Diceritakan, pada sekitar tahun 1970-an, Kyai Utsman Al Ishaqi diundang ke Campurejo, Panceng, Gresik, dalam rangka acara Haul atau Manaqiban Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qodir Jailani.
"Opo desone mau?" tanya Kyai Utsman.
"Campurejo, Yai," jawab dua orang tokoh yang menemui beliau saat itu.
"Ora campur kletong?" sela Kyai Utsman.
Mendengar pernyataan dari Kyai Utsman tersebut, kedua orang tokoh itu terlihat sangat kaget dan kebingungan.
Begitupula dengan para sesepuh Campurejo yang hadir ketika itu juga tampak keheranan. Dalam hati, mereka bertanya-tanya apa maksud dari Kyai Utsman berkata seperti itu?
Sebuah pernyataan atau sindiran yang benar-benar membekas di hati para sesepuh di Campurejo.
Bahkan pernyataan tersebut masih terasa di benak para sesepuh Campurejo sampai sekarang.
Kemudian mereka berdua berkata lagi, "Campurejo, Yai." Setelah itu, Kyai Utsman Al-Ishaqi berkata, "Diramut yo (maksudnya, Makam Mbah Sayyid Ali Ridha atau Mbah Kalbakal), diwenehi lampu kok ora diramut, ben madangi wong kampung, ben madangi wong akeh," demikian dawuh Kyai Utsman.
Kedua tokoh yang menemani Kyai Utsman saat itu adalah Kyai Khomaruz Zaman (Kyai Zaman, salah satu tokoh dari Peterongan, Jombang) dan Bapak Shodiqun (salah satu tokoh dari Campurejo, Gresik). Mereka berdua adalah murid dari KH Muhammad Romli Tamim, Jombang. Pada awalnya, Makam Mbah Sayyid Ali Ridha / Mbah Kalbakal ini tidak terawat, dan oleh orang-orang sering di jadikan sebagai tempat ritual untuk mencari pesugihan dll.
Alhamdulillah pada tahun 2011 makam ini telah dibangun dan dirawat dengan baik. Sehingga apa yang yang diharapkan oleh Kiai Utsman lambat laun dapat terwujud.
Post a Comment Blogger Disqus