Tanda-Tanda Kiamat :
Salam Hanya Diucapkan kepada Orang yang Dikenal
Praktik yang sangat dianjurkan bagi orang Islam, laki-laki maupun perempuan, adalah memberi salam kepada sesama muslim, yang dikenal maupun yang tak dikenal, dengan ucapan, assalâmu‘alaikum” (keselamatan atasmu). Salah satu tanda akhir zaman adalah bahwa orang-orang Islam tidak akan memberi salam kepada orang Islam yang tidak dikenal. Mereka hanya akan memberi salam kepada orang Islam yang mereka kenal.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah: salam hanya diucapkan kepada orang yang dikenal, aktivitas perdagangan meningkat sampai-sampai seorang istri akan membantu suaminya mencari nafkah, tali silaturahim terputus, kesaksian palsu menjadi umum, kebenaran disembunyikan, dan peran alat tulis menjadi dominan".
Kini, kita bisa saksikan bahwa orang-orang Islam hanya memberi salam kepada orang-orang yang mereka kenal. Aturannya adalah, “Jika aku tidak mengenalmu, aku tidak akan memberi salam kepadamu.” Hal ini di antaranya karena orang-orang Islam sudah sangat sulit dikenali, karena secara lahiriah orang-orang Islam sudah tak bisa mengenali satu sama lain. Terutama diwilayah-wilayah berpenduduk muslim minoritas, mereka sebaiknya mengenakan busana Islam yang mudah dikenali sehingga mereka dapat saling mengenal dan memberi salam.
Di Dunia Islam, terutama di kota Mekah dan Madinah, laki-laki muslim minimal menggunakan tutup kepala. Namun, di luar kedua kota suci itu, laki-laki tidak lagi mengenakan tutup kepala. Sementara para muslimah sering kali menutup kepala mereka dengan jilbab dalam kesehariannya. Perempuan-perempuan tersebut dapat dikenali dan menerima salam dari perempuan muslimah lainnya. Laki-laki muslim juga dianjurkan mengenakan penutup kepala untuk menunjukkan identitas diri sehingga bisa dikenali dan diberi salam oleh muslim lainnya. Dengan begitu Allah akan senang.
"Apabila kamu dihormati dengan sebuah penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu". (QS. 4:86)
Namun, di negara-negara yang seluruh penduduknya muslim, masyarakatnya tidak saling mengucap salam. Itu karena sudah tidak ada lagi kesatuan dan kehangatan di antara mereka. Di negara-negara Islam, kita menyaksikan ratusan orang lalu lalang di jalan, namun tak satu pun yang mengucap assalâmu’alaikum. Setiap orang sibuk dengan kehidupannya sendiri. Persahabatan tidak lagi didasarkan pada ikatan-ikatan keagamaan, tetapi lebih pada kepentingan pribadi dan duniawi.
Tanda akhir zaman yang diprediksi Nabi saw. ini merupakan akibat pergeseran prioritas manusia. ‘Abd Allâh ibn Mas‘ûd meriwayatkan hadits serupa bahwa Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya di antara tanda akhir zaman adalah bahwa ucapan salam hanya akan diberikan kepada orang yang dikenal". Dewasa ini, jika seseorang bertemu dengan orang yang tak dikenalnya, ia tidak akan memberi salam. Ini mencerminkan berkurangnya perhatian seseorang terhadap sesamanya. Meskipun ada teman atau saudara yang menderita, hampir tak seorangpun yang peduli. Semua orang cuma peduli pada urusannya sendiri. Pada masa lalu tidak seperti itu. Jika seseorang melihat seratus orang di jalan, ia akan memberi salam kepada setiap orang. Salah seorang yang diberi salam mungkin saja orang yang saleh, yang ucapan salamnya diyakini bisa mendatangkan ampunan Allah untuk keduanya. Seorang sahabat Nabi, Ibn Uyaynah, mengatakan, “Ampunan Allah turun berkat zikir orang-orang saleh (‘Inda dzikr al-shâlihîn tatanazzalu al-rahmah).”
Kini, praktik itu sudah hilang, dan kita tidak lagi saling memberi salam. Bahkan, jika kita mengenal seseorang, kita akan memalingkan wajah agar tidak bercakap-cakap dengannya. Terkadang, untuk kepentingan duniawi, kita tidak ingin menunjukkan bahwa kita mengenal orang itu. Orang-orang Islam tidak lagi saling bersahabat. Umat Islam tidak akan jaya jika mereka meninggalkan pesan-pesan Nabi saw. Tanda akhir zaman lainnya yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah bahwa kegiatan perdagangan dan bisnis meningkat. Orang-orang akan berjuang keras mencukupi kebutuhan hidup sehingga mereka membuka berbagai jenis usaha atau perdagangan.
Sabda Nabi, “Seorang istri akan membantu suaminya dalam mencari nafkah,” menunjukkan bahwa pada akhir zaman pendapatan seorang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan sebuah keluarga, sehingga seorang istri terpaksa harus membantu suaminya mencari uang. Pada masa lalu, suatu keluarga tidak perlu memiliki dua pos pemasukan keuangan. Kini, perempuan terjun ke berbagai bidang, termasuk membesarkan anak dan merawat keluarga, pendidikan, kesehatan, pertanian, dan aktivitas lainnya. Atas kehendak sendiri, banyak perempuan turut membantu suaminya dalam pekerjaannya.
Tetapi, pada masa lalu, seorang istri tidak perlu keluar rumah untuk mencari pekerjaan tambahan demi menutup pengeluaran belanja keluarga. Kini, karena ingin menghidupi keluarga, suami dan istri harus sama-sama bekerja. Di seluruh penjuru dunia, perempuan-perempuan terlibat dalam dunia kerja untuk menghasilkan uang bagi keluarga, karena sebuah keluarga tidak akan bertahan hanya dengan pendapatan suami yang kurang. Seolah-olah Nabi saw. melihat langsung kondisi dewasa ini dari masa lalu yang jauh.
Terputusnya Tali Silaturahim
Hadits yang terkait dengan bab sebelumnya menyebutkan bahwa akan terjadi fenomena qath‘ al-arhâm, pemutusan tali kekerabatan. Hubungan yang akrab antara saudara sedarah, seperti antara ayah–ibu, saudara sekandung, paman–bibi, akan hilang. Kini, anak-anak memiliki persoalan dengan kedua orang tua mereka, dan segera setelah dewasa, mereka pergi meninggalkan rumah. Orang tua tak lagi menemui anaknya, dan anak tak lagi mengunjungi orang tuanya.
Dalam hadits itu, “qath‘ al-arhâm” juga berarti “memutuskan sarana meneruskan keturunan”, yakni kesuburan dan melahirkan anak. Kini, alat-alat kontrasepsi sudah tersebar luas, praktik aborsi sudah menjadi fenomena umum, dan laki-laki maupun perempuan telah melakukan operasi pencegahan kesuburan. Keberlangsungan keturunan sengaja diputus. Orang sudah merusak ikatan keluarga yang sudah terbangun, dan tidak menghubungkan ikatan keluarga dengan generasi selanjutnya, dengan memotong ikatan keluarga masa lalu dan masa depan.
Dalam makna harfiahnya, qath‘ al-arhâm (memotong rahim) juga menunjukkan pemotongan rahim dalam arti sebenarnya, seperti yang telah terjadi dalam cara yang tak tercontohkan sebelumnya. Kelahiran bayi biasanya dilakukan melalui operasi caesar, dengan membedah bagian rahim untuk mengeluarkan bayi dari perut, sering kali dilakukan karena kesibukan jadwal dokter atau bahkan karena kesibukan sang ibu sendiri.
Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim sudah lazim dilakukan. Pembedahan pada rahim semakin meningkat, termasuk operasi janin dalam rahim. Belakangan ini, di Arab Saudi, operasi pencangkokan rahim telah dilakukan untuk pertama kalinya. Nabi saw. sudah memprediksi semua aspek kehidupan dan teknologi modern sejak 1400 tahun yang silam dan memprediksi bahwa pada akhir zaman “pemotongan rahim” menjadi hal yang lazim dilakukan.
Kesaksian Palsu
Nabi mengatakan dalam hadits terdahulu bahwa pada akhir zaman, kesaksian palsu (qawl al-zûr) akan menggejala. Kesaksian dusta bisa terjadi di pengadilan ketika seorang saksi disogok, dengan uang, iming-iming kedudukan, atau ampunan, asal memberikan kesaksian tertentu. Bahkan, seorang politisi bisa berkomplot untuk menjatuhkan politisi lainnya dengan menghadirkan para saksi yang memberikan kesaksian yang memberatkan lawan-lawan politiknya. Tidak ada negera yang luput dari praktik seperti itu di pengadilan, di mana kesaksian dapat dicari dengan uang. Jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (QS. 22:30)
Allah menyebutkan kesaksian palsu dalam ayat ini segera setelah menyinggung penyembahan berhala untuk menekankan kegawatannya. Qawl al-zûr tidak terbatas hanya kepada pemberian kesaksian di pengadilan, tetapi secara umum mencakup upaya menyebarkan kebohongan dan menggiring orang lain agar mempercayainya sebagai kebenaran. Dalam skala yang lebih besar, itu mencakup juga berbagai bentuk propaganda dan pencucian otak, untuk tidak menyebut juga berbagai iklan, yang termasuk dalam kriteria qawl al-zûr. Dengan media-media global saat ini, seperti buku, majalah, televisi, dan film, segala pesan dusta dapat disebarluaskan sehingga yang putih tampak hitam dan yang hitam terlihat putih. Inilah penyebaran kebohongan dan pemberian kesaksian palsu, qawl al-zûr.
Kitmân syahâdat al-haqq berarti menyembunyikan kebenaran. Para politisi terkenal dengan kebiasaan mereka menyembunyikan kebenaran agar rakyat bisa dikendalikan dan kekuasaan bisa terus dipegang. Penyakit ini mulai menjangkiti orang kebanyakan yang dewasa ini mudah sekali berdusta dan menyembunyikan kebenaran. Dalam media global, kita sangat sering menyaksikan bagaimana kebenaran ditutup-tutupi dan kepalsuan disebarluaskan oleh para pembawa berita. Hanya ada segelintir orang baik yang masih tetap jujur, entah mereka adalah wartawan yang meliput berita atau politisi yang mengemban urusan publik.
Penganiayaan Akan Merajalela
Dalam hadits berikut ini, Nabi saw. menggambarkan bahwa akan datang suatu masa ketika orang akan memiliki kekuasan yang begitu besar atas orang lain, dan akan menggunakan kekuasaannya untuk menyengsarakan orang lain. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, "Ya Abû Hurayrah, akan datang suatu masa sekiranya kamu hidup pada saat itu, kamu akan menyaksikan orang yang membawa sesuatu seperti ekor lembu jantan di tangannya. Mereka keluar pagi hari dengan diiringi murka Allah dan pulang pada malam hari dengan disertai laknat Allah".
Nabi mengatakan, “Kamu akan menyaksikan orang yang membawa sesuatu seperti ekor lembu jantan ditangannya,” maksudnya mereka akan membawa sesuatu dari kulit di tangan mereka, seperti cemeti. Mereka akan keluar pagi-pagi sekali untuk mencelakakan manusia sambil mendurhakai Allah, dan ia berada dalam kemurkaan-Nya. Mereka keluar pada pagi hari dengan membawa cemeti di tangan mereka sambil membelakangi jalan Allah dan Nabi-Nya, mendurhakai Allah, dan menentang Nabi-Nya. Ketika mereka kembali pada malam hari (yarûhûna), Allah jijik kepada mereka. Orang itu sendiri mengaku beragama Islam.
Belasan abad yang lalu, Nabi saw. memberikan sebuah isyarat kepada Abû Hurayrah tentang orang-orang seperti itu yang akan datang tidak lama setelah masanya. Meskipun Nabi saw. tahu bahwa orang-orang itu akan muncul pada akhir zaman, bertahun-tahun setelah Abû Hurayrah meninggal, beliau menekankan bahwa akhir zaman tidak akan lama lagi. Sabda Nabi, “Sekiranya kamu masih hidup pada masa itu,” merupakan petunjuk bahwa sebenarnya akhir zaman itu sangat dekat. “Aku diutus menjelang kemunculan Hari Kiamat yang jaraknya seumpama dua jari ini.” Lebih jauh lagi, Nabi saw. menunjukkan perhatiannya kepada para sahabatnya dan semua orang Islam pada semua zaman, bahwa mereka harus mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, yang mungkin akan terjadi kapan saja. ‘Âlî berkata, Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”
Orang-orang yang beriman harus selalu waspada dan ingat bahwa suatu saat mereka akan menghadapi Hari Pengadilan, karena tidak ada yang tahu kapan mereka akan dipanggil menghadap Penciptanya. Seperti yang difirmankan Allah: "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. 31:34)
Secara umum, orang yang hidup pada zaman sekarang ini lalai bahwa mereka akan dipanggil untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mereka. Dengan tindakannya yang melanggar ajaran agamanya, manusia pada masa sekarang menjadi penindas dan melecehkan satu sama lain dengan perilaku buruk dan kekasaran mereka. Naluri manusia sebenarnya cenderung kepada kelembutan dan kesopanan, tetapi saat ini manusia hanya memiliki sedikit kasih sayang, cinta damai atau kelembutan. Contoh ideal dalam Islam adalah Nabi Muhammad saw. yang dilukiskan Allah: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS 8:4)
Nabi saw. merupakan contoh kerendahan hati dan kelembutan. Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam suatu urusan. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. 3:159)
Saat ini orang-orang Islam tidak mengikuti jalan Nabi, tetapi bersikap kasar dan keras hati. Betapa banyak manusia zaman modern yang bersikap kasar dan keras kepala, dan berbicara dengan nada pedas dan kasar. Orang-orang Islam mulai tidak suka kepada teman dan keluarganya sendiri, dan membuat orang-orang nonmuslim menjauhi Islam. Setan menggunakan kekasaran perilaku itu untuk memicu konflik dan bahkan sepasang teman akrab tiba-tiba memutuskan ikatan persahabatan mereka.
Penafsiran lain hadits ini, menurut Syalabî, adalah bahwa para pemimpin akan terlibat dalam penganiayaan yang merajalela dan pelanggaran hak asasi manusia untuk mempertahankan kedudukan mereka. Hal ini berlaku bagi semua tipe kepemimpinan, apakah raja, sultan, presiden, kepala suku, pemimpin masyarakat, pemimpin politik, pemimpin kelompok keagamaan, atau imam masjid. Orang-orang tersebut akan menjadi pemimpin tiran agar tetap memegang tampuk kepemimpinan. Bahkan, sekiranya kelompok itu hanya terdiri dari tiga orang, seorang pemimpin di antara mereka akan menekan dua orang lainnya. Semua orang yang memegang kendali pimpinan akan berusaha mempertahankan kedudukannya. Pemimpin semacam itu tidak merasa bersalah untuk berkomplot melawan pihak lain agar kekuasaannya bisa bertahan. Mereka akan menggunakan segala cara dan metode atau sistem untuk mempertahankan tampuk kekuasaannya.
Pemimpin semacam itu akan mengangkat orang untuk melindungi posisinya. Mereka ditunjuk untuk menyiksa orang lain, seperti yang digambarkan oleh Nabi saw., “Mereka keluar pagi hari dengan diiringi murka Allah dan pulang pada malam hari dengan disertai laknat Allah.” Bahwa mereka keluar dari rumah pagi hari dan kembali malam hari menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang suruhan. Nabi saw. mengatakan bahwa orang-orang tersebut akan membawa cemeti di tangan mereka, dan melakukan berbagai jenis penyiksaan terhadap manusia-manusia yang tak berdosa. Di berbagai penjara di seluruh penjuru dunia, banyak tahanan yang tak berdosa yang dicambuk dan disiksa. Ada banyak metode penyiksaan, mulai dari cemeti hewan hingga setrum listrik. Pada malam hari, para penyiksa itu pulang ke rumah, dan Allah sangat membenci mereka atas apa yang telah mereka lakukan sepanjang hari, seperti mencambuk, memukul, menyiksa, dan menjebloskan orang tanpa ampun ke dalam penjara.
Orang-orang Islam di mana pun mengalami kesulitan yang luar biasa akibat tindakan orang-orang ini. Para pemimpin tidak sudi membiarkan siapa pun hidup dengan damai, dan para muslim imigran melihat bagaimana orang-orang yang pulang ke negeri mereka dianiaya.
Para pemimpin itu takut pada orang-orang yang tidak mereka kenal, sehingga mereka memenjarakan orang tanpa pandang bulu. Karena ulah mereka, seorang muslim tidak bisa memanjangkan janggutnya di negeri-negeri Islam, dan jika seseorang mengenakan kopyah, ia akan diinterogasi. Bila seseorang salat lima waktu sehari, mereka akan ditanya apakah ia termasuk dalam kelompok tertentu. Di beberapa negara, ada orang yang membawa pemukul dari kayu atau karet yang akan memukul siapa pun yang mereka suka. Nabi saw. mengatakan bahwa orang-orang semacam itu akan membawa cambuk seperti ekor lembu jantan di tangan mereka untuk menyiksa orang, dan hal tersebut telah terjadi sekarang ini.
Kini, tidak ada tempat di muka bumi di mana berbagai bentuk penganiayaan itu tak terjadi. Empat belas abad yang lalu, Nabi saw. telah meramalkan kondisi memilukan yang begitu umum dan belum pernah terjadi sebelumnya ini.Meskipun Nabi saw. dibawa melihat-lihat penghuni neraka, ada dua kelompok penghuni neraka yang tidak diperlihatkan kepada Nabi saw. karena mereka adalah manusia paling buruk dan bertempat di dasar neraka. Allah dan Rasul-Nya sangat marah kepada orang-orang ini yang menyiksa orang lain sehingga mereka tidak dikunjungi Nabi saw. pada malam beliau naik ke langit (miraj).
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, Ada dua jenis penduduk neraka yang tidak aku kunjungi. Yang pertama adalah mereka yang membawa cambuk seperti ekor lembu jantan yang dipakai untuk mencambuk orang. Hadits ini menjelaskan lebih jauh hadits sebelumnya yang menyebutkan bahwa orang-orang tersebut keluar pada pagi hari dan kembali pada malam hari setelah menghabiskan harinya dengan menyiksa orang lain. Perilaku keji semacam itu tidak diperkenankan dalam Islam karena tidak seorangpun punya otoritas untuk memukul dan menyiksa orang lain. Dalam hadits lainnya: ‘Urwah meriwayatkan dari ayahnya bahwa Hisyâm ibn Hakîm ibn Hizâm kebetulan berpapasan dengan beberapa orang di Syria yang telah disuruh berdiri di bawah panas matahari dengan kepala yang dilumuri minyak zaitun. Ia bertanya, Ada apa ini?” Seseorang menjawab, “Mereka sedang dihukum karena tidak membayar kharaj (pajak negara).” Lalu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah berkata, Allah akan menghukum orang-orang yang menyiksa orang lain di dunia.’”
Nabi saw. memperlihatkan bahwa Allah akan menuntut balas atas nama semua orang yang disiksa, baik muslim maupun nonmuslim. Hadits ini memperlihatkan bahwa Nabi saw., sebagaimana yang dilukiskan Allah, adalah: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (QS. 21:107) Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. (QS. 34:28)
Orang-orang tidak boleh menghukum dan menyiksa sesama, karena Allah semata yang berhak menghukum. Manusia bisa memutuskan apakah sesuatu benar atau salah, tetapi mereka tidak dapat menjatuhkan hukuman menurut pendapat dan nafsu mereka sendiri. Ada persyaratan rumit, bahkan sering kali sulit dicapai, yang harus dipenuhi sebelum seseorang dijatuhi hukuman atas dasar hukum Islam (syariat), tetapi dewasa ini tidak seorangpun yang mau menerapkannya. Pembahasan ini tidak dimaksudkan sebagai komentar politik terhadap pemerintahan mana pun, tetapi untuk memperlihatkan bahwa peristiwa yang diprediksi Nabi saw. akan terjadi pada akhir zaman ternyata kini telah terjadi.
Nabi Muhammad saw. menjelaskan penyiksaan yang akan terjadi pada akhir zaman. Orang-orang Islam harus mengambil pelajaran dari peringatan beliau. Orang-orang Islam sedang mengalami penyiksaan di negeri mereka sendiri dan dijebloskan ke dalam penjara, dan sering kali tidak pernah dibebaskan. Orang-orang selalu dirundung ketakutan, cemas kalau-kalau ada orang datang dengan tiba-tiba untuk menyiksa mereka. Berkat kasih sayang Allah, orang-orang Islam di beberapa negara hidup dengan damai dan tidak mengalami kesulitan seperti yang dilukiskan tadi.
Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan ulil amri di antara kalian. (QS. 4:59) Orang-orang awam bukanlah presiden atau raja, dan harus mengikuti aturan dan hukum di negara tempat tinggal mereka. Orang Islam tidak diperkenankan mencampuri urusan orang lain. Kewajiban orang Islam adalah menjaga rumah, keluarga, lingkungan dan tidak boleh mengganggu ketenteraman masyarakat. Orang Islam harus mempersiapkan diri menjadi orang saleh, yang Tuhan senang dan ridha dengannya.
Nabi saw. bersabda, “Barang siapa mengetahui batasnya, ia harus berhenti di sana.” Orang Islam harus mengetahui batas-batasnya, mengetahui kewajibannya, dan tidak bertindak melebihi batas kemampuannya, yang akan menimbulkan masalah bagi masyarakatnya. Orang Islam tidak boleh campur tangan ketika mereka tidak punya izin atau otoritas untuk terlibat dalam urusan orang lain, jika tidak, dia akan menimbulkan masalah bagi semua orang Islam lainnya
Virus Nil Barat dan Watak Namrud
Allah melukiskan betapa dengan bodohnya manusia mengemban amanah Allah untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu, dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, lalu dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (QS. 33:72)
Kesediaan memikul amanah itu menunjukkan ciri bodoh manusia, yaitu bersifat sombong. Menerima dengan sukarela tanggung jawab yang ditolak oleh langit dan bumi menunjukkan bahwa manusia cenderung membesar-besarkan dirinya sendiri. Sifat tersebut memuncak pada diri Firaun dan Namrud. Namrud dianugerahi segala kemewahan dunia, sehingga ia menjadi sombong dan membanggakan diri sendiri seraya berkata, “Aku akan membunuh Tuhan yang ada di langit”
Ia membangun gedung yang tinggi, naik ke atasnya, dan melepaskan anak panah ke arah langit. Allah mengutus Jibril agar membawa burung yang tertancap anak panah. Ketika anak panah yang berlumuran darah itu jatuh ke tanah, Namrud pun berkata, “Ah, sekarang akulah segalanya! Aku telah membunuh yang ada di langit!” Ia menjadi sangat sombong dan membanggakan diri.
Kini, banyak sekali orang yang bertingkah seperti Namrud, baik lelaki maupun perempuan. Mereka tak peduli dengan sesamanya, dan berpikir bahwa merekalah satu-satunya orang yang istimewa. Asalkan mereka tetap menduduki tahta kekuasaannya, mereka tidak peduli dengan api yang membakar seluruh negara. Mereka telah mewarisi karakter dan perilaku setan, iblis, yang membuat mereka menjadi arogan.
