Datang di Indonesia, keduanya sama-sama berjuang meneguhkan ahlussunnah wal jama’ah. Kiai Faqih sudah sejak awal menengarahi bahayanya aliran Wahabi. Kiai Faqih sudah sadar gerakan Wahabi, dan selalu gelisah untuk melawan aliran Wahabi yang membahayakan umat Islam sedunia. Maka, tahun 1922, Kiai Faqih menulis kitab ihwal kritik keras terhadap aliran Wahabi. Kritik ini dilakukan dua tahun sebelum Ibnu Saud menggulingkan Syarif Husein dari kursi kekuasaan tahun 1924. Ibnu Saud menggunakan ajaran Wahabi untuk menguatkan posisi kekuasaannya.
Kritik Kiai Faqih ini juga dilakukan sebelum NU berdiri, tahun 1926. Para kiai pendiri NU sebenarnya sudah melakukan gerakan luar biasa dalam menghadang Wahabi, sebagaimana Kiai Mas Alwi Abdul Aziz yang melakukan riset ke Eropa untuk memahami gejolak moderniasi di dunia Islam.
Kitab yang ditulis Kiai Faqih itu berjudul an-Nushush al-Islamiyyah fi Raddi ‘ala al-Madzahib al-Wahhabiyyah (Sebuah Risalah dalam menolak mazhab Wahabi) yang semula ingin diberi judul, ar-Risalah bi Taqlid al-Wahhabiyah li an-Nashara al-Brustantiyah li Ajli Mahw al-Madzhib as-Sunniyyah (Sebuah Risalah yang Mengungkap Taklid Golongan Wahabi kepada Kristen Protestan dalam Menghapus Madzhab Sunni). Kitab ini dengan keras menolak Wahabi sebagai madzhab dengan membongkar penyimpangannya sedari Ibn Taimiyah, hingga Abdul Qadir at-Tilimsani.
Kritik dalam kitab ini sangat keras. Apalagi kitab ini diterbitkan oleh penerbit Darul Kutub al-Islamiyah Mesir pada tahun 1922. Publik dunia gempar, karena ada orang Indonesia yang sangat berani melawan Wahabi.
Post a Comment Blogger Disqus