu telah diberikan kepadaku dari Busana-Busana Allah (swt), yang Dia berikan kepada Nabi-Nya (s) pada malam Isra Mi’raj dan yang telah disimpan oleh Nabi (s) untukku dan kemudian diberikan kepadaku pada malam itu.”

Syekh Muhammad Ma`shum (q) merupakan Keramat dari Keramat-Nya allah dan Cahaya yang Allah curahkan ke dunia ini untuk membimbing manusia. Dikatakan bahwa ia telah memberi bay’at kepada lebih dari 900.000 orang ke dalam tarekat ini dan ia mempunyai 7.000 wakil, dan mereka semua adalah wali. Hal itu disebabkan karena dalam seminggu shuhbah (asosiasinya), ia dapat membawa para pengikutnya ke Maqamul Fana’, dan dalam satu bulan ke Maqamul Baqa’. Dikatakan pula bahwa ia dapat membawa para pengikutnya menuju Maqamul Wujud dengan sekali duduk di dalam majelisnya.

Ia wafat pada tanggal 9 Rabiul Awal 1079/1668 M. Ia meneruskan rahasia dari Tarekat ini kepada Sayfuddin al-Faruqi al-Mujaddidi (q). (http://www.naqshbandi.org/golden-chain/the-chain/muhammad-al-masum-qaddasa-l-lahu-sirrah/)



Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Muhammad al-Ma'sum | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top