Ketika Namrud sudah berada di ambang puncak kecongkakannya, Allah mengirimkan kepadanya seekor hewan yang paling lemah, yaitu nyamuk, untuk menunjukkan kepadanya bahwa ia tidak gagah dan sebenarnya lebih lemah dibandingkan serangga yang sangat kecil. Nyamuk itu masuk ke dalam hidungnya dan mulai menggerogoti otaknya. Serangan nyamuk itu membuat Namrud sangat menderita dan sakit kepala. Nyeri akibat serangan nyamuk yang merusak otaknya lebih berat dari semua derita yang bisa ia tahan, dan ia tidak bisa menemukan obat untuk menyembuhkannya kecuali dengan meminta pembantunya untuk memukul kepalanya. Ia memerintahkan para pembantunya untuk terus memukul kepalanya hingga ia bisa melupakan nyeri akibat serangan nyamuk yang menggerogoti otaknya.
Nyamuk yang sangat kecil itu benar-benar menghabiskan otaknya hingga ia menembus kepalanya dan keluar dari bagian depan tengkoraknya. Maka tamatlah riwayat Namrud. Sayangnya, kini banyak orang Islam yang berperilaku seperti Namrud. Mungkin, hanya karena mereka adalah umat Muhammad, maka hukuman ditangguh kan oleh Allah. Jika bukan karena telah menerima Islam dan mengakui Nabi Muhammad saw., tentulah Allah juga telah mengirimkan nyamuk untuk menyerang otak mereka.
Belakangan ini, penyakit yang sangat aneh yang dibawa oleh nyamuk secara tiba-tiba melanda dunia. Virus Nil Barat yang dibawa oleh nyamuk telah menyebar keberbagai negara dan memakan korban manusia, dewasa maupun anak-anak. Para ilmuwan sangat terkesima dengan kecepatan penyebaran penyakit tersebut. Allah telah mengirimkan nyamuk-nyamuk itu untuk membersih kan pencemaran akibat perilaku dan sifat buruk manusia. Karena manusia telah meniru Namrud dan melupakan orang-orang yang lemah, Allah segera mengirimkan makhluk paling lemah dan kecil untuk memberikan pelajaran yang sama kepada mereka.
Bagi mereka yang suka memfitnah orang lain, Allah menciptakan binatang-binatang buas yang akan menyerang tubuh mereka di alam kubur nanti untuk menghukum, membersihkan, dan memberi pelajaran kepada mereka. Demikian pula halnya, akibat perilaku dan sifat buruk manusia, Allah telah menciptakan nyamuk yang akan menyerang mereka. Doa orang-orang saleh menjaga mereka dari wabah mematikan itu. Tetapi, ketika tak ada lagi orang saleh dalam sebuah masyarakat, maka doa penolak bala tidak akan lagi diterima. Pada saat itu, azab Allah akan menimpa mereka.
Pengetahuan akan Dicabut
Nabi saw. memprediksi bahwa pada akhir zaman, pengetahuan—khususnya pengetahuan agama—akan lenyap. Menjelang kematiannya, Anas ibn Mâlik berkata, “Tidakkah saya harus mengatakan sebuah hadits yang aku dengar dari Rasulullah, yang tak akan bisa dituturkan orang lain kepada kalian selain aku? Aku mendengar Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya di antara tanda akhir zaman adalah bahwa pengetahuan akan dicabut, orang-orang bodoh akan bermunculan, khamar akan dikonsumsi banyak orang, perzinaan akan tersebar luas, banyak laki-laki meninggal dunia, dan jumlah perempuan membengkak sedemikian rupa hingga 50 perempuan dijaga oleh satu laki-laki.
Ada sekitar 124.000 sahabat yang hidup pada masa Nabi saw. dan mengetahui hadits-haditsnya, tetapi hanya sedikit yang memenuhi syarat untuk memberikan fatwa. Nabi saw. menjelaskan bahwa generasi terbaik adalah generasi sahabat dan dua generasi sesudahnya. Dua generasi setelah sahabat (generasi tabiin dan tabiit tabiin) tidak menyimpang dari aturan sebelumnya, tetapi tunduk patuh pada contoh-contoh yang ditinggalkan para sahabat Nabi. Hanya ada beberapa ratus ulama besar yang mampu memberikan keputusan terhadap persoalan baru, dan mereka sepenuhnya sadar akan tanggung jawabnya, dan khawatir berbuat salah.
Bertolak belakang dengan kenyataan itu, tampak setiap orang Islam dewasa ini berani memberikan fatwa tentang setiap persoalan baru. Kini, orang-orang Islam yang awam dalam masalah agama mengklaim dirinya sebagai ulama yang mampu mengeluarkan fatwa, dan semua orang bertindak sebagai mufti. Orang-orang Islam menganggap penafsiran dan pendapat mereka benar, sekalipun mereka bukan orang yang terpelajar.
Kebodohan itulah yang dilukiskan Nabi saw. dalam sabdanya, “Pengetahuan akan diangkat, dan orang-orang bodoh akan bermunculan.” Pada masa lalu, pendidikan Islam secara umum diarahkan untuk mempelajari Alquran, hadis, syariat, penyucian hati, dan sebagainya, disamping apa yang dipelajari dari dunia profesi atau perdagangan. Kini, hanya ada sedikit pelajaran formal tentang agama Islam, selain langkanya guru agama yang berkualitas. Maka banyak hal yang tidak dipahami. Dewasa ini dunia pendidikan Islam tidak banyak bicara, sehingga ketidaktahuan tentang Islam semakin merajalela. Di samping tidak mengerti mengenai agama mereka, para siswa juga dididik dalam nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam, yang diajarkan terutama melalui kurikulum sekolah.
Selain pengetahuan teknis yang diperlukan untuk mengarungi kehidupan, para siswa dijejali dengan berbagai macam ideologi (termasuk ateisme) yang tidak ada kaitannya dengan bidang studi mereka. Alih-alih mempunyai pandangan Islami terhadap sebuah persoalan, mereka justru akan membuat keputusan sesuai dengan latar belakang pendidikan sekuler, yang tentu saja membawa mereka pada kesesatan. Dari kacamata Islam, hal semacam itu tidak dinamakan pendidikan, tetapi penyesatan.
Dewasa ini, tampak bahwa orang-orang Islam hanya bersentuhan dengan agamanya atau masjid pada saat menikah dan meninggal. Fenomena ini telah menjadi umum di berbagai negeri Islam, termasuk di Timur Tengah dan Asia Tengah. Yang ada hanya orang-orang Islam nominal, yang terbiasa melakukan hal-hal yang tidak islami. Hadis terdahulu juga menyebutkan, Minuman memabukkan dikonsumsi banyak orang,” yang menggarisbawahi bahwa minuman keras akan mewabah dan menjadi lumrah, termasuk di kalangan umat Islam. Khamar berarti segala substansi yang memabukkan, dan mencakup obat-obatan, yang sudah menggejala di seluruh dunia, seperti halnya minuman beralkohol. Sayangnya, kini kita menyaksikan banyak orang Islam yang melakukan salat namun juga minum alkohol, dan jutaan orang Islam menjadi pecandu obat-obatan di berbagai negeri Islam.
Hadits di muka juga menyebutkan, “Perzinaan akan tersebar luas.” Hubungan seks gelap terjadi di mana-mana, dan menjadi sangat biasa. Muda-mudi naik mobil mewah berduaan dengan pakaian trendi, dan dengan mudah dapat mencari kesempatan untuk berzina. Pemandangan dan suara yang dilarang agama bahkan lebih lazim. Di kebanyakan negeri Muslim, sulit sekali berjalan di tempat umum tanpa menyaksikan pemandangan yang terlarang, apalagi di negeri lain. Dengan adanya jaringan TV kabel dan satelit yang mengglobal, segala jenis program amoral tersaji di setiap rumah orang Islam, termasuk musik cabul dan pornografi. Nabi saw. memperingatkan orang-orang Islam agar tidak memandang pemandangan yang berbahaya seperti itu, karena hal itu adalah dosa.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, "Zina mata adalah memandang hal-hal yang terlarang, zina telinga adalah mendengar hal-hal yang terlarang, zina lidah adalah berkata tentang hal-hal yang terlarang, zina tangan adalah memegang hal-hal yang terlarang, dan zina kaki adalah melangkah ke tempat perzinaan. Bahkan, ada orang-orang Islam yang menghindari kewajiban berpuasa Ramadan dengan menjauhi pergaulan dengan orang Islam lainnya, atau dengan pergi ke negara nonmuslim. Dengan menyamar, mereka merasa bebas untuk pergi ke mana saja, dan mudah untuk melakukan hubungan yang terlarang.
Perilaku tercela itu benar-benar melanggar ketentuan agama mana pun, dan membuat Tuhan murka. Oleh karena itu, penyakit bermunculan untuk mengingatkan manusia bahwa mereka telah menyimpang dari jalan hidup yang diinginkan Allah. Penduduk dunia telah terjangkiti HIV dan AIDS, dan sedang berjuang memerangi virus berbahaya itu. Banyak orang, terutama kaum gay, yang meninggal dunia akibat penyakit tersebut, dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah berusaha menekan penyebaran penyakit itu terhadap laki-laki maupun perempuan. Sayangnya, kebanyakan program pencegahan yang ditawarkan tidak mencakup penghentian hubungan seks bebas.
Alih-alih mendorong laki-laki dan perempuan agar melakukan hubungan yang sah dan menghindari hubungan seks bebas, program itu justru menganjurkan mereka untuk melanjutkan kebiasaan seks bebas. Seolah-olah mendengar bisikan setan di telinga, mereka menyokong perilaku tersebut dan mengajari orang di seluruh dunia untuk tetap melakukan hubungan seks bebas namun “harus dengan pelindung”. Semua ini sangat menyimpang dari firman Allah dalam Alquran: "Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk". (QS. 17:32)
Allah memberi tahu manusia bukan saja agar menghindari perzinaan, tetapi juga agar tidak mendekatinya. Hadits di muka juga menyebutkan, Banyak laki-laki meninggal dunia.” Di akhir zaman berbagai pertempuran akan merenggut banyak korban. Penting juga untuk dicatat bahwa hal ini disebutkan persis setelah masalah zina. Ini menunjukkan bahwa sejumlah besar laki-laki juga akan meninggal karena penyakit yang menular melalui hubungan seks. Laki-laki akan meninggal, terutama karena peperangan, “… dan jumlah perempuan akan membengkak.” Dewasa ini, jumlah perempuan melebihi jumlah laki-laki, dan akibat peperangan dahsyat di akhir zaman, banyak lagi jumlah laki-laki yang akan meninggal hingga akhirnya jumlah laki-laki dan perempuan adalah 1 banding 50.
Berpakaian tapi Telanjang
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ada dua kelompok penghuni neraka yang tidak diperlihatkan kepada Nabi saw. Kelompok kedua adalah yang akan disebutkan di sini. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Ada dua jenis penduduk neraka yang tidak aku lihat. Yang pertama adalah mereka yang membawa cemeti seperti ekor lembu jantan yang dipakai untuk mencambuk orang, dan kedua adalah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, melenggak-lenggok dan menari secara menggairahkan, kepala mereka tampak aneh seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga atau mencium wanginya sekalipun, padahal aromanya bisa tercium dari jarak yang sangat jauh.
Nabi menggambarkan perempuan-perempuan yang tampak berbusana tapi pada hakikatnya telanjang. Hadis ini tidak merujuk pada perempuan yang mengenakan bikini, karena dari perspektif Islam, perempuan seperti itu sepenuhnya telanjang. Hadis ini merujuk pada perempuan yang tampak mengenakan sesuatu, namun pada hakikatnya ia memamerkan semua bagian tubuhnya. Nabi saw. dengan sangat jelas menggambarkan mereka sebagai kâsiyât, yang berarti terbungkus pakaian, dan ‘âriyât, yang berarti telanjang. Seribu empat ratus tahun yang lampau ungkapan itu tampak kontradiktif, karena orang pada masa itu tidak bisa membayangkan model pakaian masa kini. Bagaimana mungkin seseorang mengenakan pakaian tapi pada saat yang sama ia seolah-olah tidak berpakaian? Ini artinya pakaian mereka sangat ketat dan terbuka, atau tembus pandang sehingga orang bisa melihat semua yang ada di balik pakaiannya. Banyak perempuan dewasa ini yang mengenakan pakaian semacam itu dan memperlihatkan tubuhnya tanpa malu.
Nabi saw. kemudian menggambarkan mereka sebagai mumîlât mâ’ilât. Mâ’ilât secara harfiah berarti bergoyang ke kanan dan ke kiri, atau menyimpang. Mereka menyimpang dari jalan Allah, dan menyimpang dari norma kesopanan dalam berperilaku dan berpakaian Perempuan-perempuan itu berjalan seperti burung merak dengan kepala tegak, menggoyang-goyangkan bahu mereka dengan cara yang berlebihan untuk menarik perhatian laki-laki pada bentuk tubuh mereka dengan nakal.
Ketika melangkahkan kaki, pinggul mereka melenggak-lenggok untuk menarik mata lelaki. Mereka menggunakan gerak tubuh dan suara untuk menarik orang-orang tak berdosa agar mengikuti hasrat mereka. Mumîlât semakna dengan mâ’ilât, dengan sedikit penekanan bahwa perempuan semacam itu bertindak lebih jauh lagi, dengan membangga-banggakan gaya mereka di depan teman dan keluarga. Tidak puas dengan penyimpangan sendiri, mereka berusaha menyebarkan penyakit itu ke perempuan lain dengan mengajari mereka untuk tidak malu-malu keluar dengan busana terbuka.
Nabi melanjutkan, “kepala mereka aneh,” atau “mereka adalah pembawa sial.” (ru’ûsuhunna ka asnimat al-bakht). Bakht artinya sial, dan dalam hadis ini menunjukkan bahwa perempuan-perempuan itu laksana tumpukan kesialan. Asnimat al-bakht juga berarti punuk unta, maksudnya rambut mereka ditinggikan, atau mengenakan wig atau pemanjang rambut; secara umum berarti memamerkan rambut mereka. Perempuan dengan bergaya rambut, berjalan, dan berbusana semacam itu bisa kita saksikan di mana-mana. Jika seorang wanita berusaha berbusana secara sopan, mereka akan mengolok-oloknya sambil berkata, “Itu sudah kuno. Cobalah berpakaian seperti kami.”
Pembahasan tentang hadis Nabi ini tidak diarahkan pada apa yang dilakukan oleh orang-orang nonmuslim, tetapi merupakan komentar terhadap apa yang telah dilakukan oleh orang muslim sendiri. Di negeri muslim yang paling konservatif sekalipun sudah ada stasiun televisi yang menayangkan seorang pembawa acara yang berpakaian sangat minim. Mereka dapat disaksikan di rumah-rumah orang Islam di berbagai penjuru dunia, dan gaya busana mereka yang provokatif banyak memengaruhi para penonton. Mereka tidak seharusnya menarik gairah seksual pemirsa ketika membacakan berita. Acara tersebut disiarkan di negeri muslim yang mengklaim sebagai negeri yang beragama dan memerhatikan urusan kaum muslim, tetapi mereka tampaknya tutup mata atas apa yang sedang terjadi di wilayah mereka sendiri.
Mereka tak peduli dengan pemerosotan moral para muslimah selama itu dapat menghasilkan keuntungan. Yang lebih buruk lagi, kini kita menemukan semua jenis jaringan TV kabel dan saluran TV satelit di semua penjuru dunia yang menyiarkan talk show yang menampilkan acara glamor atau penyanyi yang memancing gairah seksual laki-laki. Sungguh, teknologi global itu telah mendorong manusia untuk membangkitkan nafsu rendahan mereka dengan cara yang belum pernah ada dan belum pernah terbayangkan sebelumnya. Saluran TV satelit dari negara Arab sekalipun biasa menayangkan acara yang menarik nafsu syahwat dengan menampilkan laki-laki dan perempuan yang berbaur dengan berbagai macam model busana yang terbuka.
Pada kenyataannya, gaya busana modern hanya terdiri dari pakaian yang minim sehingga orang yang mengenakannya tampak seperti tidak berbusana. Beberapa waktu yang lalu, pakaian renang terdiri dari satu helai pakaian. Kemudian modelnya berubah menjadi dua helai pakaian yang sedikit sekali menutup tubuh. Di beberapa pantai, perempuan hanya memakai satu helai bagian bawah dan melepas bagian atas, sementara di pantai lain, mereka sama sekali tak mengenakan pakaian renang! Dengan begitu, orang-orang digairahkan oleh hasrat nafsu yang meluap.
Ada beberapa orang Islam yang tidak akan masuk surga karena mereka telah melakukan berbagai dosa. Orang-orang semacam itu berada di bagian neraka yang terdalam, dan tidak diperlihatkan kepada Nabi saw. pada Malam Miraj. “Mereka tidak akan masuk surga atau bahkan mencium wanginya, padahal aromanya bisa tercium dari jarak yang sangat jauh.” Wangi surga mencapai jarak yang sangat jauh, tetapi mereka yang bangga dengan cara berpakaian terbuka sangat jauh dari surga sehingga wangi surga tidak mencapai tempat mereka. Allah mengharamkan wangi surga bagi mereka, juga orang yang mendorong dan memanfaatkan mereka untuk merusak hati orang-orang Islam yang tak berdosa, melalui layar televisi. Mereka menunjang kerja jahat setan. Allah menyaksikan siapa saja yang akan menghindari godaan tersebut dan tetap memelihara imannya. Pintu tobat selalu terbuka bagi setiap laki-laki dan perempuan. Allah Maha Pengasih, dan Dia tahu yang terbaik.
Jika kita menggunakan hadis ini sebagai ukuran, jelas sekali betapa jauhnya kita telah melewati berbagai tanda akhir zaman dan betapa dekatnya kita dengan Hari Kiamat. Karena keagungan yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad saw., beliau juga mampu menggambarkan secara terperinci apa yang sedang kita saksikan sekarang.
Hubungan Seks yang Terbuka
Nabi saw. bersabda bahwa salah satu tanda akhir zaman adalah bahwa laki-laki dan perempuan akan melakukan hubungan seks (tasâfud) di jalanan, seperti keledai. ‘Abd Allâh ibn ‘Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Hari Kiamat tidak akan tiba hingga laki-laki dan perempuan melakukan hubungan seks di jalanan seperti keledai".
Ketika keledai mau berhubungan, tidak ada yang bisa mengontrol atau menghentikan mereka. Keledai melakukan hubungan seks di tempat terbuka, di jalanan. Kata “tasâfud” berarti segala jenis hubungan atau ekspresi seks yang mencakup berciuman, berpelukan, dan bahkan berpegangan tangan. Bagi laki-laki dan perempuan, berpegangan tangan merupakan ungkapan gairah seks. Kini, fenomena tersebut bisa disaksikan di jalanan mana saja. Banyak orang Islam yang mengungkapkan kasih sayang mereka secara fisik di depan publik, mengikuti gaya hidup modern. Banyak sekali fenomena tasâfud yang terjadi, baik di antara pasangan yang sudah menikah maupun pasangan yang belum menikah. Mereka berpelukan dan berciuman di jalanan, berjalan sambil berpegangan tangan, dan duduk berdampingan.
Pada masa sebelumnya, perilaku semacam itu tidak dijumpai di negeri-negeri Islam, karena pasangan suami–istri akan merasa malu jika saling bersentuhan di tempat umum. Bersentuhan bagi pasangan suami–istri, meskipun boleh dilakukan di tempat tertutup, tidak boleh dilakukan di depan umum. Haram untuk memegang tangan istri di jalanan, karena hal tersebut akan menimbulkan pikiran jelek bagi orang yang melihatnya. Hal itu juga menimbulkan fitnah bagi si istri sehingga si suami juga akan terkena dosa. Standar etika Islam adalah memberi perlindungan, baik dengan cara menjaga manusia dari berbuat dosa atau bahkan mencegah kemunculan dosa.
Nabi saw. mengatakan bahwa manusia akhir zaman akan mirip dengan keledai, yang senang mempertontonkan kepada orang lain apa yang sedang mereka lakukan tanpa rasa malu atau sungkan. Sulit bagi para sahabat untuk memahami hal semacam itu, tetapi Nabi saw. tetap mengemukakannya, “Ya, fenomena itu pasti akan terjadi.” Kondisi semacam itu tak terjadi kecuali belakangan ini. Persis seperti yang diprediksi Nabi saw., banyak orang Islam yang berpegangan tangan secara terang-terangan ketika mereka tampil di depan umum.
Hadis berikut secara khusus merujuk pada orang-orang Islam, sehingga mereka harus sepenuhnya waspada terhadap apa yang tengah terjadi saat ini. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, umat manusia tak akan punah hingga laki-laki mendatangi perempuan atau perempuan mendatangi laki-laki lalu mereka bersetubuh di jalanan. Laki-laki terbaik di antara mereka pada saat itu akan berkata, “Aku berharap bisa bersamanya di balik dinding (di tempat tertutup).”
Nabi saw. bersumpah atas nama Allah bahwa di akhir zaman, moral manusia akan merosot sedemikian rupa sehingga mereka akan melakukan hubungan seks di jalanan. Di sini beliau berbicara baik tentang muslim maupun nonmuslim, atau hanya tentang muslim. Hal ini sudah terjadi sekarang, terutama di Prancis dan negara-negara Eropa lainnya, di taman, di pantai, dan di lorong jalan. Muslim yang paling prihatin dengan kondisi tersebut diungkapkan di akhir hadis, “Orang terbaik di antara mereka pada saat itu akan berkata, ‘Aku berharap bisa bersamanya di balik dinding (sehingga orang lain tak bisa melihatku!).
Manusia terbaik adalah orang-orang beriman, karena mereka menunjukkan perilaku yang baik. Orang-orang beriman akan berusaha menghindari perbuatan dosa. Mereka berlaku jujur, menegakkan salat, melaksanakan kewajiban, berpuasa, membayar zakat, dan mengusahakan yang terbaik buat masyarakat. Tetapi, Nabi saw. mengatakan bahwa di akhir zaman, orang beriman akan menyaksikan orang lain berhubungan seks di jalanan lalu berharap bahwa ia bisa melakukan hal yang sama ditempat tertutup. Ia lupa kepada Allah dan berkata, “Seandainya aku bersama perempuan itu di tempat tertutup, aku akan berjimak dengannya!” Muslimah juga akan memikirkan hal yang sama. Tatkala perilaku asusila terbuka semacam itu, setan juga merasuki orang beriman. Seorang yang beriman pada masa itu tidak mau melakukan kenistaan semacam itu di tempat terbuka karena ia masih memiliki kadar kesopanan, dan ia tidak ingin orang lain menyaksikan dirinya melakukan hal semacam itu. Ia ingin melakukannya di tempat tertutup sehingga orang lain tidak bisa melihatnya.
Alih-alih berkata, “Astagfirullah, semoga Allah mengampuni mereka (atas perzinaan bebas yang mereka lakukan) dan mengampuniku (karena mengharap hal yang sama),” ia malah berharap dapat berduaan dengan perempuan itu di balik dinding dan melakukan perzinaan dengannya. “Di balik dinding” bisa berarti di apartemen atau di ruangan lain dengan pintu tertutup. Di akhir zaman, orang-orang beriman yang menyaksikan perzinaan terbuka akan berkata, Bagaimana dengan kita? Mari kita lakukan di tempat tertutup.” Ini adalah hadis sahih tentang tanda-tanda akhir zaman yang disebutkan Nabi Muhammad saw. pada 1400 tahun yang lalu.
