Imam Hasan Basri mengatakan:
- Jika tidak ada wali abdal, maka bumi dan seluruh isinya akan tenggelam.
- Jika tidak ada orang-orang shalih, maka orang yang ahli maksiat akan celaka.
- Jika tidak ada ulama, maka tingkah laku manusia akan seperti bintang.
- Jika tidak ada penguasa, maka sebagian manusia akan membinasakan yang lainnya.
- Jika tidak ada orang bodoh, maka dunia ini akan terasa sepi.
- Jika tidak ada angin, maka segala sesuatu akan berbau busuk.
Wali Abdal adalah wali yang selalu ada keberadaannya di dunia hingga akhir zaman; jika salah seorang dari mereka meninggal, maka kedudukannya akan diganti dengan wali yang baru.
Rasulullah SAW bersabda:
الْأَبْدَالُ أَرْبَعُوْنَ رَجُلاً اثْنَانِ وَعِشْرُوْنَ بِالشَّامِ وَثَمَانِيَةَ عَشَرَ بِالْعِرَاقِ كُلَّمَا مَاتَ مِنْهُمْ وَاحِدٌ أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ فَإِذَا جَاءَ الْأَمْرُ قُبِضُوْا كُلُّهُمْ فَعِنْدَ ذَلِكَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ
“Wali abdal itu ada 40 orang laki-laki; 22 berada di Syiria dan 18 orang lainnya berada di Iraq. Apabila salah seorang di antara mereka mati, maka Allah memberikan kedudukannya kepada penggantinya. Jika telah datang perintah Allah, mereka akan dimatikan semuanya. Ketika itu datanglah hari Kiamat.” (HR. Hakim)
لَنْ تَخْلُوَ الْأَرْضُ مِنْ أَرْبَعِيْنَ رَجُلًا مِثْلَ خَلِيْلِ الرَّحْمَنِ فَبِهِمْ يُسْقُوْنَ وَبِهِمْ يُنْصَرُوْنَ مَا مَاتَ مِنْهُمْ أَحَدٌ إِلَّا أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهَ آخَرَ
“Bumi tidak akan pernah kosong dari 40 orang yang setara dengan kekasih Allah (khalilurrahman). Berkat merekalah para penduduk bumi diberi minum dan diberi pertolongan. Tidak ada seorang pun dari mereka yang meninggal, melainkan Allah pasti memberi gantinya.” (HR. Thabarani)
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ فَهُوَ مِنَ الْأَبْدَالِ الرِّضَا بِالْقَضَاءِ وَالَّصبْرُ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ وَالْغَضَبُ فِى ذَاتِ اللهِ
“Tiga hal yang barang siapa memilikinya, maka dia termasuk wali abdal, yaitu: ridha dengan semua ketentuan Allah; mampu menjauhkan diri dari semua hal yang diharamkan; dan marah semata-mata karena Allah.” (HR. Ibnu ‘Adi)
--Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nasha’ihul ‘Ibad
WALI ABDAL MENURUT IMAM ABUL HASAN AS-SYADZILI DAN SYEKH Al-MURSI.
“Waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar.”
Imam Abul Hasan As-Syadzili (1197 M-1258 M), pendiri tarekat Syadziliyah, berbincang-bincang bersama murid kesayangannya, Syekh Abul Abbas Al-Mursi (1219 M-1281 M). Kepada muridnya, Imam Abul Hasan As-Syadzili mengajarkan apa saja yang dibutuhkan kelak sebagai pemimpin spiritual sepeninggalnya.
Suatu hari, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, aku duduk bersama guruku Imam Abul Hasan As-Syadzili di pekarangan rumah. Kami membicarakan apa saja. Tetapi kemudian sekelompok orang masuk. Mereka mendekat kepada kami.
“Mereka ini wali abdal,” kata Imam Abul Hasan As-Syadzili.
Namun demikian, dengan mata batinku, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, kuperhatikan mereka. Ku temukan mereka bukan wali abdal. Aku menjadi terheran dengan perkataan guruku. Ketika ku tanya, dia menjawab sebagai berikut:
فقال الشيخ: من بدلت سيئآته حسنات فهو بدل
Artinya: “Syekh As-Syadzili berkata, ‘Siapa saja yang keburukannya berganti menjadi kebaikan, maka ia adalah salah seorang (wali) abdal,’” (Lihat Syekh Ihsan M Dahlan Jampes, Sirajut Thalibin ala Minhajil Abidin, [Indonesia, Daru Ihya’il Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 262).
Dari sini, kata Syekh Abul Abbas Al-Mursi, aku menjadi tahu bahwa pertobatan dari buruk menjadi baik adalah awal dari maqam kewaliabdalan (awwalu marātibil badaliyyah).
---
Syekh Ibnu Athaillah murid dari Syekh Abul Abbas Al-Mursi mendengar gurunya berkata, “Mengenal wali lebih sulit dari mengenal Allah. Allah dapat dikenali dengan kesempurnaan dan keindahan-Nya. Tetapi kapan kau bisa mengenali tanda wali, makhluk sepertimu. Ia makan sebagaimana kamu makan, ia minum sebagaimana kamu minum.”
Ibnu Athaillah berkata di Kitab Latha’iful Minan: “Kalau Allah menghendakimu kenal dengan salah satu walinya, Allah melipat unsur manusiawinya di matamu dan Allah memperlihatkanmu keistimewaannya,”
(Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, [Semarang, Maktabah Al-Munawwir: tanpa catatan tahun], juz II, halaman 2).
Simpulan Syekh Abul Abbas Al-Mursi sejalan dengan keterangan Syekh Zarruq yang juga tumbuh dalam tradisi Syadziliyah mengatakan, “Waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, [Kairo, As-Syirkatul Qaumiyyah: 2010 M/1431 H], halaman 133).
Wallahu a’lam.
Post a Comment Blogger Disqus