Tugas manusia adalah menanggung Rahasia Allah dan memulangkan Rahasia tersebut di dalam keadaan yang bersih-suci seperti asalnya tatkala awal di terimanya dahulu.
كل مولود يولد على فطرة .
Setelah di dzahirkan ke muka bumi dari kecil hingga besar manusia telah menjalani kehidupannya hingga sampailah dia batas usia yang telah di tetapkan oleh Allah swt.sewaktu di zaman azali (meninggal dunia) mulai saat itulah maka dia harus mempertanggung jawabkan amanah yang telah diberikan iaitu sumpah janji kita dengan Allah swt.
Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih disisi Allah, tetapi kemudian menjadi kotor dan terhijab hubungannya dengan Allah swt. oleh karena itu maka terputuslah hubungan diri batin Rahasia Allah dengan diri Empunya Diri.
Keadaan seperti ini boleh diibaratkan seperti orang yang hidup sebatang kara dan berada di dalam gua yang tertutup, gelap gulita, tidak ada cahaya serta tidak ada juga jalan untuk keluar dari gua tersebut.
Hidupnya merana, resah, gelisah dan sebagainya sebelum dia dapat menemukan kembali jalan untuk keluar dari gua tersebut.
Hidupnya merana, resah, gelisah dan sebagainya sebelum dia dapat menemukan kembali jalan untuk keluar dari gua tersebut.
Begitu juga hubungan antara manusia dengan Allah, manusia memerlukan sinar hidayah untuk mengeluarkan dirinya dari hijab kegelapan, agar bisa kembali membuat hubungan dengan diri Empunya Diri.
Perlu diketahui bahwa hubungan antara diri Rahasia dengan diri Empunya diri harus berhubungan terus tanpa terputus dalam hidupnya selama 24 jam setiap hari dan setiap detik.
Seandainya diri kasar (jasmani) dapat dibuat menjadi gemuk dan sehat dengan memberi makan-makanan yang lezat seperti: daging, buah-buahan dan lain sebagainya, maka begitu juga dengan diri halus (rohani), dia juga memerlukan makanan yang boleh membuat dirinya menjadi segar, gemuk dan bersih. Makanan yang dimaksudkan itu adalah dzikir. Dengan makanan dzikirlah maka dia dapat berhubungan dengan diri Empunya Diri dikala nafas masih dikandung badan atau jasad dan ruh belum berpisah.
Oleh karena itu jika badan kasar manusia memerlukan minuman dan makanan agar sehat, senang dan gembira, maka Ruhani kita juga tidak terlepas dari hal yang sama, semua itu tidak lain dan tidak bukan adalah dzikrillahi taala.
Oleh sebab itu makanan dzikir ini harus kita sediakan supaya Ruhani kita ini akan menjadi sehat-segar- suci-seimbang dengan kesehatan tubuh kasar kita.
Akibat terputusnya hubungan manusia dengan Tuhannya itu, maka muncullah sifat-sifat yang tidak baik pada diri manusia tersebut yang pada akhirnya menjauhkan dirinya dengan Empunya Diri, di samping itu timbul juga perangai-perangai yang dibenci oleh syariat dan hakikat Allah swt.
Manusia seperti ini akan hilang perasaannya, hilang pertimbangannya. hilang fikiran baiknya, dan juga akan hilang akal sehatnya sehingga menyebabkan benih-benih iman pada dirinya menjadi kotor dan mati. Bila saja benih-benih imannya mati maka manusia tersebut akan menjadi sesat dan lupa akan tugas utamanya dengan Allah swt. dan manusia itu diibaratkan seperti seekor bangkai yang bernyawa ataupun binatang berupa manusia.
Menyadari hal ini maka manusia harus kembali ke jalan Allah dengan cara mengenal Allah dengan sehakiki-hakikinya.
Post a Comment Blogger Disqus