Nabi saw. adalah pakar psikologi dan memahami sifat-sifat manusia secara keseluruhan, dari awal sampai akhir. Beliau mengatakan akan muncul orang-orang semacam itu di jalanan, dan orang yang terbaik pada masa itu tidak akan melakukannya di jalanan, tetapi berharap bisa melakukannya di tempat tertutup. Fenomena semacam itu belum terjadi sekalipun pada 50 tahun yang lalu, tetapi kini sudah terjadi di mana-mana. Seribu empat ratus tahun yang silam, Nabi saw. mengatakan bahwa hal itu akan terjadi dan merupakan salah satu tanda akhir zaman.
Kesulitan dan Balasan pada Akhir Zaman
Pada akhir zaman, mereka yang menjaga agamanya akan mengalami kesulitan yang luar biasa. Karena kesabaran mereka dalam menghadapi cobaan itu, Nabi saw. menjanjikan mereka pahala yang sangat besar dari Allah di akhirat kelak. Anas meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Akan datang suatu masa ketika orang-orang yang memegang teguh agamanya bagaikan orang yang memegang batu panas di tangannya.
Dalam hadis lain yang menggambarkan kesulitan pada akhir zaman, Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: "Celakalah orang-orang Arab karena keburukan besar yang melanda mereka, seperti datangnya malam yang gelap gulita. Seseorang bangun dari tidurnya sebagai mukmin dan menjadi kafir pada senja hari. Orang-orang akan menjual agamanya untuk kepentingan duniawi. Segelintir orang yang berpegang teguh kepada agamanya pada saat itu bagaikan orang yang menggenggam bara atau duri.
Karena begitu berat mempertahankan keyakinan agama pada masa-masa seperti itu, maka Allah akan memberikan balasan pahala yang tak terlukiskan kepada mereka yang menjaga pesan-pesan ilahiah. Ibn ‘Abbâs meriwayatkan: "Suatu subuh Rasulullah saw. meminta air, namun para sahabat memberitahukan bahwa tak ada air. Nabi saw lalu meminta sebuah bejana, dan segera mereka bawakan bejana kepada beliau. Beliau memasukkan tangan ke dalam bejana tersebut dan merenggangkan jari-jari beliau. Maka memancarlah air dari jari-jari beliau, persis seperti ketika Mûsâ memukulkan tongkatnya kesebuah batu. Rasulullah saw. lantas berkata kepada Bilâl agar memanggil orang-orang. Lalu mereka datang dan berwudu dengan air yang memancar dari jari-jari Rasulullah saw.
Ibn Mas‘ûd tidak hanya berwudu dengan air itu, tetapi juga meminumnya. Setelah semua sahabat berwudu dengan air itu, beliau melaksanakan salat subuh dengan mereka. Usai salat, Nabi saw. berdiri dan berkata, Wahai para sahabatku! Siapakah yang paling baik imannya?” Mereka menjawab, “Para malaikat.” Beliau berkata, “Bagaimana mungkin mereka tidak beriman sedangkan mereka bisa melihat surga?” [maksudnya, bagi mereka gampang sekali untuk beriman]. Para sahabat kemudian berkata, “Kalau begitu, para nabi, ya Rasulullah.”
Beliau berkata, “Bagaimana mungkin mereka tidak beriman sementara wahyu turun langsung kepada mereka dari langit” [maksudnya, para nabi melihat Malaikat Jibril datang kepada mereka]. Para sahabat kemudian berkata, “Kalau begitu, para sahabatmu, ya Rasulullah. Beliau berkata, “Bagaimana mungkin mereka tidak beriman padahal mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan” [maksudnya, mereka melihat Nabi saw. secara langsung dan melihat mukjizat seperti terpancarnya air dari jari Nabi]. Mereka tak lagi menjawab. Akhirnya, Nabi saw. berkata, “Yang paling baik imannya adalah kaum yang hidup setelahku namun mereka percaya kepadaku meski tak pernah melihatku, membenarkanku meski tak pernah menatapku. Merekalah saudara-saudaraku (ikhwân).”
Dalam hadis lain dari Anas yang mengisahkan kejadian yang sama, Nabi saw. menambahkan, “Mereka akan membaca kitab suci dan meyakininya meskipun tak pernah bertemu denganku ketika wahyu itu diturunkan. Mereka membacanya dalam lembaran-lembaran, dan merekalah yang paling baik imannya.” Dalam hadis lain dari ‘Umar, Nabi saw. bersabda: Mereka percaya kepadaku meskipun tak pernah berjumpa denganku. Mereka akan mendapati kertas yang tergantung dan percaya kepadanya (yakni Alquran). Mereka mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah (atau mereka memiliki iman yang paling baik di sisi Allah pada Hari Pembalasan).
Diriwayatkan bahwa para sahabat bertanya apakah ada orang yang pahalanya lebih besar daripada pahala yang mereka dapatkan, karena mereka telah mempercayai Nabi saw. dan mengikutinya. Beliau berkata: "Apa yang menghalangi kalian untuk mempercayaiku sementara aku ada di tengah-tengah kalian ketika wahyu diturunkan kepadaku? Ada orang yang hidup sesudahku, yang hanya mendapatkan Alquran di antara dua sampul. Mereka mempercayainya dan mereka bersikap sesuai dengan perintah di dalamnya. Merekalah yang mendapat pahala yang lebih besar dari kalian.
‘Umar ibn al-Khaththâb meriwayatkan: "Aku sedang duduk bersama Nabi saw. dan beliau berkata, “Katakan kepadaku orang-orang yang paling baik imannya?” Para sahabat menjawab, “Para malaikat, wahai Rasulullah.” Beliau berkata, “Memang sudah sepantasnya mereka demikian, karena tidak ada yang menghalangi mereka untuk itu, dan Allah telah menakdirkan mereka pada posisi tersebut. Siapa selain mereka?” Mereka menjawab, “Para nabi yang telah dianugerahi Allah dengan wahyu dan kenabian, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Memang sudah sepantasnya mereka demikian, karena tidak ada yang menghalangi mereka untuk itu, dan Allah telah menakdirkan mereka pada posisi tersebut.”
Mereka berkata, “Para syuhada yang gugur di jalan Allah bersama nabi-Nya.” Beliau berkata, “Memang sudah sepantasnya mereka demikian, karena tidak ada yang menghalangi mereka untuk itu, dan Allah telah menganugerahi mereka dengan kesyahidan. Tetapi, siapakah selain mereka?” Mereka menjawab, “Kalau begitu, siapa lagi, ya Rasulullah?” Nabi saw. berkata, “Mereka yang masih berupa benih dalam diri kalian, yaitu keturunan kalian, yang percaya kepada ku meskipun mereka tidak bertemu denganku, mengakui kebenaran ucapanku dan menerimanya, melihat Alquran tergantung dan berbuat sesuai dengan apa yang tertuang di dalamnya. Mereka itulah yang paling baik imannya.”
Hadis-hadis di atas juga menunjukkan prediksi lain, yakni bahwa Alquran akan disusun dalam bentuk mushhaf dan bahwa ia akan digantung orang di leher ataupun di dinding.Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. mendatangi sebuah makam dan bersabda:"Keselamatan atas kalian, wahai orang beriman penghuni kubur! Kami insya Allah pasti akan menyusul kalian. Betapa aku rindu ingin berjumpa dengan saudara-saudaraku! Mereka berkata, “Ya Rasulullah, apakah kami bukan saudara-saudaramu?” Beliau menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku. Saudara-saudara kita adalah mereka yang belum muncul dan aku akan mengantar mereka ke Telagaku.” Mereka bertanya, “Bagaimana engkau akan mengenali mereka di antara umatmu, padahal mereka belum muncul (pada masamu)?”
Beliau menjawab, “Kalaulah seseorang memiliki kuda dengan tanda putih menyala di kening dan kakinya, apakah ia tak akan mengenali kudanya di antara kuda-kuda hitam?” Mereka menjawab, “Tentu bisa, ya Rasulullah.” Beliau meneruskan, “Sungguh, mereka akan muncul dengan kening dan anggota tubuh yang terang bercahaya karena air wudu mereka, dan aku akan mengantar mereka ke Telagaku.”
Hadis ini tidak hendak mengatakan bahwa orang-orang pada masa sekarang lebih tinggi kedudukannya dari para malaikat, nabi, atau sahabat, karena tidak ada yang dapat mencapai derajat para sahabat yang bertemu Nabi saw. semasa hidup mereka. Hadis ini menggambarkan bahwa Allah Maha Pemurah dalam memberi balasan pahala kepada mereka yang beriman pada zaman yang sarat dengan penyelewengan dan kegelapan, ketika memegang teguh agama menjadi seperti menggenggam bara panas.
Nabi saw. bersabda: "Penjaga sunahku pada masa ketika umatku telah tergelincir dalam penyimpangan, akan mendapatkan balasan pahala seratus syuhada. Di sini Nabi saw. menunjukkan bahwa ada orang-orang yang, pada masa penuh penyimpangan dan kegelapan, terus menjaga sunah Nabi, yang akan diberi oleh Allah pahala besar ini. Pahala satu syahid saja sudah cukup untuk masuk surga tanpa penghisaban. Dengan cara melaksanakan salat-salat sunah (nawâfil), mengenakan pakaian yang longgar, tidak ketat, atau memakai cincin, atau semata dengan bersiwak, seorang mukmin pada masa itu akan memperoleh pahala seratus syuhada. Kita harus berterima kasih atas rahmat dan kemurahan Allah pada hamba-hamba-Nya yang hidup di akhir zaman. Jika seseorang melaksanakan salat sunah pada masa ini, amalnya akan dihitung sedemikian rupa, dan dia akan menerima balasan pahala seratus syuhada.
Dewasa ini, di banyak masjid, orang mengumandangkan iqamat dan melaksanakan salat wajib, namun tidak melaksanakan salat sunah. Orang-orang sudah mulai mengabaikan salat sunah, belum lagi sunah-sunah Nabi yang lain. Apa kiranya komentar orang-orang semacam itu tentang perilaku seorang sahabat, ‘Abd Allâh ibn ‘Umar, yang sengaja turun dari kudanya agar bisa menginjakkan kakinya tepat di jejak kaki Nabi, padahal hal itu tidaklah termasuk ajaran Nabi? Hal paling sederhana yang dikatakan oleh para ahli syariat tentang persoalan ini adalah bahwa mengikuti Nabi saw. dalam hal berpakaian, atau kegiatan sehari-hari, seperti cara makan, berjalan, dan tidur merupakan perbuatan istimewa (ihsân), kesempurnaan (kamâl), dianjurkan (mustahabb) dan merupakan salah satu perilaku terpuji dalam agama (adab).
Setiap perilaku terpuji yang dilakukan atas dasar niat baik akan mendapatkan derajat tinggi di surga, yang tidak diberikan kepada orang yang mengabaikan perilaku-perilaku tersebut. Dan Allah tahu yang terbaik.
Al Quran Tersebar Luas
Nabi memprediksikan suatu masa di mana Alquran akan mudah didapat, dibaca secara luas, tetapi tidak diikuti. Diriwayatkan dari Mu‘âdz bahwa Nabi saw. bersabda: "Akan muncul huru-hara, di mana kemudian sejumlah besar uang dikumpulkan dan Alquran pun dibuka dan ia dibaca baik oleh orang-orang yang beriman maupun oleh orang-orang kafir, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Seseorang akan membacanya dan berseru, “Tidak ada yang mau mengikutiku!” Lalu ia duduk di dalam rumahnya dan membuat ruang tersendiri seperti masjid di dalam rumahnya. Lalu ia akan mengada-ada hal baru dalam agama yang tidak ditemukan dalam Kitabullah atau sunah Rasulullah. Waspadalah terhadap bidah yang mereka buat, karena sesungguhnya hal tersebut akan menyesatkan kalian!
Dalam hadis ini dan hadis-hadis lainnya, Nabi saw. mengawali sabdanya dengan ungkapan, Akan muncul huru-hara di mana kemudian sejumlah besar uang dikumpulkan…” Kini kita sebenarnya sering menyaksikan jenis kebingungan seperti itu. Di tiap-tiap masjid, kita menemukan orang-orang merogoh sakunya untuk acara pengumpulan dana, di mana jutaan dolar terkumpul, katanya untuk tujuan keagamaan, namun Allah tahu ke mana uang itu disalurkan dan untuk tujuan apa. Di samping itu hadis tersebut menyebutkan, “dan Alquran akan dibuka.” Nabi saw. memberi tahu kita bahwa pada akhir zaman Alquran akan dibuka. Perhatikan dengan cermat, beliau mengatakan, “Alquran akan dibuka (yuftah), bukan Alquran akan dipelajari (yudras).“Terbuka” berarti dibuat mudah dibaca” atau tersedia di mana-mana.”
Sekarang ini kita telah menyaksikan banyak anak-anak muslim sudah hapal seluruh ayat Alquran dalam usia yang masih belia. Namun, mereka tidak mempelajari maknanya. Dan tidak ada orang tua yang menganjurkan anak-anaknya untuk mempelajari hukum Allah (ilmu syariat). Mereka hanya menyekolahkan mereka untuk menghapal Alquran dari awal sampai akhir. Hadis itu kemudian menyebutkan, “Alquran akan dibaca, baik oleh orang-orang beriman maupun oleh orang-orang kafir.” Di sini, Nabi saw. telah meramalkan bahwa Alquran akan dibaca baik oleh muslim maupun nonmuslim Fenomena tersebut sedang terjadi hari ini dalam skala yang luas.
Terjemahan Alquran sudah tersedia di semua toko buku dan perpustakaan, hampir dalam semua bahasa. Bukan saja para penulis muslim yang mengkaji dan mengomentari Alquran, tetapi juga orang-orang nonmuslim, yang mengkaji dan mengomentari Alquran tanpa kedalaman pengetahuan atau pemahaman terhadap isi, konteks, atau makna yang terkandung dalam ayat-ayatnya. Namun, Nabi saw. mengatakan lebih jauh lagi, “Seseorang membaca Alquran tetapi tidak mendapati orang yang menjadi pengikutnya.” Itu terjadi karena ia membacanya tanpa pengetahuan dan pemahaman keagamaan. Para pemimpin dewasa ini mengatakan bahwa seseorang tidak perlu mempelajari Alquran dari seorang ulama. Mereka mengatakan, Bacalah sendiri Alquran dan hadis.” Kebanyakan orang Islam tidak akan mengikuti arahan sesat itu sehingga akan menemukan diri mereka terasing. Dia kemudian akan membuat ruangan di dalam rumahnya, seperti kantor, untuk kepentingan keagamaan dan duduk di atas sajadahnya di depan komputer. Orang pada zaman modern telah menciptakan “ruang” semacam itu di internet, yang dikenal dengan ruang obrolan Islam dan “masjid” internet.
Para pemimpin Islam masa kini menganjurkan orang-orang Islam untuk duduk di rumah masing-masing dan menelusuri Alquran dan hadis. Kini, anak-anak muda Islam, yang berpikir bahwa mereka adalah para pakar Islam, mulai mengeluarkan ketentuan agama dari kamarnya melalui ruang obrolan (chatting) yang mudah diakses, daftar e-mail, dan situs internet. Kini setiap orang, muslim maupun kafir, sudah membuka-buka Alquran, tanpa mempelajarinya secara keseluruhan, memungut satu ayat dan menjadikannya landasan untuk memberikan keputusan tentang sebuah kasus. Alih-alih membuka Alquran untuk mencari petunjuk tentang sebuah persoalan, mereka justru memulainya dengan pendapat mereka sendiri dan kemudian mencari-cari ayat dalam Alquran yang mereka gunakan untuk mendukung pendapat mereka, entah pendapat itu benar atau salah.
Tanpa mengetahui apa yang mungkin dikatakan oleh ayat-ayat lain tentang persoalan tersebut, atau tanpa mengetahui makna sebenarnya dari ayat itu, atau tanpa mengetahui peristiwa dan kondisi saat ayat itu turun, upaya yang menyesatkan itu akan melahirkan kesalahan dan bidah dalam agama. Nabi saw. menggambarkan situasi tersebut 1400 tahun yang lampau dan memperingatkan dengan tegas, “Waspadalah terhadap bidah yang mereka buat, karena sesungguhnya hal tersebut akan menyesatkan kalian!”
Kini, setiap orang mengajari dirinya sendiri. Hubungan guru dan murid dalam Islam hampir sepenuhnya hilang, padahal model hubungan guru-murid ini sangat penting bagi pendidikan Islam. Nabi saw. sendiri berkali-kali menyebutkan bahwa ia belajar Alquran kepada Malaikat Jibril. Nabi saw. yang membaca, Jibril yang mendengarkan. Jibril menyampaikan Alquran kepada Nabi saw., dan beliau mengajarkannya kepada para sahabatnya, yang pada gilirannya mengajarkannya kepada para tabiin yang mengajarkannya kembali kepada generasi berikutnya, dan demikian seterusnya.
Hubungan guru-murid merupakan landasan untuk menyampaikan pengetahuan keislaman sejak turunnya wahyu pertama. Lagi pula, bukankah Allah bisa saja mengukir wahyu dengan cahaya di atas langit yang bisa dibaca dengan mudah oleh orang-orang Islam? Namun, Dia memilih untuk mewahyukan Alquran dan menyampaikannya lewat malaikat kepada Nabi dan kemudian dari generasi ke generasi. Wahyu terjadi dengan cara seperti itu bukan dengan alasan lain kecuali untuk menekankan bahwa setiap orang harus belajar dari seseorang yang lebih mengetahui. Dan itu sesuai dengan perintah Alquran: "Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. 21:7)
Kini, setiap orang belajar secara otodidak, menegaskan pendapatnya sendiri, dan menolak pendapat-pendapat orang lain, seperti yang diprediksi Nabi saw., “semua orang cinta kepada pendapatnya masing-masing.” Orang tidak lagi menerima nasihat dan sangat fanatik dengan keyakinan masing-masing, dan tidak peduli dengan masukan dari orang lain. Kini, para pendakwah dan pemimpin Islam lebih memerhatikan kegiatan pengumpulan dana untuk tujuan keagamaan, yang beberapa di antaranya ketika diselidiki ternyata sangat meragukan. Pada masa lalu, orang-orang Islam tidak mengadakan malam dana. Kini, orang-orang sudah mulai melakukan praktik tersebut untuk melaksanakan agenda berbagai kelompok, partai atau ideologi yang mereka dukung, semuanya mengatasnamakan agama.
Dikatakan bahwa jika ceramah seorang guru agama lebih diarahkan pada persoalan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, maka jauhi dia karena perkataannya hanya akan membawa kegelapan bagi hati. Mendengar ceramah seorang guru yang dapat menambah kecintaan kepada Allah, Nabi-Nya dan orang-orang saleh akan mendatangkan cahaya yang menerangi hati.
Orang-orang Badui Bersaing Membangun Gedung Tinggi
Dalam sebuah hadis yang terkenal tentang Jibril, ‘Umar ibn al-Khaththâb meriwayatkan bahwa Malaikat Jibril mendatangi Nabi saw. dan bertanya kepadanya mengenai makna Islam, Iman, dan Ihsan. Nabi saw. menjawab: "Islam adalah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan berhaji bagi yang mampu melaksanakan perjalanannya. Iman adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, serta takdir yang baik maupun yang buruk. … Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihatnya maka sesungguhnya Dia melihatmu.
Lebih lanjut Jibril bertanya, “Kapan akan datang Hari Kiamat?” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Jibril berkata, “Beri tahu aku tanda-tandanya!”Seribu empat ratus tahun yang lalu, Nabi saw. memberikan gambaran yang sangat jelas dan meyakinkan tentang apa yang beliau lihat terjadi pada masa sekarang. "… dan kalian akan menyaksikan para penggembala badui yang tak beralas kaki, telanjang, dan melarat saling berlomba membangun gedung yang menjulang".
Tidak beralas kaki dan telanjang (hanya menutupi bagian tubuh yang paling pribadi) menunjukkan bahwa para penggembala itu tidak berasal dari negeri yang beriklim dingin, tetapi dari negeri beriklim panas. Menurut para ulama, Nabi saw. tengah menggambarkan masyarakat Arab badui yang berasal dari kawasan-gurun Najd, sebelah timur Hijaz. Wilayah Hijaz (alias Arab bagian barat, di mana Mekah, Madinah, dan Jedah berada) memiliki kota-kota besar dan dulu menjadi pusat kebudayaan Islam (tidak bernuansa badui). Sementara wilayah Najd meliputi kota-kota seperti Riyad, Dahran, Damam, Khobar, dan kawasan Teluk. Sebelum ditemukan minyak bumi, orang-orang Najd tinggal di tenda-tenda. Hingga saat ini, budaya badui di kawasan itu masih kuat, seperti terlihat dari kesenangan penduduknya melakukan rekreasi gurun dan menginap di tenda-tenda. Dan Nabi saw. mengatakan bahwa pada akhir zaman, orang-orang badui Najd yang bertelanjang kaki dan badan akan berkompetisi mendirikan gedung-gedung tinggi.
Selama 1400 tahun setelah hadis ini dikemukakan, belum ada gedung pencakar langit di negeri-negeri gurun. Lalu, pada 24 April 2000, gedung tertinggi di kawasan gurun didirikan, yaitu Faisaliah Building di Riyad dengan tinggi 269 meter (882 kaki). Namun, itu belum memenuhi prediksi Nabi saw. dalam hadis di muka, karena gedung Faisaliah kala itu adalah satu-satunya gedung pencakar langit di kawasan itu, dan belum ada persaingan. Pada tahun 2003, sebuah gedung pencakar langit dibangun di Riyadh, yaitu Kingdom Centre yang direncanakan setinggi 300 meter (984 kaki), lebih tinggi dari gedung apa pun di Najd.
Pembangunan itu mempertegas hadis Nabi di muka, karena kini sudah ada persaingan membangun gedung tinggi di antara penduduk Najd. Apa yang disebutkan Nabi saw. 1400 tahun silam sebagai tanda akhir zaman, kini tampak di depan mata. Keajaiban prediksi tersebut terlihat dari tipisnya kemungkinan terwujudnya prediksi itu. Secara logika, kita mungkin bisa meramalkan bahwa, di masa depan, para penguasa akan membangun gedung-gedung tinggi. Namun, Nabi saw. menjelaskan bahwa masyarakat miskin lagi primitif, penggembala badui yang bertelanjang kaki, tidak hanya akan membangun gedung-gedung tinggi, tetapi juga akan berlomba membangunnya. Orang-orang miskin yang sangat terbelakang itu suatu saat akan menjadi sedemikian kaya sehingga mereka mampu bersaing membangun gedung tinggi. Penglihatan ajaib Nabi saw. menjangkau nasib di masa depan bahwa kekayaan melimpah berkat minyak di wilayah Arab akan memungkinkan orang-orang badui Najd, yang telanjang dan miskin, untuk membuat gedung tinggi.
Tak seorang pun nabi yang pernah menyebutkan apa yang diramalkan Nabi Muhammad saw. 1400 tahun yang lalu. Beliau bahkan memberikan penjelasan akurat dengan rincian spesifik yang tidak sepenuhnya dipahami hingga terwujud pada masa sekarang. Nabi saw. telah menjelaskan apa yang akan terjadi pada akhir zaman sehingga mereka yang menyaksikan peristiwa tersebut bisa menyadari posisinya dalam alur masa. Nabi saw. memperingatkan bahwa ketika orang-orang Arab badui berlomba membangun gedung tinggi di gurun, Hari Pembalasan semakin dekat. Orang-orang Islam tidak bisa lagi menunda-nunda berjuang menuju kesalehan, tetapi mereka harus meningkatkan ibadah dan menjadi teladan moral dengan mengikuti perilaku yang dicontohkan Nabi Suci saw.
Siapa Meniru Suatu Kaum, Dia Termasuk Kelompok Mereka
Seperti yang disebutkan sebelumnya, mengikuti cara berpakaian Nabi saw. atau meneladaninya dalam hal apa pun menjadikan seseorang termasuk ke dalam kelompok beliau dan merupakan sumber rahmat, terutama pada masa sekarang ini. Nabi saw. bersabda: "Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka. Salah satu anjuran hadis tersebut adalah untuk tidak mengikuti cara-cara yang tak-islami.
‘Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Janganlah berpakaian seperti orang-orang yang tidak beriman. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:Hari Kiamat tidak akan datang hingga umatku mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa sebelum mereka, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Nabi ditanya, “Ya Rasulullah, bahkan juga akan mengikuti kebiasaan orang-orang Persia dan Romawi?” Beliau menjawab,“Siapa lagi kalau bukan mereka?”
Di sini Nabi saw. menunjukkan bahwa orang-orang Islam akan meniru kebiasaan orang-orang kafir. Bangsa Romawi berarti negara-negara Barat, sementara bangsa Persia berarti negara-negara Timur. Artinya, orang-orang Islam pada akhir zaman akan mengadopsi kebudayaan dan peradaban nonmuslim, baik dari Timur maupun dari Barat.
Orang-orang Islam dewasa ini meniru semua yang berasal dari orang-orang nonmuslim, entah pakaian, gaya hidup, hiburan, nilai budaya, ataupun ideologi. Mereka menjadikannya sebagai prioritas tertinggi dan tujuan akhir, sambil mengabaikan cara-cara yang diajarkan oleh Alquran dan sunah. Seperti yang dapat dilihat di stasiun-stasiun TV kabel, kebanyakan penyiar ataupun pembawa acara talk show kentara berpenampilan tak-islami yang bisa membangkitkan berahi: meniru gaya orang-orang kafir, menggunakan hiasan wajah yang berlebihan dan mengenakan pakaian yang terbuka. Mereka mengadopsi setiap gaya dan perilaku yang memancing nafsu rendahan, mengabaikan sunah, dan mengikuti budaya orang-orang nonmuslim, yang menjauhkan orang-orang Islam dari Nabi mereka.
Pada satu sisi, hadis, “Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka,” merupakan peringatan terhadap orang-orang Islam agar tidak mengikuti perilaku nonmuslim, dan bersikap waspada agar tidak terjerumus mengikuti mereka. Fenomena ini merupakan salah satu tanda akhir zaman. Dan untuk menekankan bahwa itu pasti terjadi, Imam al-Bukhârî menamai salah satu bab kitabnya dengan ungkapan hadis tersebut.
Nabi saw. bersabda: "Kalian benar-benar akan mengikuti kebiasan orang-orang terdahulu. Artinya, umat Islam akan menjalankan kebiasaan orang-orang nonmuslim 20 atau 30 tahun yang lalu dan mulai menyetujui mereka. Orang-orang Islam dewasa ini, setelah menyaksikan gaya hidup orang-orang nonmuslim yang menggoda, tanpa pikir panjang segera meniru mereka. Masyarakat dari semua bangsa, termasuk masyarakat muslim, kini sudah mengikuti gaya dan jalan hidup masyarakat modern, baik dalam gaya-tak-sopan dalam berpakaian, potongan rambut, musik (rap cabul dan heavy metal), maupun seringnya ke bar, tempat disko, klub malam, teater, dan bioskop film porno. Tak ada agama yang memperkenankan hal-hal itu, termasuk Islam. Kendati demikian, orang-orang Islam dan pemeluk agama lain tetap saja mengikuti gaya hidup yang tak diterima oleh agama tersebut.
Tsawbân meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Hari Kiamat tidak akan datang hingga suku-suku dalam umatku mengikuti orang-orang musyrik dalam segala hal. “Suku-suku” (qabâ’il) dalam hadis tersebut menunjukkan sejumlah besar orang, yang pada masa modern ini sebanding dengan sebuah bangsa atau negara. Di antara tanda akhir zaman adalah bahwa orang-orang Islam akan mengikuti orang-orang kafir dalam semua aspek kehidupan. Apa pun yang mereka perlihatkan atau ucapkan, orang-orang Islam akan mengikutinya karena menyangka bahwa mereka mengikuti peradaban terbaik yang pernah ditawarkan, dan mengabaikan petunjuk Islam.
Peradaban sebuah bangsa diukur dari standar etika dan kemuliaan akhlaknya. Bangsa yang baik ialah bangsa yang menjaga kemuliaan perilaku dan moral. Dan ketika semua ini lenyap, penyimpangan merajalela, maka rusaklah masyarakat. Abû Mâlik al-Anshârî meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Akan muncul dari kalangan umatku, orang-orang yang menghalalkan perzinaan, sutra, minuman memabukkan, dan musik asusila.
Nabi saw. menggambarkan kondisi kebanyakan masyarakat Islam dewasa ini, yang mempertontonkan perilaku tak bermoral dengan melakukan perbuatan yang terlarang.
Yang disebutkan pertama adalah orang-orang di kalangan umat Islam yang membolehkan perzinaan dan pelacuran. Contohnya adalah fenomena sejumlah gerakan orang-orang Islam yang mengklaim bahwa mereka berada dalam kondisi perang dengan orang-orang nonmuslim. Dengan menggunakan landasan keliru tersebut, mereka memutarbalikkan hukum Islam agar sesuai dengan kemauan mereka, dengan menyatakan bahwa mereka diperbolehkan berhubungan seksual dengan nonmuslim.
Di samping itu ada juga pemimpin-pemimpin Islam dan sebuah negara muslim yang membenarkan pernikahan kontrak atau temporer (mut‘ah). Belakangan ini, di sebuah majalah berbahasa Arab terdapat sebuah fatwa seorang mufti dari suatu negara muslim besar yang menyatakan bahwa nikah kontrak dibenarkan oleh syariat. Kecenderungan menghalalkan hubungan yang diharamkan adalah bukti dari pernyataan Nabi saw. bahwa mereka akan menghalalkan perzinaan. Laki-laki dan perempuan bebas berbaur dan melakukan hubungan di luar nikah kini menjadi standar norma yang diterima oleh lapisan tertentu dalam masyarakat Islam. Menonton film yang memperlihatkan orang-orang telanjang juga sudah menjadi pemandangan umum. Pelacuran terjadi di berbagai tempat di negara Islam. Semua ini merupakan contoh bagaimana orang-orang Islam menganggap perzinaan sebagai hal yang wajar dan alami.
Hadis tersebut juga menyinggung tentang laki-laki yang memakai sutra, yang dalam ajaran Islam hanya diperkenankan untuk perempuan. Laki-laki muslim di berbagai negara kini sudah mengenakan pakaian sutra tanpa segan-segan, seolah itu tidaklah dilarang. Banyak orang Islam juga telah mengonsumsi minuman memabukkan, seperti alkohol atau narkoba. Dalam hadis lain, Nabi saw. menyebutkan ghinâ al-fâhisy—lagu cabul. Musik yang membangkitkan syahwat sudah menjadi fenomena umum, bahkan di negeri Muslim sekalipun. Di tempat-tempat disko dan klub malam yang modern, kita menyaksikan sejumlah besar orang Islam mengenakan pakaian sutra, menikmati musik porno, dan mengonsumsi alkohol serta obat-obatan terlarang. Laki-laki dan perempuan yang sedang mabuk itu mengenakan pakaian yang menggoda dan berbaur dengan bebas, sehingga mudah mengundang perzinaan. Tanpa pikir panjang, orang-orang Islam hanyut dalam gaya hidup semacam itu dan mengabaikan aturan-aturan agama.
Mereka bahkan mencoba mengubah pemahaman agama untuk mencari pembenaran terhadap nafsu murahan mereka. Penyimpangan-penyimpangan semacam itu bisa dilihat hatta di tempat-tempat pertemuan dan konferensi keagamaan. Perilaku di kalangan umat Islam ini merupakan kejadian yang telah diramalkan oleh Nabi saw. empat belas abad yang lalu, dan merupakan salah satu tanda paling nyata yang menunjukkan bahwa akhir zaman sudah di depan mata.
Ulama Digantikan oleh Pemimpin yang Bodoh
Hadis berikut ini menyebutkan bahwa selama masa-masa terakhir dunia, urusan masyarakat muslim akan jatuh ketangan orang-orang yang benar-benar bodoh dan tidak mempunyai pemahaman tentang agama Islam. ‘Abd Allâh ibn ‘Amr ibn al-‘Âsh meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Allah tidak akan mencabut pengetahuan dari hati para ulama, tetapi Dia akan mewafatkan mereka (mereka meninggal). Tidak ada lagi ulama yang menggantikan tempat mereka, sehingga orang akan mempercayakan urusannya kepada pemimpin yang sangat bodoh. Mereka akan menghadapi berbagai persoalan, dan akan memberikan fatwa tanpa pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan".
Ramalan tersebut telah terbukti, karena orang-orang Islam dewasa ini telah mengangkat pemimpin yang hanya tahu kulit luar Islam, tetapi tidak mengerti praktik dan inti Islam. Misalnya, sering kali seorang pengusaha, dokter, atau insinyur diangkat menjadi imam masjid. Para profesional itu tidak mempunyai latar belakang pendidikan Islam tradisional. Mereka tidak mempelajari syariat, Alquran, atau hadis. Mereka tidak tahu bagaimana mengambil keputusan hukum atau bagaimana menjelaskan tema-tema tertentu dalam Islam. Jadi, sementara bekerja sepenuh waktu dalam profesinya masing-masing, mereka meletakkan tugas kepemimpinannya terhadap masyarakat muslim pada urutan kedua, persis seperti kerja sampingan atau hobi. Mereka memang dapat bertindak sebagai imam atau memimpin salat jika tidak ada orang lain yang lebih representatif untuk melaksanakan tugas tersebut. Namun, ketika orang-orang tersebut mengklaim sebagai wâ‘izh (ulama, penceramah, atau pemberi nasihat), mereka berarti telah melampaui batas kewenangannya, dan dapat membawa kerusakan serius pada masyarakat muslim.
Pemimpin masyarakat muslim semacam itu akan mengubah masjid menjadi arena untuk memperebutkan dominasi sosial, bukan sebagai tempat untuk meningkatkan kehidupan keagamaan dan spiritual. Hal semacam itu juga telah diramalkan oleh Nabi saw. Anas meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, "Sungguh, salah satu tanda akhir zaman adalah ketika orang menyombongkan diri di masjid".
Para pemimpin yang sok berkuasa itu sebenarnya tidak memiliki kualifikasi untuk memberikan keputusan tentang persoalan keislaman secara umum, dan secara khusus mereka tidak dibekali dengan pengalaman dan pengetahuan untuk menghadapi persoalan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat muslim pada masa modern ini. Karena dibesarkan dalam lingkungan pendidikan sekuler dan sama sekali buta tentang ilmu-ilmu keislaman, mereka akan menyusupkan pandangan mereka sendiri atau bisikan ego mereka, dan mengeluarkan keputusan yang merugikan masyarakat muslim secara keseluruhan. Seribu empat ratus tahun yang lalu, Nabi saw. menggambarkan para pemimpin bodoh itu yang akan diminta pendapatnya tentang sesuatu dan akan memberikan keputusan yang keliru, “Mereka sesat dan menyesatkan.” Ketika pintu kesesatan telah terbuka, setan akan menyelinap, dan yang muncul berikutnya adalah kerusakan bagi masyarakat muslim secara keseluruhan.
Adalah penting untuk menyadari bahwa seseorang tidak akan mampu mengeluarkan aturan jika tidak memiliki kualifikasi yang diperlukan, sehingga tidak seorangpun dapat mengeluarkan keputusan tanpa kualifikasi tersebut. Karena peraturan yang dikeluarkan memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat, maka orang yang mengeluarkan peraturan tersebut harus memiliki karakter moral yang unggul, dan yang paling penting adalah bahwa mereka harus benar-benar memenuhi kualifikasi. "Katakanlah, “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal.” Katakanlah, “Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu tentang ini, atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah.” (QS.10:59)
Ayat ini menekankan bahwa tak seorangpun yang berhak memberikan keputusan bahwa sesuatu adalah salah atau benar, kecuali jika dia memiliki bukti-bukti yang lengkap dari berbagai sumber informasi yang ditemukan, dari diskusi mendalam dengan orang-orang yang memahami persoalan tersebut, dan dengan menelusuri semua bukti yang terkait. Jika tidak, maka orang tersebut hendaknya tutup mulut. Jika ia tetap mengeluarkan keputusan, maka itu merupakan kebohongan terhadap Allah dan penentangan terhadap agama.
Al-Syâfi‘î berkata: "Seseorang tidak diperkenankan memberi fatwa kecuali dia mengetahui Alquran secara lengkap, termasuk ayat-ayat yang telah dihapus, dan ayat-ayat yang menghapusnya, dan ayat yang mirip satu sama lain, dan apakah surah itu diturunkan di Mekah atau di Madinah. Dia harus mengetahui seluruh koleksi hadis Nabi, baik yang otentik maupun yang palsu. Dia harus memahami bahasa Arab pada masa Nabi beserta gramatika dan keistimewaannya, serta mengetahui puisi-puisi Arab. Di samping itu dia harus mengetahui kebudayaan berbagai masyarakat yang tinggal di berbagai tempat. Jika seseorang memiliki seluruh pengetahuan itu dalam dirinya, ia boleh berpendapat bahwa ini halal dan itu haram. Jika tidak, maka ia tidak punya hak untuk mengeluarkan fatwa.
Diriwayatkan dari salah satu fakih terbesar, ‘Abd al-Rahmân ibn Abî Layla, “Saya pernah bertemu dengan seratus dua puluh sahabat Nabi. Masing-masing aku tanyai satu persoalan syariat, tetapi mereka menolak memberikan keputusan, dan malah menunjuk kepada sahabat lain yang bisa memberikan jawabannya. Mereka takut memberikan jawaban sekiranya jawaban tersebut meleset dan mereka akan dimintai pertanggung jawabannya di sisi Allah.”
Hal itu menunjukkan bahwa kita mungkin memiliki pengetahuan yang mendalam tentang Islam, seperti halnya para sahabat, namun kita tetap harus merasa tidak berwenang memberikan keputusan. Imâm al-Nawawî meriwayatkan bahwa Imâm al-Syu‘bî dan al-Hasan al-Bashrî serta tokoh-tokoh tabiin lainnya berkata: Orang-orang zaman sekarang terlalu cepat mengeluar kan aturan yang didasarkan pada analisis mereka sendiri tentang sebuah persoalan. Jika hendak mencari jawaban terhadap persoalan serupa pada masa ‘Umar ibn al-Khaththâb, ia akan mengumpulkan seluruh sahabat yang ikut dalam Perang Badar [yaitu sekitar 313 sahabat] untuk menemukan jawabannya.
Sayangnya, para pemimpin Islam dewasa ini, alih-alih menggunakan masjid sebagai tempat untuk menunjukkan kebaikan dan keselamatan jiwa manusia setelah Hari Kiamat kelak, mereka justru menggunakan masjid untuk membicarakan masalah duniawi, seperti politik, penghimpunan dana, atau ajakan kepada mengejar kehidupan dunia. Ini juga telah diprediksi dalam hadis lain yang menyebutkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Pada akhir zaman orang-orang akan datang ke masjid dan duduk membentuk lingkaran untuk mendiskusikan persoalan dunia dan kenikmatannya. Janganlah duduk bersama mereka. Allah tidak membutuhkan mereka."
Ketika ditanya tentang maksud hadis itu, Ibn Mas‘ûd menjawab bahwa para pemimpin yang bodoh akan berasal dari kelompok ashâghir (mereka yang tidak memiliki latar belakang pendidikan Islam; secara harfiah berarti “junior”) dan bukan dari kelompok akâbir (ulama yang mencurahkan hidup mereka untuk mempelajari Islam; secara harfiah berarti “senior”). Akâbir adalah para intelektual besar, yang terdidik dan terpelajar, sementara ashâghir adalah orang-orang yang buta huruf dan tidak terdidik yang hampir-hampir tidak tahu tentang Islam. Nabi saw. mengatakan bahwa tanda akhir zaman adalah ketika sudah tidak ada lagi ilmu dan ketika ilmu bersumber dari kelompok ashâghir. Kini para pemimpin kita tidak terpelajar soal Islam, sehingga dalam istilah keagamaan mereka disebut “junior” meski usia mereka telah lanjut.
Lebih parah lagi, ada banyak anak muda dalam kelompok-kelompok internet Islam yang mengeluarkan keputusan tentang berbagai persoalan. Di internet, seorang anak laki-laki berusia 18 tahun bertindak bagai seorang ulama besar yang mengeluarkan aturan, dan mengatakan kepada saudara-saudara mereka seagama, “Anda salah! Anda termasuk orang kafir!” Orang-orang mengajukan pertanyaan besar, dan semua orang mengetik jawabannya sambil mengemukakan pendapat pribadi mereka yang tidak didasari tradisi keilmuan. Orang-orang membaca dan kemudian mengikuti apa yang ditulis oleh anak-anak muda itu. Seperti yang dikatakan Nabi, “Mereka sesat dan menyesatkan?”
Dominannya Pena
Allah menyebutkan pena dalam Alquran. Pena merupakan alat untuk memelihara dan menyampaikan pengetahuan, yakni pendidikan. Zhuhûr al-qalam dalam hadis terdahulu berarti tersebarnya ilmu dan pendidikan. Dalam surah al-Kahf kita diberi tahu bahwa andai samudera menjadi tinta dan pepohonan menjadi pena, maka kalimat Allah tidak akan pernah habis ditulis, sehingga pengetahuan tak akan kunjung berujung. "Katakanlah, “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat - kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” (QS. 18:109)
Dengan hebat Nabi saw. menunjukkan bahwa pendidikan dan sarananya (pena) akan tersebar luas pada akhir zaman. Sepanjang sejarah Islam, pena telah menjadi mekanisme yang merekam dan memelihara pengetahuan dalam berbagai manuskrip. Karena pena sudah dikenal baik pada masa Nabi saw., hadis tersebut tidak menyebutkan bahwa pena akan muncul, tetapi menyebutkan bahwa penggunaan pena dan aktivitas tulis-menulis akan mendominasi kehidupan. Nabi saw. berusaha menarik perhatian kita bukan pada pena itu sendiri, tetapi pada meningkatnya aktivitas tulis-menulis, dan meningkatnya upaya pemeliharaan pengetahuan yang akan terjadi pada akhir zaman. Dewasa ini kita tidak mungkin menggunakan pena atau kertas biasa untuk mencatat dan mengakses jutaan buku dan materi pengetahuan dan informasi.
Maka dalam hadis ini, terdapat isyarat dari Nabi saw. bahwa akan muncul suatu alat yang dapat mempermudah manusia untuk menyimpan dan merangkum sejumlah besar pengetahuan dan informasi serta mengaksesnya dengan mudah dan cepat. Inilah yang kita saksikan pada teknologi komputer yang luar biasa. Zhuhûr al-qalam (dominannya pena, pendidikan atau teknologi) berarti bahwa akan datang suatu masa ketika jutaan informasi akan dicatat dan dapat diakses dengan mudah. Kita dapat memindahkan informasi itu (download) dengan cepat. Kita dapat menelusuri pusat data (database) yang sangat banyak untuk mencari sebuah kata, dan kemudian komputer akan menampilkan informasi yang memuat kata tersebut. Misalnya, kita dapat menemukan semua ayat dalam Alquran, hadis, atau buku-buku keislaman yang memuat kata ‘ilm (pengetahuan) dalam sekejap. Penyelidikan tingkat tinggi telah disederhanakan sedemikian rupa sehingga dewasa ini seorang anak kecil sekalipun dapat menggunakan komputer untuk mengakses timbunan pengetahuan yang begitu luas. Zhuhûr al-qalam berarti bahwa jalan dan sarana pengetahuan dan pendidikan akan semakin mudah dan mendunia. Internet dan komputer merupakan perwujudan dari proses tersebut dan sistem komunikasi satelit merupakan perangkat yang memungkinkan kemunculan fenomena global itu.
Inilah yang disinggung oleh Nabi saw. 1400 tahun yang lalu. Komputer merupakan manifestasi pena, dan melalui penggunaan satelit dan internet, pengetahuan dan informasi tersebar ke seluruh penjuru dunia, berikut seluruh dampak baik dan buruknya.
Rahasia Dibeberkan
Dalam hadis berikut, Nabi saw. memprediksi bahwa pada akhir zaman, hewan liar akan berbicara kepada manusia. Itulah makna harfiah dari sabda beliau. Dalam buku-buku keislaman, manusia terkadang disebut atau digolongkan sebagai hayawân al-nâthiq, hewan yang mampu bercakap-cakap. Manusia adalah makhluk yang dapat berbicara, dan “hewan liar” dalam hadis ini dapat ditafsirkan sebagai orang asing atau orang yang tak dikenal.
Abû Sa‘îd meriwayatkan sebuah hadis yang cukup panjang, di mana dalam salah satu bagiannya Nabi saw. bersabda: "Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, Hari Kiamat tidak akan datang hingga hewan liar berbicara kepada orang-orang, dan seseorang berbincang dengan ujung talinya dan tali sandalnya, dan bagian pahanya akan mengatakan kepadanya apa yang akan terjadi pada keluarganya setelah ia meninggal.
Hadis ini mengandung arti bahwa manusia pada akhir zaman akan berbicara tentang seseorang yang tidak mereka kenal. Mereka akan berbicara tentang seseorang yang hanya mereka dengar dari pemberitaan, dan bergosip tentang orang tersebut, keluarganya, dan apa yang ia lakukan atau tidak ia lakukan. Dewasa ini telah bermunculan sejenis industri yang sepenuhnya bekerja untuk memberitakan aktivitas para aktor dan orang-orang terkenal lainnya. Jutaan orang membeli majalah dan koran semacam itu, atau menonton program televisi yang sengaja dikemas untuk memberitakan pernyataan dan perilaku para selebriti.
Segala hal yang dilakukan oleh mereka menjadi berita dan dibicarakan oleh jutaan orang yang tidak pernah berjumpa dengan mereka secara langsung. Fenomena ini merupakan contoh yang sangat ekstrem dari orang asing yang membicarakan orang lain yang tidak mereka kenal.
Hadis ini juga merupakan petunjuk bahwa fitnah akan tersebar luas pada akhir zaman.
“Manusia akan berbincang dengan ujung talinya,” menunjukkan bahwa orang akan berbicara melalui sebuah kawat seperti berbicara dengan telepon. Para mahasiswa fisika bereksperimen dengan menggoyangkan kawat untuk mengetahui bentuk gelombang yang dihasilkannya. Ketika mereka mengetarkan sebuah kawat, itu akan menghasilkan sebuah gelombang di sepanjang kawat tersebut. Nabi saw. menunjukkan bahwa dari gelombang kawat itu manusia pada akhir zaman akan menemukan sebuah teknologi gelombang yang bisa digunakan untuk bercakap-cakap. Transmisi suara yang memanfaatkan panjang gelombang ini meliputi semua jenis komunikasi, termasuk radio, televisi, atau satelit. Telepon genggam di dalam saku celana seseorang dekat “bagian pahanya akan mengatakan kepadanya apa yang akan terjadi pada keluarganya setelah ia meninggal.”
Di Timur Tengah dan di tempat lain, ada pepatah yang mengatakan, “Dinding punya telinga.” Maksudnya, apa pun yang dikatakan dan dilakukan oleh seseorang akan diketahui orang lain. Dalam hadis ini, Nabi saw. mengatakan bahwa akan datang suatu masa di mana segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang akan diwartakan secara luas. Bahkan, ketika seseorang berbincang dengan ujung talinya,” atau sepatunya, orang yang tidak dikenal dan tidak pernah ditemui akan mengetahuinya. Telekomunikasi dipantau dengan komputer dan manusia, dan setiap telepon genggam dapat menunjukkan lokasi pemakainya. Telepon selular seseorang memancarkan informasi dan sinyal, atau “mengungkap identitas dirinya” kepada seorang penyadap yang tidak dikenal ketika ia sedang menghubungi keluarganya.
Sepatu dalam hadis ini mewakili perangkat yang dibutuhkan untuk berjalan, berpindah, dan bepergian. Kendaraan modern yang dilengkapi dengan teknologi GPS (global positioning satellite) mampu dilacak dengan sebuah tombol. Lokasi pesawat yang terbang tinggi di atas awan dapat dideteksi oleh para pemantau lalu lintas udara yang tidak mereka kenal. Aktivitas seseorang di jalanan sering kali terekam oleh kamera pengawas, baik yang terpasang di bumi ataupun pada satelit yang tinggi di atas langit. Hadis ini juga merupakan peringatan kepada semua orang Islam yang hidup di akhir zaman agar selalu bersikap baik dan menunjukkan kesalehan karena segala sesuatu yang ia lakukan kini bisa diamati oleh orang-orang yang tidak ia kenal, dan segalanya bisa dibeberkan secara luas.
Enam Peristiwa
Nabi saw. menyebutkan enam tanda besar yang akan mendahului Hari Kiamat.‘Awf ibn Mâlik meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: "Cermatilah enam peristiwa sebelum datangnya Kiamat: kematianku; pembebasan Bayt al-Maqdis; kematian massal, seperti wabah domba; uang melimpah sedemikian rupa sehingga bila seseorang memberikan seratus dinar kepada orang miskin, ia akan menyepelekannya; kebingungan yang akan merasuki semua rumah orang Arab; terjadinya gencatan senjata antara kalian dengan orang-orang nonmuslim, karena mereka akan jauh mengungguli kekuatan kalian, dan mereka akan mendatangi kalian dengan 80 kelompok (pasukan atau alasan) yang berbeda, yang masing-masing kelompok terdiri dari 12.000 (prajurit atau alasan).
Salah satu tanda akhir zaman yang pertama disebutkan dalam hadis tersebut adalah wafatnya Nabi saw. Lalu, pembebasan Bayt al-Maqdis pada masa memerintahan Umar ibn al-Khaththâb. Nabi saw. kemudian menyebutkan bahwa akan terjadi kematian massal seperti wabah penyakit menular, qu‘âsh al-ghanam. Qu‘âsh adalah sejenis penyakit yang menjangkiti domba, kambing, atau binatang pemamah biak lainnya. Ibn Hajar menjelaskan bahwa wabah tersebut merupakan sejenis penyakit yang masuk melalui pernapasan dan menimbulkan kotoran yang keluar dari hidung dan mulut. Air liur dan lendir terus menetes, dan jika binatang itu tidak disembelih, ia akan mati dengan sangat menyedihkan. Kita telah menyaksikan fenomena tersebut di Eropa, berupa mewabahnya penyakit kaki dan mulut. Menurut laporan BBC, hingga Oktober 2001, lebih dari 3,9 juta hewan ternak terpaksa disembelih. Secara mengagumkan kejadian-kejadian yang berlangsung dewasa ini telah diprediksi secara akurat oleh Nabi saw. 1400 tahun yang lalu.
Hadis ini menjelaskan bahwa pada hari-hari terakhir dunia, sejumlah besar manusia juga akan meninggal dengan cara seperti itu, yaitu dengan penyebaran bahan-bahan berbahaya ke dalam sistem pernapasan. Penyakit influenza menular dengan cara itu dan menghasilkan gejala serupa. Gejala ini merupakan wabah influenza tahunan dan wabah musiman di mana spesies virus tertentu melanda seluruh dunia dan membunuh jutaan manusia. Mengingat begitu cepatnya orang bisa bepergian melintasi bola dunia, maka wabah influenza musiman ini bisa menyebar secepat kilat dengan meminta jutaan korban. Wabah SARS merupakan salah satu contoh jenis penyakit seperti itu. Pada bulan April 2003, Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa hampir 3000 orang diduga mengalami kasus SARS di seluruh dunia, dan empat persen di antaranya meninggal dunia. Pada saat buku ini dipublikasikan, ketua bidang penyakit menular WHO mengatakan bahwa ia khawatir bila virus SARS dibawa oleh orang yang tidak menunjukkan gejala terjangkiti virus tersebut.
Senjata kimia dan biologi modern juga memanfaatkan penularan virus beracun melalui udara, yang menyebabkan keluarnya cairan yang berlebihan dari hidung dan mulut, yang berakhir dengan kematian. Hal yang sama juga bisa terjadi akibat asap beracun dari suatu ledakan nuklir. Kemungkinan kematian massal akibat penyakit menular dan senjata pemusnah massal tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Inilah salah satu tanda Hari Kiamat yang disebutkan oleh Nabi saw. 1400 tahun sebelumnya, dan kemungkinan terjadinya semakin meningkat dari hari ke hari.
Hadis di muka menyebutkan bahwa uang akan membanjiri dunia, istifâdat al-mâl. Kini, kegiatan ekonomi telah mendunia, dengan sejumlah besar uang yang berpindah tangan secara cepat, dan aktivitas perdagangan meningkat dalam skala yang sulit dipercaya. Perusahaan-perusahaan raksasa bergabung dan melibas habis perusahan-perusahaan kecil. Nabi saw. mengatakan bahwa di seluruh dunia akan terjadi peningkatan perdagangan dan inflasi, sampai-sampai seorang pengemis akan memandang remeh uang sebesar 100 dinar (sekitar 10 dolar) karena jumlah itu tak akan cukup untuk membeli apa-apa. Istifâdat al-mâl juga berarti bahwa pada masa turunnya Imam Mahdi, kekayaan begitu berlimpah sehingga uang seratus dinar tidak ada nilainya. Selanjutnya hadis itu menyebutkan bahwa Nabi saw. Bersabda, kebingungan akan melanda setiap rumah orang Arab,” yang mewakili seluruh Dunia Islam.
Para politisi di Dunia Islam menindas dan membuat bingung rakyat sehingga mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat. Di samping itu, ada juga kebingungan akibat ideologi dan sekte (mazhab) baru dalam Islam yang muncul pada awal abad ke-20. Kebingungan tersebut dapat dijumpai di setiap rumah di Dunia Islam, dan hal itu menimbulkan perselisihan antara anak dan orang tua, adik dan kakak, ayah dan ibu, suami dan istri. Ideologi tersebut mendorong orang untuk menentang ajaran-ajaran Islam tradisional. Pada masa kita sekarang, orang-orang berbicara tentang pertarungan antar peradaban, dan itulah yang dikatakan Nabi saw. dalam akhir hadis di atas. Pertarungan ini berpuncak pada gencatan senjata antara kaum muslim dan sekelompok nonmuslim. Kekuatan mereka begitu besar, dengan 80 dalih berbeda dan 12.000 trik pada masing-masing dalih, sehingga orang-orang Islam akan dipaksa meletakkan senjata. Kita bisa menyaksikan dengan jelas bukti kebingungan tersebut dan gencatan senjata yang mengikutinya.
Tsawbân meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, "Orang-orang akan menyeru satu sama lain untuk menyerangmu seperti orang yang mengundang orang lain untuk makan bersama. Seseorang bertanya, “Apakah karena jumlah kita sedikit pada waktu itu?” Beliau menjawab, “Tidak. Jumlah kalian justru sangat banyak pada saat itu, tetapi kalian laksana buih yang terombang-ambing gelombang.”
Saat Kiamat, Peristiwa-peristiwa Terakhir
Pada bagian sebelumnya, kita telah mendiskusikan tanda-tanda akhir zaman seperti yang digambarkan oleh Nabi Muhammad saw. beserta perwujudannya pada masa sekarang. Nabi saw. memang memberi tahu kita tanda-tanda akhir zaman, tetapi kapan tepatnya Hari Pembalasan terjadi hanya Allah yang tahu. Tanda-tanda itu menjadi isyarat bahwa Hari Pembalasan, ketika Allah akan mengadili semua manusia, telah dekat.
Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat, “Bilakah terjadinya?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu pada sisi Tuhanku. Tak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat huru-haranya bagi makhluk yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu pada sisi Allah, tetapi kebanya kan manusia tidak mengetahui.” (QS. 7:187)
Orang-orang kafir bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapankah terjadinya?” Siapakah kamu sehingga dapat menyebut waktunya? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya. Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (Kiamat).
Pada hari mereka melihatnya, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan di waktu sore atau pagi hari. (QS. 79:42–46)
Bahkan, jika seseorang bisa hidup selama seratus tahun, masa hidupnya itu terasa bagai mimpi ketika Hari Kiamat tiba. Beberapa orang menyangka bahwa Hari Penghitungan tak akan terjadi, dan bahwa dunia akan terus berjalan jutaan tahun ke depan. Namun, ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Hari Kiamat akan tiba dengan tiba-tiba, yang waktunya hanya diketahui Allah. Berbaga tanda awal (al-‘alâmât al-sughrâ) yang dijelaskan Nabi saw. telah terjadi, sehingga semua orang Islam, dan sebenarnya juga semua manusia, harus memerhatikannya.
Kita tak boleh beranggapan bahwa Hari Kiamat masih sangat jauh, karena Nabi saw. pernah bersabda: Aku diutus menjelang kemunculan Hari Kiamat yang jaraknya seumpama dua jari ini (dan beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya). Memang benar bahwa, dalam setiap salat, orang-orang Islam selalu membaca surah al-Fâtihah, yang menyebutkan bahwa Allah adalah “Yang Menguasai Hari Pembalasan”. Namun, dalam kesehariannya orang-orang Islam bersikap seolah-olah Hari Kiamat tak akan terjadi.Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling darinya. (QS. 21:1)
Nabi saw. bersabda bahwa Islam lambat laun akan menghilang. Pada akhir zaman, manusia tidak lagi mengetahui bagaimana melaksanakan salat, puasa, atau zakat. Hudzayfah ibn al-Yamân meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:"Islam akan menjadi lapuk seperti baju yang lapuk, hingga tak ada lagi orang yang mengetahui bagaimana melaksanakan puasa, salat, haji, dan zakat. Alquran akan hilang dalam satu malam, dan tak akan tersisa satu pun ayat Alquran di muka bumi. Beberapa kelompok generasi tua masih ada dan akan berkata,“Dulu kami mendengar orang-orang tua kami mengucapkan,‘Lâ ilâha illâ Allâh,’ lalu kami juga mengikutinya.”
Shilah bertanya kepada Hudzayfah, “Apa makna lâ ilâha illâ Allâh bagi mereka jika mereka tak tahu arti salat, puasa, haji, dan zakat?” Hudzayfah tidak menanggapinya, lalu Shilah mengulangi pertanyaan itu tiga kali, dan selalu tak ditanggapinya. Akhirnya ia menjawab, Wahai Shilah, kalimat itu akan melindungi mereka dari neraka,” dan ia mengatakannya tiga kali. Nabi saw. bersabda:Hari Kiamat tidak akan mendatangi seseorang yang mengucapkan, Allah, Allah.” Artinya, Hari Kiamat hanya akan terjadi jika tidak ada orang yang menyebut nama Tuhan, yaitu ketika dunia hanya dihuni oleh orang-orang kafir. Dan ingatlah hari ketika ditiup Sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (QS. 27:87)
Ketika Allah memerintahkan Malaikat Isrâfîl untuk meniup Sangkakala, semua yang ada di dunia akan lenyap. Bahkan, para penghuni langit sekalipun sepenuhnya akan musnah, kecuali mereka yang Allah kehendaki. Ketika Malaikat Isrâfîl meniup Sangkakalanya pada kali yang pertama, seluruh dunia akan hancur total. Isi bumi akan berguncang dan berantakan menjadi abu dan tiada yang tersisa kecuali yang dikehendaki Allah.
Allah akan memerintahkan Isrâfîl untuk meniupkan kembali Sangkakalanya. Tiupan kali ini tidak merusakkan segala sesuatu, namun justru membangkitkan semua makhluk. Allah akan menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya bahwa dengan Sangkakala yang sama Dia dapat mematikan maupun menghidupkan manusia.
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. Dan ditiuplah Sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup Sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing. Dan terang-benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya keadilan Tuhannya; dan diberikanlah buku perhitungan perbuatan masing-masing, dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi, dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. (QS. 39:67–69)
Peristiwa Hari Kiamat, Tulang Sulbi Tersisa dan Kebangkitan Kembali
Nabi saw. memberi petunjuk tentang bagaimana manusia akan diciptakan kembali pada Hari Berbangkit, dan hal itu telah dipertegas kebenarannya lewat kemajuan teknologi modern.Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda,“Di antara dua tiupan Sangkakala akan ada empatpuluh.” Orang-orang bertanya, “Ya Abû Hurayrah, apakah maksudnya empat puluh hari?” Ia tidak menjawabnya. Mereka bertanya lagi, “Apakah empat puluh tahun?” Ia tetap tidak menjawab, tetapi kemudian menambahkan, “Semua bagian tubuh manusia akan membusuk, kecuali tulang sulbi, dan dari tulang itulah Allah akan mengutuhkan kembali jasad manusia.
Abû Hurayrah juga meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:"Tanah akan menghancurkan semua bagian tubuh manusia kecuali tulang sulbi. Manusia diciptakan darinya, dan darinya ia akan kembali dibangkitkan. Empat belas abad yang lalu, Nabi saw. mengatakan bahwa setelah manusia meninggal dunia, seluruh bagian tubuhnya akan hancur menjadi tanah, kecuali tulang sulbi. Pada masa lalu, para ulama tidak dapat memahami petunjuk hadis itu, karena ketika mereka membongkar kuburan, mereka tidak menemukan tulang sulbi manusia karena semuanya telah hancur. Para ilmuwan akhirnya mampu mengungkap rahasia di balik hadis Nabi di atas dengan menggunakan teknik analisis DNA yang canggih. Para ilmuwan mengambil sampel bagian tulang sulbi, dan menindihnya dengan alat yang menghasilkan tekanan yang paling keras. Mereka mencoba menghancurkan sampel itu di bawah tekanan tinggi, mendidihkannya, dan bahkan membakarnya, tetapi apa pun yang mereka lakukan terhadap sampel itu, DNA yang terkandung dalam tulang sulbi itu tidak bisa dihancurkan.
Dalam berbagai kondisi ketika semua sel dan tulang lain dapat musnah, potongan tulang sulbi tetap utuh sehingga DNA manusia tetap terpelihara. Setiap sel dalam tubuh manusia mengandung cetak biru genetis seluruh organ tubuhnya, dan jasad renik DNA tulang sulbi yang luar biasa kecil itu memuat data yang cukup untuk menciptakan kembali jasad utuh manusia. Informasi semacam itu, yang dianugerahkan Allah kepada Nabi saw. berabad-abad yang lalu, menunjukkan keagungan Allah, dan kekerdilan manusia, serta menjadi bukti yang sangat kuat bagi orang-orang beriman bahwa masa hidup mereka lebih baik dihabis kan untuk mengejar keuntungan di akhirat.
Tulang Sulbi dan Embriologi
Hadis sebelumnya menyebutkan bahwa manusia “dibangun” dari tulang sulbi. “Manusia diciptakan darinya, dan darinya ia akan kembali dibangkitkan.” Penelitian terhadap tulang sulbi dari sudut temuan embriologi modern sungguh sangat menarik. Kira-kira setelah berusia dua minggu, embrio yang sedang berkembang melepaskan diri dari plasenta hingga tidak ada lagi kontak antara keduanya kecuali melalui tangkai penghubung di tulang ekor embrio yang paling ujung, yang kelak ditempati tulang sulbi. Tangkai itu merupakan cikal bakal tali pusar, yang akan menghubungkan embrio yang sedang berkembang itu dengan makanan yang disuplai oleh plasenta. Bukan makanan saja yang masuk ke embrio melalui ujung ekornya, tetapi pembentukan embrio juga berkembang dari tempat-awal tulang sulbi itu.
Arah dan perkembangan embrio selanjutnya dimulai ketika sebuah jalur yang disebut “lintasan sederhana” (primitive streak) terbentuk di tulang ekor (tulang sulbi) embrio dan bergerak menuju ujung tengkorak (kepala). Perkembangan berlanjut dari titik ini, dan tahap terakhir penutupan pembuluh syaraf juga terjadi di tulang ekor–wilayah tulang sulbi–yang juga merupakan tempat awal perkembangannya. Seribu empat ratus tahun yang lalu, Nabi saw. telah menggambarkan tulang sulbi dan pertumbuhan manusia, dengan mengatakan bahwa manusia “diciptakan darinya, dan darinya ia akan kembali dibangkitkan.” Wahai manusia, penemuan semacam itu sudah cukup untuk mengakui keagungan-Nya, Yang kehebatan-Nya tak terbatas, Yang kebesaran-Nya atas seluruh ciptaan-Nya tak tertandingi. Itu cukup sebagai penegasan bahwa kita selalu membutuhkan ampunan, cinta, dan kasih sayang-Nya.
Tulang Sulbi dan Kebangkitan Kembali
Dengan tiupan pertama sangkakala, Allah menghancurkan seluruh semesta, dan dengan tiupan kedua, manusia dan ciptaan yang lain akan dibangkitkan. Allah akan menurunkan hujan selama 40 hari sehingga ketinggian air mencapai 70 hasta. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Allah akan menurunkan hujan yang membangkitkan manusia seperti keluarnya tanaman. Setiap bagian tubuh manusia akan hancur kecuali tulang sulbi. Dengan sisa tulang sulbi itu, Allah akan menyusun kembali jasad utuh manusia.” Tiap tetes air hujan akan mengandung sperma yang akan bersatu dengan “telur” tiap manusia–yang berupa sisa tulang sulbi–untuk kembali membentuk tubuhnya.
Allah berfirman: "Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 41:39)
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya. (QS. 99:1–2) Seperti halnya ayakan yang digerak-gerakkan untuk memisahkan berbagai partikel berukuran berbeda, bumi juga akan bergoyang dan mengeluarkan sisa-sisa sulbi manusia. Allah akan mengeluarkan semua sisa-sisa DNA itu dengan mengayak bumi sehingga setiap sel DNA akan bertemu dengan tetesan air yang menjadi pasangannya. Allah akan membentuk ulang bumi dan menghidupkan kembali semua orang, laki-laki, perempuan, atau anak-anak seperti sedia kala.
Syafaat
Pada Hari Pembalasan tidak ada lagi hubungan keluarga;tak ada saudara, tak ada ibu, tak ada ayah. Setiap orang akan melepaskan diri dari yang lain dan berusaha menyelamatkan diri sendiri. Setiap orang akan berseru, “Bagaimana aku, bagaimana aku! Ya Allah, ampunilah aku! Rahmatilah aku!” Pada hari itu, mereka yang beramal saleh selama hidup di dunia sekalipun akan menyadari bahwa amal mereka tidak ada artinya dibandingkan kenikmatan dan rahmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka selama di dunia. Dengan menyadari hal itu muncullah perasaan cemas bahwa semua amal mereka akan sangat ringan dalam timbangan Allah (al-mîzân) yang akan menerapkan keadilan yang sempurna, al-‘adl. Pada saat itu, tak seorang pun akan aman dari rasa tertekan di Hari Pembalasan, kecuali mereka yang dikaruniai rahmat oleh Allah.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Tak seorang pun di antara kalian yang akan masuk surga karena amal semata.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, engkau pun tidak?” Beliau menjawab, Tidak diriku sekalipun, tetapi Allah akan menyelimutiku dengan kasih dan ampunan-Nya.” Satu-satunya orang yang tidak berseru, “Nafsî, nafsî,” “Diriku, diriku,” pada hari yang membahayakan adalah Nabi Muhammad saw. Semua umat nabi lainnya akan berlari menuju nabi mereka, tetapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Semua nabi justru akan meminta Nabi Muhammad saw. untuk memberi syafaat kepada mereka dan umatnya. Nabi saw. akan berkata, “Akulah pemberi syafaat (anâ lahâ),” dan Allah akan memberi izin kepada Nabi saw. untuk menggunakan syafaatnya bagi semua umat.
Ibn ‘Abbâs meriwayatkan bahwa beberapa sahabat Nabi muncul dan menunggu beliau.Ketika beliau datang, beliau mendekati mereka dan mendengarkan ucapan mereka, “Hebat sekali, Allah Yang Mahabesar dan Mahaagung telah menjadikan makhluk ciptaan-Nya sebagai sahabat dekat-Nya, yaitu Ibrâhîm.” Yang lainnya berkata, “Tak ada yang lebih hebat daripada kalam-Nya kepada Mûsâ, orang yang Dia ajak berbicara secara langsung!” Lalu yang lainnya berkata, Dan ‘Îsâ adalah kalimat dan ruh-Nya!” Sementara yang lainnya berkata,“Adam adalah nabi pilihan Allah.”
Kemudian Nabi muncul dan berkata, “Aku mendengar perkataan kalian, dan semua yang kalian katakan benar,dan aku sendiri adalah kekasih Allah, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun, dan aku akan mengusung bendera keagungan pada Hari Pembalasan nanti, dan menjadi orang pertama yang memberi syafaat dan syafaat pertama yang akan diterima Tuhan, dan aku adalah orang pertama yang akan mengitari surga sehingga Allah membukakannya untukku dan aku akan memasukinya bersama dengan orang-orang miskin dari kalangan umatku, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun. Aku yang paling mulia dari yang pertama dan yang terakhir, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun.”
Salah satu kunci rahmat Allah adalah cinta. Cinta kepada Allah dan Nabi-Nya merupakan salah satu kunci menuju surga. Hadis berikut menjadi bukti. Seorang badui bertanya kepada Nabi saw. tentang saat terjadinya Hari Kiamat. Beliau berkata, “Hari Kiamat pasti akan tiba. Apa yang telah kamu persiapkan untuk menyongsong kedatangannya?” Orang itu berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak mempersiapkan diri dengan puasa dan amal saleh yang banyak, tetapi aku mencintai Allah dan Nabi-Nya.” Nabi saw. bersabda, “Kamu akan beserta mereka yang kamu cintai.” Anas mengatakan bahwa ketika mendengar hal itu, orang-orang Islam sangat bersuka cita lebih dari sebelumnya. Anas berkata, “Oleh karena itulah, aku mencintai Nabi, Abû Bakr, dan ‘Umar, dan aku berharap bahwa aku akan beserta mereka karena kecintaanku kepada mereka, meskipun amalku tidak akan bisa menyamai amal mereka.”
Tuhan telah menciptakan beberapa sarana yang bisa membebabkan manusia dari hukuman karena manusia memang diciptakan lemah, rentan terpengaruh setan, nafsu, kesenangan duniawi, dan sifat berbangga. Rahmat Allah begitu luas, dan melaluinya semua orang beriman bisa mendapatkan pertolongan.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Nabi saw. bersabda:"Sesungguhnya Allah telah menciptakan rahmat. Pada hari Dia menciptakannya, Dia membaginya ke dalam seratus bagian. Dia akan menggenggam 99 bagian, dan memberi satu bagian kepada seluruh makhluknya. Sekiranya orang-orang kafir tahu semua rahmat yang dalam genggaman-Nya, mereka tak akan pernah putus asa untuk memasuki surga, dan sekiranya orang-orang beriman tahu semua siksaan dari Allah, mereka tak akan berpikir dapat selamat dari neraka.”
Agar manusia dapat menggapai rahmat-Nya, Allah menurunkan sebuah kalimat yang cukup untuk membersihkan dosa seseorang, sebanyak apa pun dosa yang telah ia perbuat. ‘Utbân ibn Mâlik al-Anshârî, seorang dari suku Banî Sâlim, meriwayatkan bahwa Rasulullah menghampirinya lalu berkata: "Jika seseorang yang dibangkitkan para Hari Kiamat pernah berkata, “Lâ ilâha illâ Allâh,” dengan tulus karena Allah, maka Allah akan mengharamkan api neraka baginya.
Hadis tersebut mengingatkan kita bahwa rahmat Allah berada di luar jangkauan pemahaman manusia. Pada saat yang sama, mereka juga diperingatkan agar tidak terlalu bersandar kepada rahmat Allah, dan mengabaikan batasan-batasan yang telah Allah tetapkan dalam syariat yang suci.
Kami akhiri bab ini dengan menekankan prinsip mendasar dalam Islam: bahwa pada akhirnya hanya rahmat Allah yang amat luas yang akan menyelamatkan manusia pada Hari Pembalasan yang sangat mengerikan itu. Dan perwujudan dari rahmat Allah itu adalah Nabi Muhammad saw. sendiri, yang digambarkan Allah dalam surah al-Anbiyâ’ ayat 107 sebagai “rahmat bagi seluruh alam”. Karena itulah kita sangat mengharapkan syafaat beliau yang merupakan pijakan paling kokoh pada Hari Pembalasan, tidak mengandal kan amal kita semata yang benar-benar sangat jauh dari nilai ketulusan dan kesempurnaan. Hanya berkat rahmat Allah, yang terwujud secara sempurna dalam pribadi Nabi-Nya tercinta, Muhammad saw,kita bisa memperoleh keselamatan dan pembebasan. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi guncang. (QS. 24:37)
Persiapkanlah dirimu untuk yang terburuk. Masa-masa kegelapan akan datang kemudian barulah setelah masa tersebut akan datang masa keemasan, yaitu masa dari Imam Mahdi as. Dalam waktu dekat banyak kejadian yang akan terjadi disekeliling kita. Kita harus berhati-hati menjaga keyakinan kita, istri, anak dan keluarga kita, tetaplah dalam ikatan kecintaan terhadap para Awliya dan Rasulullah saw. Bergembiralah, karena kelompok kita, kelompok Maulana Grandsyaikh Nazim adalah kelompok terbaik dan termasuk diantara yang langka yang menunggu kedatangan Imam Mahdi as. Insya Allah kehadiran Imam Mahdi menandakan kehadiran Syaikh kita, dan kehadiran Syaikh adalah kehadiran kita semua sebagai pengikutnya.
Kehadiran Syaikh ada ditangan Rasulullah saw, masa ini kita mendatangi Maulana untuk berjabat tangan dan menciumnya, pada masa Imam Mahdi, bahkan kalian tak sanggup mendekati Maulana Syaikh kita tercinta, karena kalian akan melihat jutaan orang mencoba mendekatinya seperti yang kita lakukan sekarang ini, melihat dan menyentuh nya. Masa itu adalah masa keemasan, dan Insya Allah, Allah akan memanjangkan umur kita untuk menyaksikan masa itu dan melihatnya, sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah saw, Umat yang terbaik dan paling disukai adalah umat terakhir. Bagaimana kita dapat mencapai itu semua, adalah dengan meninggalkan ego kita. Kemudian kita berkata, ”bagaimana kita bisa meninggalkan ego kita?”
Maulana Syaikh Nazim memberikan teladan yang sangat baik untuk menjauhi ego kita. Setiap hari tuliskan sebanyak-banyaknya perilaku buruk yang ada dalam hatimu dan yang engkau lakukan pada hari itu. Setiap orang dalam hatinya memiliki sedikitnya 700 karakter buruk, semuanya harus dibersihkan dari diri kita. Beberapa orang berkata kami tidak memiliki perilaku buruk. Renungkanlah, tulislah perilaku buruk apa yang masih ada dihatimu, setiap orang mengenal dirinya sendiri, tulislah dan cobalah setiap hari menghilangkan satu perilaku buruk tersebut. Hari demi hari akan engkau lihat bahwa engkau telah meninggalkan perilaku buruk tersebut satu persatu.
Setan tidak akan membiarkan orang untuk meninggalkan egomu dan melakukan pembersihan ini, namun ketika Awliya Allah melihat kedalam hatimu. Dia akan tahu engkau bersih atau tidak, dengan demikian dia tahu kapan dia akan mengirimmu untuk khalwat atau tidak sama sekali. Khalwat berarti engkau mencoba untuk maju dan meninggalkan perilaku buruk. Dan ketika engkau mencoba meninggalkan perilaku buruk didalam hati, ia akan memberikanmu izin untuk berkhalwat. tetapi kalau ia tidak melihat hal ini, tentu saja ia tak mungkin memberikan izin itu. Perangi egomu, apapun yang diinginkan egomu, lakukan sebaliknya.
Hari Pembalasan, Saat Kiamat, Peristiwa-peristiwa Terakhir
Pada bagian sebelumnya, kita telah mendiskusikan tanda-tanda akhir zaman seperti yang digambarkan oleh Nabi Muhammad saw. beserta perwujudannya pada masa sekarang. Nabi saw. memang memberi tahu kita tanda-tanda akhir zaman, tetapi kapan tepatnya Hari Pembalasan terjadi hanya Allah yang tahu. Tanda-tanda itu menjadi isyarat bahwa Hari Pembalasan, ketika Allah akan mengadili semua manusia, telah dekat. Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat, “Bilakah terjadinya?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu pada sisi Tuhanku. Tak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat huru-haranya bagi makhluk yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu pada sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. 7:187).
Orang-orang kafir bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapankah terjadinya?” Siapakah kamu sehingga dapat menyebut waktunya? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya. Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (Kiamat). Pada hari mereka melihatnya, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan di waktu sore atau pagi hari. (Q 79:42–46)
Bahkan, jika seseorang bisa hidup selama seratus tahun, masa hidupnya itu terasa bagai mimpi ketika Hari Kiamat tiba. Beberapa orang menyangka bahwa Hari Penghitungan tak akan terjadi, dan bahwa dunia akan terus berjalan jutaan tahun ke depan. Namun, ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa Hari Kiamat akan tiba dengan tiba-tiba, yang waktunya hanya diketahui Allah. Berbagai tanda awal (al-‘alâmât al-sughrâ) yang dijelaskan Nabi saw. telah terjadi, sehingga semua orang Islam, dan sebenarnya juga semua manusia, harus memerhatikannya. Kita tak boleh beranggapan bahwa Hari Kiamat masih sangat jauh, karena Nabi saw. pernah bersabda: Aku diutus menjelang kemunculan Hari Kiamat yang jaraknya seumpama dua jari ini (dan beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya).
Memang benar bahwa, dalam setiap salat, orang-orang Islam selalu membaca surah al-Fâtihah, yang menyebutkan bahwa Allah adalah “Yang Menguasai Hari Pembalasan”. Namun, dalam kesehariannya orang-orang Islam bersikap seolah-olah Hari Kiamat tak akan terjadi. Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling darinya. (Q 21:1).
Nabi saw. bersabda bahwa Islam lambat laun akan menghilang. Pada akhir zaman, manusia tidak lagi mengetahui bagaimana melaksanakan salat, puasa, atau zakat. Hudzayfah ibn al-Yamân meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Islam akan menjadi lapuk seperti baju yang lapuk, hingga tak ada lagi orang yang mengetahui bagaimana melaksanakan puasa, salat, haji, dan zakat. Alquran akan hilang dalam satu malam, dan tak akan tersisa satu pun ayat Alquran di muka bumi. Beberapa kelompok generasi tua masih ada dan akan berkata, “Dulu kami mendengar orang-orang tua kami mengucapkan, ‘Lâ ilâha illâ Allâh,’ lalu kami juga mengikutinya.” Shilah bertanya kepada Hudzayfah, “Apa makna lâ ilâha illâ Allâh bagi mereka jika mereka tak tahu arti salat, puasa, haji, dan zakat?” Hudzayfah tidak menanggapinya, lalu Shilah mengulangi pertanyaan itu tiga kali, dan selalu tak ditanggapinya. Akhirnya ia menjawab, “Wahai Shilah, kalimat itu akan melindungi mereka dari neraka,” dan ia mengatakannya tiga kali.
Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan mendatangi seseorang yang mengucapkan, “Allah, Allah.” Artinya, Hari Kiamat hanya akan terjadi jika tidak ada orang yang menyebut nama Tuhan, yaitu ketika dunia hanya dihuni oleh orang-orang kafir.Dan ingatlah hari ketika ditiup Sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (Q 27:87). Ketika Allah memerintahkan Malaikat Isrâfîl untuk meniup Sangkakala, semua yang ada di dunia akan lenyap. Bahkan, para penghuni langit sekalipun sepenuhnya akan musnah, kecuali mereka yang Allah kehendaki. Ketika Malaikat Isrâfîl meniup Sangkakalanya pada kali yang pertama, seluruh dunia akan hancur total. Isi bumi akan berguncang dan berantakan menjadi abu dan tiada yang tersisa kecuali yang dikehendaki Allah.
Allah akan memerintahkan Isrâfîl untuk meniupkan kembali Sangkakalanya. Tiupan kali ini tidak merusakkan segala sesuatu, namun justru membangkitkan semua makhluk. Allah akan menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya bahwa dengan Sangkakala yang sama Dia dapat mematikan maupun menghidupkan manusia. Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. Dan ditiuplah Sangkakala, maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup Sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing. Dan terang-benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya keadilan Tuhannya; dan diberikanlah buku perhitungan perbuatan masing-masing, dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi, dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. (Q 39:67–69)
Peristiwa Hari Kiamat
Karena Hari Kiamat akan datang secara tiba-tiba, maka manusia akan terkejut dengan cara mereka dihidupkan kembali. Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya menuju Tuhan mereka. Mereka berkata, “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tempat tidur (kubur) kami?” Inilah yang dijanjikan Tuhan Yang Maha Pemurah dan benarlah para rasul-Nya. (Q 36:51–51). Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu datangnya hari yang sulit bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. (Q 74:8–10). Dan manusia bertanya, “Mengapa bumi jadi begini?” Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan yang demikian itu kepadanya. (Q 99:3–5), Allah akan memerintahkan bumi untuk menceritakan apa yang dilakukan oleh setiap orang selama masa hidupnya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka balasan pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarah pun, niscaya ia akan melihat balasannya. (Q 99:6–8)
Pada hari itu, ada wajah-wajah manusia yang akan bersinar karena balasan-Nya atas amal baik mereka, dan ada wajah-wajah manusia yang menghitam karena hukuman-Nya atas amal buruk mereka. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan banyak pula muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup oleh kegelapan. (Q 80:38–41). Hari Pembalasan merupakan saat-saat yang sangat menakutkan, di mana Allah akan mengumpulkan seluruh manusia dan mengadili mereka berdasarkan apa yang telah mereka perbuat selama hidup di dunia. Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya. (Q 18:99)
Manusia dan jin–makhluk Tuhan lainnya yang memiliki kecerdasan dan kehendak bebas sehingga dipandang bertanggung jawab terhadap semua perbuatan mereka–akan berdesak-desakan bagai gelombang yang bertumpuk-tumpuk. Allah berfirman bahwa Dia akan mengumpulkan semuanya pada Hari Pembalasan. Tak seorang pun yang dikecualikan, entah ia raja, presiden, atau rakyat jelata; entah ia dari bangsa jin atau manusia. Mereka akan takjub dan terkejut, seperti ikan yang dikeluarkan dari dalam air, yang terus bergerak dan tidak tahu apa yang harus dikatakan, dan takut kepada Allah. Menurut hadis Nabi, “Orang yang paling bahagia dan paling tenang pada hari itu adalah mereka yang bisa menemukan tanah tempat berpijak.”
Banjir Keringat
Pada Hari Kiamat tak ada tempat untuk berpijak. Semua orang berdesak-desakan di atas yang lain pada hari mengerikan itu. Itu hari yang sangat berat, yang kesulitannya tak pernah terlintas dalam pikiran manusia. Matahari tepat berada di atas kepala, yang panasnya akan memanggang isi kepala manusia. Setiap orang akan berkeringat, seperti yang dikatakan Nabi saw: Manusia akan terendam oleh keringatnya, bergantung pada perbuatannya masing-masing. Sekelompok orang mungkin akan terendam oleh keringatnya hingga sebatas lutut, sekelompok lainnya mungkin sampai leher, sekelompok lainnya mungkin hingga mulut, dan yang lain tenggelam dalam keringatnya sendiri. Abû Hurayrah meriwayatkan sebuah hadis Nabi bahwa mereka yang digiring ke neraka akan berkeringat sangat banyak sehingga tingginya mencapai 70 hasta, bagaikan sebuah sungai yang menelan dan menenggelamkan mereka. Matahari akan membakar kepala mereka. Tiada tempat bernaung kecuali naungan-Nya, yang akan Dia anugerahkan kepada orang-orang beriman. Dan Kami tampakkan Jahanam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas. (Q 18:100)
Allah akan memperlihatkan neraka sehingga orang-orang kafir dapat menyaksikannya. Allah akan memerintahkan para malaikat untuk membawa neraka. Nabi mengatakan bahwa neraka Jahanam memiliki 70.000 tali kekang, dan setiap tali dihela oleh 70.000 malaikat. Neraka akan menutupi seluruh ufuk, dan menghalangi jalan menuju surga. Setiap orang menjadi cemas karena tak akan ada yang dapat mencapai surga kecuali dengan melintasi jembatan di atas neraka, yaitu al-Shirâth al-Mustaqîm, Jalan Lurus. Setiap manusia harus melintasinya, seperti yang difirmankan Allah: Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. (Q 19:71). Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada Hari Kiamat diseret atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu, dan tuli. (Q 17:97). Orang-orang yang dihimpunkan ke neraka Jahanam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya. (Q 25:34). Akibat memilih jalan kesesatan selama hidup di dunia, orang-orang kafir akan digiring ke neraka. Anas ibn Mâlik meriwayatkan: Seseorang bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah! Bagaimana orang-orang kafir itu berjalan dengan muka mereka pada Hari Pembalasan?” Nabi menjawab, “Apakah Allah yang membuatnya berjalan dengan kaki tidak bisa membuatnya berjalan dengan wajahnya pada Hari Pembalasan?”
Allah menggambarkan orang-orang kafir yang akan dimasukkan ke neraka dan perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia. Yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memerhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar. (Q 18:101). Orang-orang kafir tertutup mata hatinya dan tidak mau mengingat Allah atau bahkan mendengar zikir. Allah berfirman agar kita selalu mengingat-Nya di hati dan di lisan, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai ayat Alquran dan hadis sahih. Hati orang-orang kafir tertutup dari mengingat Allah, dan mereka tidak ingin mendengarkan peringatan Nabi. Ia mengajak mereka untuk mengingat Allah, tetapi karena kebencian mereka terhadap Nabi Muhammad saw., mereka menolak.
Nabi saw. bersabda bahwa ketika Malaikat Israfil meniup Sangkakala, dunia akan menjadi sebening kristal, dan pada Hari Pembalasan, Arasy Allah akan turun ke pasir sebening kristal. Artinya tiada lagi yang tersisa. Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain, dan demikian pula langit, dan mereka semuanya berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (Q 14:48)
Semua gunung, laut, angin, bintang, galaksi, dan teknologi akan hancur akibat hembusan Sangkakala, dan semuanya akan musnah tanpa bekas. Allah memerintahkan bumi untuk membersihkan dirinya dari semua kotoran, kejahatan, dan dosa, karena Arasy-Nya tidak akan pernah turun ke tempat yang penuh dengan dosa dan kesewengan-wenangan, pembunuhan, dan kekerasan. Manusia saling membunuh sejak zaman Nabi Adam, yaitu ketika salah seorang anaknya, Qabil, membunuh saudaranya sendiri, Habil. Allah menghendaki semuanya suci kembali sebelum Arasy-Nya turun. Alquran menggambarkan bahwa ketika itu Allah akan bertanya: Yaitu hari ketika mereka keluar dari kubur. Tiada satu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” (Q 40:16)
Tak satu pun yang tersisa, dan Allah akan berkata kepada diri-Nya sendiri, Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini, siapakah raja diraja?” Tidak ada yang menjawab sambil menyombongkan diri dan penuh bangga, “Akulah presiden,” atau “Akulah raja.” Allah sendiri yang akan menjawab pertanyaan-Nya dengan berkata, “Kerajaan hanyalah milik-Ku semata.” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Q 40:16)
Syekh Fakhr al-Dîn al-Nûrî, seorang ulama ternama pada masanya, bertanya kepada Syekh ‘Alî al-Ramitanî: Allah menyebutkan dalam Alquran bahwa pada Hari Perjanjian, Dia bertanya, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” (Q 7:172) dan dijawab dengan pernyataan mengiyakan, namun pada Hari Pembalasan, Dia kan bertanya, “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” (Q 40:16) dan tidak ada yang akan memberi jawaban. Mengapa mereka menjawab ketika ditanya, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” dan tidak menjawab ketika ditanya pada Hari Pembalasan?”
Dalam jawabannya, Syekh ‘Alî al-Ramitanî memperlihatkan pemahamannya yang mendalam tentang Alquran dan hadis: Ketika kepada manusia diajukan pertanyaan, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” saat itu Allah hendak membebankan kewajiban agama di atas pundak manusia. Memberi jawaban atas sebuah pertanyaan merupakan kewajiban hukum. Itulah mengapa mereka menjawab pertanyaan itu. Namun, pada Hari Pembalasan, semua kewajiban telah berakhir, dan pada saat itu, kesadaran akan Kebenaran dan kehidupan spiritual sudah terbuka. Dalam kondisi spiritualitas seperti itu, tidak ada ucapan yang lebih baik daripada diam, karena spiritualitas merupakan aliran yang bergerak dari dan ke hati, tidak melalui lidah. Itulah sebabnya, terhadap pertanyaan kedua tidak dibutuhkan sebuah jawaban. Atas pertanyaan, Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Allah sendiri yang akan menjawabnya, dengan mengatakan, “Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” Allah berfirman: Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (Q 80:34–37)
Kekacauan Dahsyat
Pembunuhan dan Pengrusakan, Armageddon
Hadis Mu‘âdz ibn Jabal melukiskan sebuah pertempuran dahsyat yang terjadi saat penaklukan Konstantinopel (Istanbul), dan kemunculan Dajal, sang Anti-Kristus. Mu‘âdz ibn Jabal meriwayatkan bahwa Nabi saw.bersabda: kemunculan peperangan sengit yang berdarah-darah dan kemunculan peperangan sengit yang berdarah-darah; penaklukan Konstantinopel dan penaklukan Konstantinopel; (dan) kemunculan Dajal (Anti-Kristus).
Pada masa lalu terjadi pertempuran besar antara kaum muslim dan orang-orang Romawi di Konstantinopel, tepatnya pada masa sahabat Abû Ayyûb al-Anshârî. Orang-orang Islam tidak berhasil menaklukkan kota tersabut. Nabi saw. memprediksikan bahwa Abû Ayyûb al-Anshârî akan meninggal karena cuaca dingin (sebuah prediksi yang tidak lazim, mengingat mereka hidup di daerah beriklim panas), dan ternyata Abû Ayyûb meninggal dalam pengepungan di daerah beriklim dingin (672 M). Bertahun-tahun kemudian, Muhammad Fâtih menaklukkan Konstantinopel, seperti yang diprediksi oleh Nabi saw. dalam hadis lainnya: Konstantinopel tentu akan ditaklukkan. Betapa hebatnya komandan pasukan yang menaklukkannya, dan betapa hebat pasukan itu.
Penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Utsmani, Muhammad Fâtih, pada tahun 1453 M, merupakan tanda akhir zaman menurut hadis Nabi. Namun, Nabi menyebutkan bahwa kota tersebut akan ditaklukkan dua kali, artinya persoalan Konstantinopel akan kembali mengemuka. Seperti yang disebutkan dalam hadis Mu‘âdz ibn Jabal di atas, peristiwa tersebut akan terjadi setelah peperangan hebat yang memakan banyak korban (khurûj al-malhamah), yang diperjelas dalam hadis berikut. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan datang sebelum dua kelompok besar bertemu dalam sebuah peperangan yang luar biasa dahsyat dengan satu tujuan.
‘Awf ibn Mâlik meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Cermatilah enam peristiwa sebelum datangnya kiamat: kematianku; pembebasan Bayt al-Maqdis; kematian masal, seperti wabah domba; melimpahnya uang sehingga bila seseorang memberikan seratus dinar kepada orang miskin, ia akan menyepelekannya; kebingungan yang akan merasuki semua rumah orang-orang Arab; terjadinya gencatan senjata antara kalian dengan orang-orang nonmuslim, karena mereka akan jauh mengungguli kekuatan kalian, dan mereka akan mendatangi kalian dengan 80 kelompok (serdadu atau alasan) yang berbeda, yang masing-masing terdiri atas 12.000 (serdadu atau penjelasan).
Hadis-hadis tersebut menunjukkan bahwa akan terjadi peperangan mahadahsyat yang berdarah-darah antara dua kelompok besar yang memiliki satu tujuan. Isyarat itu membuat banyak orang menduga-duga bahwa perang besar (mungkin perang nuklir) antara dua adidaya dunia akan meletus di kawasan yang menjadi sasaran kepentingan keduanya, entah itu Asia Tengah, kawasan Teluk, atau Timur Tengah. Perang itu akan menimbulkan banjir darah dahsyat akibat banyaknya korban yang berjatuhan, dan perang itu akan berpengaruh pada Konstantinopel. Peristiwa ini akan terjadi di masa depan dan merupakan salah satu tanda Kiamat yang paling penting, yang dalam kitab-kitab suci disebut dengan Armageddon. Hadis menunjukkan bahwa peristiwa ini menandai dekatnya kemunculan Dajal, Anti-Kristus. Hadis pertama menyebutkan bahwa Nabi saw. menepuk paha Mu‘âdz ibn Jabal sambil berkata, “Ini sebuah kebenaran, persis seperti saat kamu duduk sekarang ini.” Memukul paha merupakan cara untuk mempertegas sebuah kenyataan. Maksudnya, “Itu akan terjadi. Jangan menganggapnya sebagai sesuatu yang aneh.”
Tiga Puluh Pendusta
Sudah banyak bermunculan para pendusta dan nabi palsu, mulai dari Mûsaylamah al-Kadzdzâb (seorang pendusta besar pada masa Nabi Muhammad saw.) hingga pendusta pada masa modern ini. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan datang hingga muncul tiga puluh pendusta (Dajal) yang masing-masing mengklaim sebagai rasul Allah. Dan Hari Kiamat tidak akan muncul hingga terjadi pertambahan uang dalam jumlah besar, timbul banyak huru-hara, dan akan terjadi banyak harj.” Nabi saw. ditanya, “Apakah harj itu?” Beliau menjawab, “Pembunuhan,” sebanyak tiga kali. Di antara tanda akhir zaman dalam hadis itu adalah munculnya para pendusta yang akan mengklaim diri sebagai utusan Allah setelah Nabi Muhammad saw. Tanda lain yang disebutkan hadis itu adalah bergelimangnya para pemimpin korup pada masa kita dengan “uang haram”. Mereka menyebabkan perselisihan dan menyeret masyarakat serta bangsanya ke dalam pertumpahan darah, kekerasan, dan peperangan; tak membiarkan satu rumah pun yang tanpa ketakutan. Nabi saw. kemudian menjelaskan bahwa pembantaian akan terjadi secara meluas dan tanpa pandang bulu. Ini terjadi demikian kerapnya sehingga menjadi hal biasa, dan kini tak satu pun negara yang bebas dari pembunuhan terhadap orang-orang yang tak berdosa. Tanda akhir zaman ini juga dikemukakan oleh Nabi Muhammad saw. dalam hadis lainnya,“Akan terjadi banyak pembantaian dan pembunuhan.”
Di mana-mana manusia terbunuh akibat peperangan. Di negara-negara yang tidak sedang berperang sekalipun juga terjadi pembunuhan akibat perampokan atau percekcokan kecil, yang sering kali dilakukan dengan sangat biadab. Banyak orang yang terlibat dalam perseteruan berdarah sudah lupa alasan mengapa mereka berperang dulunya. Geng-geng, yang terorganisir dan terlatih untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain, merupakan perwujudan dari pembunuhan yang merajalela itu. Banyak pihak yang sebenarnya tak terlibat dalam peperangan telah menjadi korban kekerasan.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, dunia tak akan musnah hingga datang suatu masa ketika pembunuh tidak tahu untuk apa ia membunuh, dan korban tidak tahu untuk apa ia dibunuh. Kekerasan dan pembunuhan yang merajalela akan membuat orang justru merindukan kematiannya. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, dunia tak akan binasa hingga seseorang melewati sebuah makam, berguling di atasnya sambil berkata, “Andai aku yang berada di dalam kubur ini!” Ia tidak mengatakan itu karena agama, tetapi karena bencana di sekelilingnya.
Musibah-musibah ini akan merusak manusia, secara fisik maupun spiritual. Manusia telah menjadi begitu kejam sampai-sampai mereka dapat memaksa seseorang yang beriman menjadi kafir dalam sehari atau semalam saja. Abû Mûsâ al-Asy‘arî meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Sebelum datangnya Hari Kiamat akan muncul bencana seperti malam yang gelap gulita, di mana seseorang beriman pada pagi hari menjadi kufur pada sorenya, atau ia beriman pada sore hari dan kufur pada paginya. Orang yang duduk selama masa itu lebih baik daripada orang yang berdiri, dan orang yang berjalan selama masa itu lebih baik daripada orang yang berlari. Maka patahkanlah busurmu, putuskanlah tali busurmu, dan tebaskan pedangmu pada batu. Jika orang-orang kemudian mendekati salah satu di antara kalian, hendaklah ia menjadi seperti satu dari dua anak Adam yang lebih baik. (maksudnya, kematian lebih baik daripada terlibat dalam huru-hara). ‘Abd Allâh ibn ‘Umar berkata, “Kami sedang duduk bersama Rasulullah ketika beliau menjelaskan banyak bencana yang akan terjadi. Beliau berbicara panjang lebar tentang hal itu hingga beliau menyebutkan: ‘Huru-hara pelana’ (fitnat al-ahlâs), yaitu perang dan perselisihan. Kemudian ‘huru-hara kemakmuran’ (fitnat al-sarrâ’).
Panas dan asapnya akan seperti resapan air di bawah kaki seseorang anggota keluargaku–ia akan mengklaim sebagai keturunanku, tetapi ia bukan keturunanku. Keluargaku adalah mereka yang bertakwa kepada Tuhan. Kemudian manusia akan bersatu dengan seseorang seperti tualng rusuk yang menempel pada tulang pinggul [yang membentuk susunan sementara]. Lalu akan muncul ‘huru-hara gelap gulita’ (fitnat al-duhaymâ’). Itu akan menampar seluruh umatku. Ketika mereka pikir api huru-hara itu selesai, ia sebenarnya masih akan muncul. Pada saat itu, seseorang bangun tidur dalam keadaan beriman dan menjelang malam ia akan menjadi kufur. Manusia akhirnya akan dihadapkan pada dua pilihan–iman tanpa kemunafikan atau munafik tanpa keimanan. Jika kalian mengalami hal itu, maka tunggulah kedatangan Dajal hari itu atau keesokannya.”
Dalam hadis ini kita mendengar gambaran tentang kondisi manusia pada akhir zaman, yakni ketika orang yang duduk lebih baik ketimbang orang yang berdiri, dan orang yang berdiri lebih baik ketimbang orang yang pergi keluar rumah dan terlibat dalam masalah dan perselisihan. Masa itu merupakan masa sulit sehingga orang yang keluar rumah akan terjerumus dalam kemalangan, sementara orang yang tidak keluar rumah terhindar dari hal yang membahayakan. Nabi saw. memberi peringatan kepada mereka yang akan hidup pada masa huru-hara itu agar tidak melibatkan diri ke dalam berbagai kesulitan dan persoalan yang membingungkan. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa melibatkan diri dalam kerumitan itu, ia akan hancur akibat kerumitan itu. Maka barang siapa dapat menemukan tempat perlindungan atau tempat yang aman dari kerumitan itu, hendaklah ia bernaung di sana.
Allah berfirman: Maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusanmu. (Q 18:16). Dalam hadis lain, Abû Mûsâ al-Asy‘arî meriwayatkan bahwa Nabi saw. menasihatkan, “Pada saat itu, hendaklah kalian menjadi pelapis pelana kuda kalian.” Itu berarti orang Islam harus tinggal di dalam rumahnya dan tidak keluar rumah. Betapa banyak orang Islam yang keluar rumah tanpa tujuan yang jelas, seperti pergi ke kafe, restoran, dan mal. Kita tak boleh pergi tanpa alasan yang benar. Disarankan agar pergi dan pulang kerja sesegeranya tanpa menunda-nunda waktu. Pada masa penuh cobaan ini, yang paling baik adalah duduk di rumah dan menjaga keluarga. Nabi saw. memberi tahu orang-orang Islam bahwa pada akhir zaman, ketika kita tak berdaya menghadapi berbagai kesulitan besar dan tidak mampu mengubahnya, maka hendaknya kita tak berada di luar rumah, tidak bergabung dengan kelompok mana pun, dan tidak terlibat dalam perseteruan atau politik.
Orang-orang Islam harus mematahkan busur kemarahannya, memutuskan tali busur yang mereka gunakan untuk melemparkan jawaban tajam atas makian pedas, dan menumpulkan pedang kekasarannya dengan kata dan pena, sehingga batu ego mereka bisa dihancurkan dengan kesabaran. Ketika kekacaubalauan benar-benar meluas, seseorang lebih baik tetap berada di rumah dan mengisi waktunya dengan salat, membaca Alquran dan hadis, serta berzikir. Ma‘qal ibn Yasâr meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Melaksanakan ibadah selama masa merajalelanya pembantaian sama dengan berhijrah kepadaku.
Untuk menghindari kesulitan tersebut, orang-orang Islam dianjurkan untuk membaca tasbih khusus setiap hari.
Sanksi terhadap Irak dan Syam
Nabi saw. meramalkan adanya sanksi terhadap Irak dan Syam (Syria Raya) yang akan terjadi pada akhir zaman. Abû Nadhrah meriwayatkan: Jâbir ibn ‘Abd Allâh berkata kepada kami, “Akan datang suatu masa ketika orang-orang Irak tidak akan menerima satu qafîz atau dirham sekalipun.” Kami bertanya, “Siapa yang bertanggung jawab atas itu?” Ia menjawab, “Orang-orang ‘ajam (non-Arab) yang melakukannya.” Ia kemudian berkata, “Akan datang suatu masa ketika orang-orang Syria tidak akan menerima satu dinar atau satu mudd sekalipun.” Kami bertanya, “Siapa yang bertanggung jawab atas itu?” Ia menjawab, “Orang-orang Romawi.” Ia kemudian diam sejenak, dan meriwayatkan bahwa Rasulullâh bersabda, “Di akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang memberi setumpuk harta secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa menghitung jumlahnya.”
Di antara tanda akhir zaman adalah bahwa orang-orang Irak akan dijatuhi sanksi oleh orang-orang non-Arab. Abû Nadhrah meriwayatkan, Jâbir berkata bahwa akan datang suatu masa ketika orang-orang Irak menjadi sedemikian miskin sehingga mereka tak punya sesuatu seberat satu qafîz sekalipun, artinya mereka benar-benar tak punya apa-apa. Nabi saw. memberikan isyarat yang sangat cermat: bahwa mereka tidak bisa melakukan transaksi seberat lima kilogram sekalipun, yang menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan akan mengalami kemacetan. Itu terjadi karena orang-orang non-Arab menjatuhkan sanksi kepada mereka dan memblokade negara tersebut sehingga orang-orang Irak tidak bisa mengimpor atau mengekspor apa pun. Karena aktivitas perdagangan terhenti, arus perputaran uang juga terhenti dan dinar tidak bisa masuk ke Irak. Orang-orang Irak tidak bisa membeli apa-apa di pasar, meskipun hanya senilai satu dirham. Itu akan terjadi akibat ulah orang-orang ‘ajam, yang secara umum adalah bangsa yang tidak berbahasa Arab, dan khususnya orang-orang Persia.
Ini mengisyaratkan bahwa sanksi terhadap Irak muncul setelah konflik dengan orang-orang Persia, yang terlihat dalam Perang Irak–Iran selama 1980-an. Irak menghadapi persoalan, pertama-tama, dengan Iran, kemudian dengan Kuwait, yang berbuntut pada jatuhnya sanksi oleh PBB. Dampak menyedihkan dari sanksi tersebut adalah kematian sejumlah besar bayi, seakan-akan negeri itu terserang wabah penyakit ganas. Jumlah total orang yang meninggal akibat sanksi itu sendiri mencapai setidaknya 1,5 juta jiwa. Penerapan sanksi tersebut merupakan salah satu tanda akhir zaman yang dengan sangat mengagumkan telah diprediksi oleh Nabi Muhammad saw.
Nabi saw. memprediksi bahwa setelah sanksi terhadap Irak, Syam (Syria besar) akan mengalami kelangkaan dinar dan mudd. Penyebabnya adalah orang-orang Romawi. Orang-orang Romawi mewakili orang-orang ahlulkitab di sepanjang Rusia hingga perbatasan Syria, dan secara umum merujuk pada orang-orang nonmuslim di Barat. Di sana telah ada problem perdagangan. Bahkan kini, di Syria, terjadi berbagai kelangkaan, dan orang-orang hanya mempunyai sedikit uang untuk membeli bahan bakar dan kebutuhan vital lainnya. Seperti halnya orang-orang Irak yang mempunyai masalah dengan orang-orang ‘ajam, Syria juga mempunyai perbedaan pendapat dengan orang-orang nonmuslim di Barat (yaitu Romawi), yang juga berakhir dengan penjatuhan sanksi.
Tulisan ini tidak menyoroti aspek politik peristiwa tersebut, tetapi merupakan analisis terhadap perkembangan dunia dewasa ini dari sudut pandang prediksi Nabi. Nabi saw. meramalkan kondisi dunia saat ini, dan telah menceritakannya kepada para sahabat 1400 tahun yang silam. Semua yang disebutkan di atas telah dipelajari Jâbir dari Nabi saw., dan ia menyampaikan kejadian tersebut sebagai latar belakang untuk akhir cerita yang sangat penting: “Akan muncul seorang khalifah yang memberi segenggam harta secara cuma-cuma kepada semua orang tanpa menghitung jumlahnya.” Nabi saw. mengatakan bahwa di akhir zaman akan muncul seorang khalifah atau penguasa bagi segenap umat Islam. Pemimpin itu adalah Al-Mahdî yang akan turun dengan dukungan Allah, memenuhi dunia dengan keadilan, dan mengakhiri segala bentuk pembunuhan dan penindasan.
Ia bukanlah seorang nabi, melainkan seorang khalifah yang akan membagi-bagikan kekayaan tanpa menghitungnya, sehingga semua orang akan hidup dalam kondisi yang berkecukupan. Sebelum tiba masa itu, sanksi telah membuat sebuah bangsa tidak mampu memanfaatkan kekayaan dan sumber daya alam negerinya, dan pemerintahnya tidak bisa mengeruk pendapatan negara karena tidak ada yang diperoleh dari pajak. Tidak ada dana untuk membiayai sekolah, rumah sakit, bahan bakar, listrik, dan air. Tanpa sarana untuk bertahan hidup, orang-orang akan merasa putus asa, dan akan terjadi kekacauan dalam kehidupan sosial yang melanggengkan sistem hukum rimba.
Semua ini akan berubah pada masa Al-Mahdî, ketika bumi akan mengeluarkan semua simpanannya karena doa Al-Mahdî kepada Allah, sehingga kekayaan dan kemakmuran akan membanjiri dunia. Ini menjadi pembuka jalan untuk membebaskan semua orang Islam dari ketertindasan dan kemiskinan. Pada saat itu, orang tidak akan kekurangan uang karena uang akan berlimpah ruah, sehingga kas negara akan dibagikan kepada orang-orang tanpa dihitung.
Huru-hara dari Timur/Najd
Nabi saw. menyebutkan perselisihan dan konflik yang akan muncul dari kawasan Najd, yaitu wilayah sebelah timur Hijaz. Ibn ‘Umar meriwayatkan: Aku melihat Rasulullah menunjuk ke arah timur lalu berkata, “Lihatlah! Pertikaian akan muncul dari sana, pertikaian akan muncul dari sana. Dari sanalah akan muncul tanduk setan.”
Dalam hadis lain yang sahih, Nabi saw. tidak mendoakan orang-orang Najd ketika beliau diminta mendoakan mereka. Ibn ‘Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. berdoa, “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan Yaman kami!” Mereka berkata, “Ya Rasulullah, juga Najd kami!” Beliau diam tapi kemudian kembali berdoa, “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan Yaman kami!” Mereka berkata, “Ya Rasulullah, juga Najd kami!” Beliau diam dan kembali berdoa, “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan Yaman kami!” Mereka berkata, “Ya Rasulullâh, juga Najd kami!” Beliau kemudian menjawab, “Dari sana akan muncul kehebohan dan pertikaian, dan dari sana akan muncul tanduk setan.” Dalam riwayat lain ada tambahan, “Dan di sana (Najd) terdapat sembilan dari sepuluh kejahatan.” Dalam sebuah hadis serupa, Nabi saw. menyebut Najd dengan masyriq (timur). Nabi saw. bersabda, “Ya Allah, berkati Syam kami dan Yaman kami!” Seseorang berkata, “Dan juga Timur kami, ya Rasulullah!” Nabi saw. mengulang doanya dua kali, dan orang itu juga mengulangi permintaannya dua kali, “Dan juga Timur kami, ya Rasulullah!” Kemudian Nabi berkata, “Dari sana akan muncul tanduk setan. Di sana terdapat sembilan dari sepuluh kekufuran. Di sana berjangkit penyakit yang tidak bisa disembuhkan.” Nabi saw. bersabda: Orang-orang di arah barat akan berada di atas jalan kebenaran hingga datangnya Hari Kiamat.
Dalam bahasa Arab, orang-orang sebelah barat (maghrib), atau orang-orang di arah barat, merujuk pada penduduk Syam dan sekitarnya. Sedangkan orang-orang sebelah timur (masyriq) adalah penduduk Najd dan Irak. Al-Khaththâbî berkata, “Jihat al-masyriq (arah timur) berarti Najd, dan bagi mereka yang ada Madinah, arah Najd (timur) mereka adalah gurun pasir Irak dan wilayah sekitarnya, yang berada di sebelah timur penduduk Madinah.” Itu mencakup kawasan Teluk sekarang ini, yaitu Kuwait, Khobar, Dahran, Riyad, dan sebagainya. Imam al-Nawawî berkata, “Najd adalah wilayah yang terletak antara Jurasy (di Yaman) hingga pinggiran kota Kufah (di Irak), dan di sebelah baratnya adalah Hijaz.” Ibn Hajar juga meriwayatkan bahwa al-Dawûdî berkata, “Najd terletak di arah Irak.” Dalam hadis berikut, Nabi saw. menggunakan kata masyriq (timur) dan Irak secara bergantian. Nabi berkata, “Ya Allah, berkati kami dalam setiap shâ‘ dan mudd kami (maksudnya, dalam setiap takaran)! Berkati kami di Mekah dan Madinah kami! Berkati kami di Syam dan Yaman kami!” Seorang laki-laki berkata, “Ya Nabi, juga Irak kami!” Nabi saw. berkata, “Di Irak akan muncul tanduk setan. Di sana akan muncul pertikaian. Sesungguhnya kasarnya tabiat (al-jafa’) akan muncul di Timur.”
Beberapa contoh hadis di atas menggambarkan bahwa daerah Timur (masyriq), Irak, dan Najd sering kali merupakan sinonim, sebab “timur” bagi seseorang di Madinah (Hijaz) adalah menunjuk arah Najd ataupun Irak. Sebagian orang menerapkan secara keliru hadis-hadis tentang Najd hanya kepada Irak. Itu tidak benar karena Najd pada saat itu tidak hanya mencakup Irak, tetapi juga, pada saat ini, semua yang di sebelah timur Madinah, terutama kawasan di selatan Irak. Di sepanjang sejarah Islam tercatat banyak peristiwa di kawasan tersebut, sejak abad ke-8 dan 9 H hingga zaman modern ini, yang membuktikan kebenaran prediksi Nabi bahwa kawasan itu sarat dengan kerumitan dan konflik.
Api dari Hijaz
Prediksi Nabi sering kali mencengangkan pembaca bukan saja karena keakuratannya, tetapi juga ketepatannya dalam menggambarkan peristiwa yang akan terjadi. Orang yang membaca hadis di bawah ini akan menemukan penggambaran yang sangat jelas namun ringkas tentang peristiwa-peristiwa yang masih melekat dalam benak kita.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Kiamat tidak akan datang hingga api muncul di tanah Hijaz, yang akan menerangi leher-leher unta di Basrah. Bagi mereka yang tinggal di Madinah, timur berarti Najd dan Irak. Bagi mereka yang tinggal di Basrah dan di Irak, barat berarti Najd dan Hijaz. Maka, unta-unta di Basrah akan menjulurkan lehernya untuk melihat api yang datang dari arah Hijaz, arah barat, atau arah yang sama dengan arah Najd. Api yang sangat besar menjadi salah satu bencana dari Najd, mungkin akibat kebakaran pada ladang minyak. Itu juga mengindikasikan adanya konflik hebat di daerah tersebut. Hadis di atas menunjukkan bahwa kebakaran itu akan sangat dahsyat, jauh melebihi kebakaran ladang minyak tahun 1991. Ketika lautan api itu terjadi, tak ada tempat di bumi ini yang luput dari dampak tersebut kecuali Mekah, Madinah, dan Syam. Hadis lain melukiskan konflik besar yang akan melanda kawasan Basrah, dan negeri yang dialiri dua sungai, Tigris dan Efrat. Hadis tersebut secara tepat merujuk pada wilayah Bagdad sekarang, yang telah dibangun oleh Dinasti Abbasiyah pada abad ke-8 oleh Khalifah al-Manshûr.
Abû Bakrah meriwayatkan: Nabi saw. bersabda, “Sebagian umatku akan tinggal di daerah dataran rendah, yang mereka sebut Basrah, di samping sungai yang disebut Dajlah (Tigris) yang di atasnya ada sebuah jembatan. Basrah akan dipadati penduduk, dan ia akan menjadi salah satu kota besar para imigran (atau salah satu ibu kota negara Islam, menurut versi hadis Ibn Yahyâ dari Abû Ma‘mar). Pada akhir zaman, keturunan Qanthûrâ’ akan muncul dengan wajah yang lebar dan bermata sipit, dan singgah di tepi sungai. Penduduk kota kemudian akan terbelah menjadi tiga bagian, salah satunya akan mengikuti hewan ternak (dalam versi lain, unta) dan tinggal di gurun pasir dan kemudian punah, yang lainnya akan mencari perlindungan (dalam versi lain, akan menjadi kufur) dan kemudian binasa, dan yang ketiga akan meletakkan anak-anaknya di belakang mereka dan pergi memerangi para penyerang; mereka yang gugur akan menjadi syuhada, dan yang selamat akan diberi kemenangan oleh Allah.”
Hadis lainnya menggambarkan sebuah kobaran api yang berasal dari Hadramaut, Yaman, yang mengindikasikan bahwa di daerah tersebut juga akan terjadi konflik. Nabi saw. bersabda, “Kobaran api akan muncul dari Hadramaut (atau, dari arah Laut Hadramaut) sebelum Hari Kiamat, yang akan menyebabkan pergerakan manusia secara besar-besaran.” Mereka berkata, “Ya Rasulullah, apa yang baginda perintahkan untuk kami lakukan pada saat seperti itu?” Beliau berkata, “Kalian harus pergi ke Syam.” Ini menunjukkan bahwa wilayah Semenanjung Arab tidak akan aman.
Syam dan Abdâl
Nabi saw. mendorong para sahabatnya untuk pergi ke Syam dan memohon agar Allah memberkati kota itu. Nabi saw. bersabda, “Ya Allah, berkati kami di Syam dan di Yaman!” Nabi saw. bersabda, “Ya Allah, berkati setiap shâ‘ dan mudd kami (yakni, dalam setiap takaran kami)! Berkati kami di Mekah dan Madinah! Berkati kami di Syam dan Yaman!” Nabi saw. bersabda: Pergilah ke Syam karena itulah bumi Allah yang paling baik. Allah memilih manusia terbaik hidup di sana … Jika kalian tidak berniat pergi ke sana, maka pergilah ke Yaman dan minumlah dari aliran sungainya. Allah telah menjamin keamanan Syam dan rakyatnya. Imam al-Nawawî dalam bukunya, Fadhâ’il al-Syâm (Keutamaan Syam), menyebutkan 40 hadis Nabi yang memuji-muji keutamaan Syam. Dalam buku berjudul Keutamaan Tinggal di Negeri Syam, ‘Izz ibn ‘Abd al-Salâm mengatakan bahwa 10.000 sahabat pergi ke Syam karena rekomendasi Nabi saw.
‘Abd Allâh ibn ‘Amr ibn al-‘Âsh meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Akan datang suatu masa ketika semua orang beriman pasti akan pergi ke Syam. Artinya, orang-orang beriman akan meninggalkan semua yang mereka miliki dan berangkat menuju Syam. Nabi saw. bersabda:Sesungguhnya ketika huru-hara dan cobaan akan datang (ketika Dajal muncul), tempat yang aman (bagi keimanan) adalah Syam.
Anti-Kristus akan menguasai seluruh dunia, tetapi ia tidak dapat masuk ke tiga tempat: Mekah, Madinah, dan Syam. Syam dilindungi oleh malaikat, dan di sanalah Hari Kiamat akan digelar. Abû Dzarr meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Negeri Syam merupakan tempat terjadinya Hari Berbangkit dan Hari Pengadilan. Nabi saw. juga bersabda: Kalian akan dibangkitkan, ada yang berjalan kaki dan ada yang berkendaraan. Dan wajah kalian akan ditarik ke sana (dan beliau mengarahkan tangannya ke Syam). Syam adalah tempat terjadinya Hari Kebangkitan, dan merupakan tempat khusus yang aman dan terjaga ketika terjadi kepanikan dan kegemparan di seluruh dunia. Nabi saw. secara khusus menyebutkan berbagai hadis tentang keutamaan Syam, ribuan sahabat yang pindah ke sana, dan para wali Allah yang tinggal di sana, termasuk para penerusnya (abdâl). Kendati tidak ada lagi nabi setelah Muhammad saw., wali yang digambarkan Allah dalam Alquran akan selalu muncul: Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Q 10:62)
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. mengatakan bahwa Allah bersabda dalam sebuah hadis qudsi: Barang siapa memusuhi para wali-Ku, Aku umumkan perang terhadapnya. Hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan ibadah yang telah diwajibkan kepadanya dan bahkan akan lebih dekat lagi kepada-Ku dengan amal-amal sunahnya hingga Aku mencintainya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya, dan jika ia meminta perlindungan, maka Aku akan melindunginya. Allah berfirman: Seandainya Allah tidak menolak keganasan sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. (Q 2:251)
Ketika menjelaskan ayat di atas, Ibn Katsîr menyebutkan bahwa Nabi bersabda: Penerus (abdâl) dalam umat ini adalah 30 orang seperti Ibrâhîm, Kekasih Allah. Setiap kali salah seorang di antara mereka meninggal dunia, Allah akan menempatkan orang lain yang menggantikan kedudukannya.” Versi lain menambahkan, “Karena merekalah bumi berputar, hujan turun, dan kalian meraih kemenangan.” Nabi saw. bersabda: Bumi tak akan pernah kekurangan 40 orang yang setingkat dengan Kekasih Allah [Ibrâhîm], dan melalui mereka inilah manusia menerima hujan dan mendapat pertolongan. Jika salah seorang dari mereka meninggal dunia, Allah akan menggantinya dengan yang lain. Qatâdah berkata, “Kami tidak ragu lagi bahwa al-Hasan adalah salah seorang di antara mereka.” Syurayh ibn ‘Ubayd mengatakan bahwa orang-orang Syam disebutkan di depan ‘Alî ibn Abî Thâlib ketika ia sedang berada di Irak, dan beberapa orang mengatakan kepadanya, “Kutuklah mereka, ya Amirulmukminin.” Ia menjawab: Tidak. Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Para penerus (abdâl) ada di Syam dan mereka berjumlah 40 orang, setiap kali salah seorang di antara mereka meninggal dunia, Allah akan menggantinya dengan yang lain. Melalui mereka Allah menurunkan hujan, memberi kemenangan atas musuh-musuh kita, dan menjauhkan hukuman terhadap orang-orang Syam.”
‘Alî ibn Abî Thâlib meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “Janganlah mengutuk orang-orang Syam, tetapi kutuklah ketidakadilan mereka. Karena, di antara mereka ada para abdâl.” Riwayat lain menyebutkan bahwa ‘Alî ibn Abî Thâlib berkata kepada orang-orang Irak: Janganlah mengutuk orang-orang Syam karena di antara mereka ada banyak abdâl, melainkan kutuklah ketidakadilan mereka. Al-Suyûthî, dalam Ta‘aqqubât ‘alâ al-Mawdhû‘ât, menegaskan bahwa hadis Nabi tentang abdâl adalah sahih, dan kandungan hadisnya bersifat mutawatir (dikenal dan diterima secara luas). Hal ini dipertegas oleh seorang ahli hadis, al-Kattanî, dalam kitabnya, Nazhm al-Mutanâtsir, h. 220–221. Pendapat al-Suyûthî didukung oleh fakta bahwa orang-orang Islam yang saleh dari tiga abad pertama Islam percaya dengan keberadaan para abdâl, dan Ibn Taymiyyah sendiri memasukkan kepercayaan seperti itu ke salah satu rumusan doktrin kepercayaan Islam-nya, al-‘Aqîdah al-Wâsîthiyyah.
Orang-orang Barat Masuk Islam
Nabi saw. memberi sebuah isyarat dalam hadis berikut bahwa pada akhir zaman orang-orang Barat (al-maghrib) akan masuk Islam dalam jumlah besar. Al-Mustawrid al-Qurasyî berkata kepada ‘Amr ibn al-‘Âsh (ketika al-Qurasyî mengunjungi kediamannya), “Saya pernah mendengar Nabi saw. bersabda, ‘(Ketika) datang akhir zaman, orang-orang Romawi akan menjadi mayoritas.’” Ketika ‘Amr ibn al-‘Âsh mendengarnya, ia kaget dan berkata, “Cermati ucapanmu!” Al-Mustawrid al-Quraysî berkata, “Aku mengatakan apa yang aku dengar dari Rasulullah.” ‘Amr ibn al-‘Âsh berkata, “Jika apa yang kamu katakan benar, maka itu bisa dipercaya karena mereka memiliki empat keutamaan. Mereka orang yang paling tenang dan sabar dalam menghadapi percekcokan. Mereka cepat pulih setelah mengalami musibah. Mereka kembali menyerang setelah dipukul mundur. Mereka bersikap baik kepada orang miskin, anak yatim, dan orang lemah. Keutamaan kelima dalam diri mereka adalah bahwa mereka tidak mendukung penindasan penguasa tiran.”
Hadis ini sangat menarik sehingga banyak ulama klasik yang berusaha menafsirkannya karena, hingga belakangan ini, hadis ini belum bisa dipahami dengan baik. Orang-orang Islam tidak terlalu memerhatikan hadis ini meskipun ia terdokumentasikan dengan baik dan bahkan diterima oleh penulis “salafi” belakangan, Nâshir al-Dîn al-Albânî, yang banyak menolak hadis. Al-Albânî mencoba mengurangi hadis sebanyak mungkin, namun ketika ia sedang membenahi” kitab-kitab hadis sahih untuk membersihkannya dari hadis-hadis yang ia anggap palsu, ia tidak bisa menolak kesahihan hadis ini. Ketika hadis ini bisa bertahan, sementara hadis-hadis sahih lainnya ditolak oleh al-Albânî, menunjukkan bahwa hadis ini sangat kuat dan kesahihannya tidak dipertanyakan lagi.
Meskipun terdapat kenyataan bahwa hadis ini diterima oleh semua ulama dan disebutkan dalam Shahîh Muslim, orang-orang Islam mudah sekali melupakannya. Karena nilai penting hadis ini tidak dipahami, kaum muslim pada masa lalu tidak menyadari betapa hadis itu membuktikan dengan gamblang keagungan Nabi saw. Kini, makna hadis itu sudah semakin jelas. Sebelum memasuki pembahasan hadis itu, perlu saya tegaskan bahwa pemaparan ini hanyalah penjelasan atas hadis Nabi tanpa maksud mendukung atau mengkritik rezim politik mana pun.
Al-Qurasyî mengatakan kepada ‘Amr ibn al-‘Âsh bahwa Nabi saw. bersabda, “Orang-orang Rûm akan menjadi kelompok mayoritas.” Pada masa lalu, orang-orang nonmuslim biasa disebut dengan ‘Ajam (untuk orang Persia) atau Rûm (untuk orang Romawi). Semua orang yang berasal dari Eropa atau daerah di luar kawasan Semenanjung Arab akan disebut sebagai orang Rûm. Pada kenyataannya, istilah Rûm memiliki dua makna. Salah satunya adalah orang-orang ahlulkitab, dan dalam kasus khusus ini adalah orang-orang Eropa Timur.
Makna kedua adalah, yaitu makna yang dimaksudkan hadis tersebut, mereka yang berasal dari Konstantinopel (sekarang Istanbul), orang-orang Eropa, dan peradaban Barat secara umum. Nabi saw. berbicara tentang orang-orang Rûm yang akan menjadi kelompok terbesar di akhir zaman. Kini, ada sekitar 1,2 milyar umat Islam, tetapi jumlah seluruh ahlulkitab lebih besar dari itu. Nabi saw. berkata bahwa jumlah orang-orang Rûm akan bertambah besar menjelang datangnya Hari Kiamat. Pernyataan tersebut sangat menyentuh orang-orang Islam, karena hadis tersebut menunjukkan bahwa kiamat sudah semakin dekat.
Nabi saw. juga mengatakan bahwa Islam akan masuk ke setiap rumah di muka bumi. Sehingga, ketika al-Mustawrid al-Qurasyî meriwayatkan hadis bahwa orang-orang Rûm akan menjadi kelompok mayoritas kepada ‘Amr ibn al-‘Âsh, ia sangat kaget dan berkata, “Apa katamu? Hati-hati dengan ucapanmu! Ini bertolak belakang dengan hadis Nabi bahwa Islam akan memasuki setiap rumah.” Al-Qurasyî menjawab, “Aku hanya mengatakan apa yang dikatakan Nabi saw.” ‘Amr ibn al-‘Âsh kemudian menyetujuinya dan melukiskan sifat-sifat baik orang-orang Rûm, yang menunjukkan bahwa mereka orang-orang yang mudah menerima Islam. Mereka orang-orang yang paling tenang dan sabar menghadapi perselisihan dan cobaan. Artinya mereka tetap menjaga kondisi mental mereka dan berusaha mencari penyelesaian terhadap persoalan yang sedang mereka hadapi. Mereka dapat memulihkan diri mereka setelah mendapat musibah, dan segera bangkit seperti sedia kala. Mereka berusaha membuat orang di sekeliling mereka menyadari persoalan yang ada agar dapat diselesaikan bersama.
Mereka menyerang setelah dipukul mundur. Mereka bersikap baik terhadap orang miskin, anak yatim, dan orang yang lemah, dan mereka mendukung misi-misi kemanusiaan di seluruh dunia. Sifat baik mereka yang kelima adalah bahwa mereka tidak akan menyokong para pemimpin yang menindas rakyatnya, artinya mereka membela hak-hak asasi manusia.
Imam al-Bukhârî berkomentar bahwa hadis tentang orang-orang Rûm yang akan menjadi kelompok mayoritas menunjukkan bahwa “di akhir zaman, orang-orang Rûm akan masuk Islam. Karena sifat-sifat baik mereka hanya ditemukan dalam diri orang-orang beriman.” Imam al-Bukhârî mendukung kesimpulan tersebut dalam hadis lainnya, “Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, jika iman itu ada di atas langit, maka orang pertama yang akan mengambilnya adalah orang-orang Romawi dan Persia.” Artinya, orang-orang nonmuslim akan berlari menggapai Islam, bahkan meskipun ia ada di atas langit. Jadi, Nabi saw. telah memprediksikan 1400 tahun yang lalu bahwa orang-orang Barat akan masuk Islam di akhir zaman, dan fenomena inilah yang sedang kita saksikan sekarang. Di tengah berbagai hambatan yang menghalangi mereka, orang-orang Barat masuk ke dalam Islam berkat kasih sayang Allah. Hal itu tidaklah sulit bagi Allah. Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. (Q 28:56)
Islam akan Memasuki Setiap Rumah
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q 30:30)
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam kesucian (fitrah). Kedua orang tuanyalah yang membuat mereka menjadi Kristen, Yahudi, atau Majusi. Nabi saw. tidak mengatakan bahwa orang tua seseorang telah membuatnya menjadi orang Islam, karena setiap orang lahir sebagai muslim. Maka, bayi yang lahir dalam keluarga Islam akan tetap menjadi muslim. Seseorang mungkin dibesarkan oleh orang tuanya dengan keyakinan yang akan menghapus keimanannya, tetapi kondisi jiwa yang bersih sejak lahir, yaitu Islam, tetap ada dalam diri setiap orang dan tidak akan pernah hilang. Para orang tua nonmuslim bisa saja merusak keyakinan-bawaan-sejak-lahir dari seorang anak, tetapi cahaya keimanan dalam hatinya tidak akan pernah bisa dipadamkan, dan bisa menyala kapan saja. Hal ini terbukti dengan ribuan orang dari berbagai latar belakang yang menjadi muslim. Ketika Hari Kiamat mendekat, Allah menurunkan hidayah-Nya untuk menuntun orang-orang nonmuslim kembali kepada keaslian spiritual mereka, dan manusia akan kembali kepada Islam, agama primordial dan sifat alami manusia.
Kenyataan bahwa ayat berikut muncul dalam surah yang namanya diambil dari sebuah bangsa Barat, Rûm, menunjukkan sebuah penegasan tentang kecenderungan orang-orang tersebut terhadap keyakinan Islam, yaitu fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Di samping itu, surah tersebut diawali dengan ungkapan: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah mereka menang. Dan di hari kemenangan bangsa Romawi itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Q 30:1–5)
Ayat-ayat itu diturunkan ketika orang-orang Persia berhasil mengalahkan orang-orang Byzantium, di Syam, atau Syria Raya. Pada saat itu, orang-orang yang beriman mengharapkan kemenangan bagi orang-orang Byzantium, karena mereka tergolong ahlulkitab, atas orang-orang Persia penyembah berhala. Kemudian, prediksi kemenangan orang-orang Romawi terbukti sembilan tahun setelah ayat tersebut turun, dan orang-orang beriman pun bersuka cita. Itu menunjukkan kedekatan orang-orang Islam dengan kaum ahlulkitab daripada kaum penyembah berhala. Oleh karena itu, dari sudut pandang ini tidak sulit memahami pertanda baik bagi orang-orang Rûm, dan kebaikan apa lagi yang lebih besar dari pada petunjuk yang akan menuntun hati mereka kepada Islam, sebagai penegasan kehendak Allah dan penyempurnaan iman mereka. Itulah sebabnya, kita melihat kecenderungan yang besar dari orang-orang Barat terhadap Islam, yang melihatnya sebagai penyempurnaan pesan-pesan dalam Injil dan Taurat. Islam, sebagai agama kebajikan, akan selalu berjuang melawan kejahatan di mana saja. Islam berusaha mencari setiap kesempatan untuk bersimpati kepada orang-orang miskin dan membantu mereka, siapa pun dan di mana pun mereka berada. Pendakwah Islam sejati akan mengejar cinta Allah, dan menyebarkan cinta itu di tengah-tengah manusia. Mereka tidak mengejar kekuasaan atau kedudukan politis. Mereka selalu menampakkan kerendahannya di hadapan Allah, dan bekas-bekasnya tampak pada wajah mereka. Wajah mereka mencerminkan kondisi batin mereka, yaitu kerendahan hati dan ketundukan kepada Sang Pencipta. Allah berfirman: Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (Q 48:28).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa diutusnya Nabi saw. dengan membawa petunjuk dan agama kebenaran untuk semua manusia merupakan bagian dari rencana Allah. Penyebaran Islam yang sangat mencengangkan merupakan bukti kebenarannya dan karakteristiknya yang berjangkauan luas, karena tidak ada yang luput dari pengaruhnya. Menurut tafsir para ulama tentang ayat tersebut, Islam akan menyebar ke seluruh penjuru bumi. Allah juga berfirman:Sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah hanyalah Islam. (Q 3:19)
Agama Allah adalah Islam, sehingga tidak ada orang yang dapat menghalangi penyebarannya kecuali dengan izin-Nya. Allah menjanjikan bahwa Dia akan melindungi agama Islam dan bahwa ia akan terus berdenyut hingga Hari Kiamat:Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q 15:9). Nabi saw. bersabda: Misi besar ini akan mencapai tempat-tempat yang bisa dicapai oleh siang dan malam. Allah tidak akan membiarkan satu pun rumah atau tenda (kota atau tempat terpencil) kecuali Dia akan memasukkan Islam ke dalamnya, mengangkat serta memuliakan mereka dan melemahkan serta merendahkan yang lainnya. Dia akan meninggikan dan memuliakan Islam, dan melemahkan serta merendahkan kekufuran.
Karena malam dan siang muncul di mana-mana, maka Islam juga akan muncul di mana-mana. Allah akan memasukkan Islam ke setiap rumah di setiap tempat di muka bumi. Allah akan meninggikan derajat orang-orang beriman, dan merendahkan derajat para penindas dan pelaku kejahatan. Ketika Namrud menentang Ibrâhîm, Allah mempermalukan Namrud dan memuliakan Ibrâhîm serta memberinya kemenangan. Hal serupa terjadi ketika Fir‘awn menentang Mûsâ. Fir‘awn ditenggelamkan di dasar laut, dan Mûsâ dimenangkan Allah. Ketika para penyembah berhala menentang Nabi Muhammad saw., mereka gagal dan Nabi saw. keluar sebagai pemenang, karena Allah telah berfirman: Kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin. (Q 63:8)
Allah memang menguji orang-orang beriman dengan berbagai kesulitan, tetapi akhirnya kebenaran akan selalu tampil mengalahkan kepalsuan seperti yang dijanjikan Allah dan Nabi-Nya. Apa yang diprediksi Nabi 1400 tahun yang lalu tentang penyebaran Islam kini telah menjadi kenyataan. Islam telah tersebar luas, dan dikenal di seluruh dunia, meskipun selalu ada upaya untuk menghentikan orang untuk masuk Islam. Meskipun jutaan dolar telah dihabiskan untuk menarik orang keluar dari Islam, Islam tetap menjadi agama yang paling cepat berkembang di dunia. Muslim dan nonmuslim kini sedang berupaya mempelajari Islam. Alquran tersedia di berbagai perpustakaan, toko buku, dan di rumah orang-orang nonmuslim. Kitab Suci Islam telah tersebar luas, dan setelah membacanya, banyak orang yang masuk Islam.
Islam juga telah tersebar ke empat penjuru dunia melalui televisi dan siaran satelit global. Berbagai stasiun berita telah membawa Islam masuk ke rumah-rumah di seluruh dunia. Meskipun jaringan tersebut tidak dibangun atas dasar motif menyebarkan agama Islam, kasih Allah memungkinkan hal itu menjadi kenyataan sehingga pesan Islam dapat menembus setiap rumah, yang membuktikan prediksi Nabi saw. Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya. (Q 3:54) Rencana Allah pasti terlaksana, apa pun yang akan diperbuat manusia.
Islam menyebar ke berbagai tempat, dan para pemimpin di negara-negara nonmuslim sekalipun turut membela Islam dan mengakui kenyataan bahwa Islam agama perdamaian dan toleransi. Orang-orang yang hidup seratus tahun yang lalu, atau dua puluh tahun yang lalu tidak akan pernah percaya bahwa Islam akan banyak dibicarakan seperti sekarang ini. Islam merupakan bahan pembicaraan yang sangat aktual di seluruh dunia, bahkan di Kutub Utara orang-orang Eskimo sudah mengenal Islam, sementara mereka yang mengunjungi Kutub Selatan juga akan berbicara tentang Islam. Prediksi Nabi telah terbukti bahwa Islam akan memasuki setiap rumah. Ini hanyalah satu contoh bahwa Nabi saw. semata menyampaikan apa yang Allah wahyukan kepada-Nya. Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (Q 53:3-4)
Hadis juga merupakan wahyu Allah, dan apa yang Allah wahyukan kepada Nabi-Nya untuk seluruh manusia sudah berlalu sejak lama. Betapa agungnya Nabi Muhammad saw. sehingga Allah memuliakannya dengan pengetahuan yang tak tertandingi oleh siapa pun, sebelum atau sesudahnya.
Dajal Anti-Kristus
Seperti halnya semua nabi dan rasul sebelumnya, Nabi Muhammad saw. memprediksi kedatangan Anti-Kristus sebagai salah satu isyarat terakhir datangnya Hari Kiamat. Nabi saw. bersabda: Wahai manusia, tak akan ada huru-hara di muka bumi ini sejak masa Adam yang lebih besar daripada huru-hara Dajal. Sesungguhnya setiap nabi yang dikirim Allah akan memperingatkan umatnya tentang Dajal. Aku adalah nabi terakhir, dan kalian adalah umat terakhir. Nabi Muhammad saw. adalah nabi bagi semua manusia, muslim maupun nonmuslim. Nabi saw. menujukan hadis ini bagi seluruh manusia sehingga beliau berkata, “Wahai manusia!” bukan, “Wahai umat Islam!” atau “Hai orang-orang beriman!” Kemunculan al-Masîh al-Dajjâl (Dajal, Juru Selamat Palsu atau Anti-Kristus) merupakan peristiwa yang menakutkan bagi seluruh manusia di muka bumi, dan peristiwa tersebut akan terjadi pada akhir zaman.
Dia akan merajalela di muka bumi dengan “menyebarkan kerusakan di mana-mana” dan meneror orang-orang beriman serta mengalihkan mereka dari keimanan menuju kekufuran. Seribu empat ratus tahun yang silam, para sahabat sekalipun khawatir dengan kedatangan Dajal. Dajal akan muncul di antara Syam dan Irak, dan beberapa hadis menyebutkan bahwa dia akan muncul di Khurasan, Iran, bergerak cepat dan melintasi seluruh dunia: Al-Nawwâs ibn Sam‘ân meriwayatkan bahwa suatu pagi Rasulullah bercerita tentang Dajal. Beliau terkadang menggambarkannya sebagai hal yang remeh, dan terkadang sebagai hal yang (dampaknya) sangat serius, dan kami merasa seolah-olah ia ada di rerimbunan pohon kurma.
Ketika kami menghadap beliau pada sore hari, dan beliau menyaksikan tanda-tanda kecemasan di wajah kami, beliau berkata, “Ada masalah apa?” Kami menjawab, “Ya Rasulullah, engkau bercerita tentang Dajal tadi pagi. Terkadang engkau menggambarkannya sebagai sosok yang sepele dan terkadang sebagai sosok yang sangat penting, sampai-sampai kami berpikir bahwa ia sudah berada dekat kami di rerimbunan pohon kurma.” Kemudian beliau bersabda, “Aku mencemaskan kalian dalam berbagai hal selain persoalan Dajal.
Jika ia muncul ketika aku berada di tengah-tengah kalian, maka akan beradu argumen dengannya mewakili kalian, namun jika ia muncul dan aku tidak berada di antara kalian, salah seorang di antara kalian harus beradu argumen dengannya atas nama dirinya, dan Allah akan melindungi setiap muslim atas namaku. Sesungguhnya Dajal adalah seorang pemuda dengan rambut dibelit dan salah satu matanya buta. Aku menyerupakannya dengan ‘Abd al-‘Uzzâ ibn Qathan. Jika di antara kalian ada yang sempat bertemu dengannya, maka hendaklah ia membaca ayat pertama surah al-Kahf. Ia akan muncul di antara Syam dan Irak, dan akan menyebarkan kejahatan di mana-mana. Wahai hamba Allah, tetaplah berada di atas jalan kebenaran!” Kami bertanya, “Ya Rasulallah, berapa lama ia akan hidup di dunia?” Beliau menjawab, “Selama empat puluh hari, yang satu hari seperti satu tahun, satu hari seperti satu bulan, satu hari seperti satu minggu, dan hari-hari sisanya seperti hari-hari kalian.”
Kami berkata, “Ya Rasulullah, pada hari yang sama seperti satu tahun, apakah salat sehari sudah cukup bagi kami?” Beliau menjawab, “Tidak, kalian harus memperhitungkan waktunya (dan kemudian melaksanakan salat).” Kami bertanya, “Ya Rasulallah, seberapa cepat ia akan menjelajahi bumi?” Beliau menjawab, “Seperti awan yang ditiup angin. Ia akan mendatangi sebuah bangsa dan mengajaknya (kepada agama yang sesat), dan mereka akan memercayainya dan mengikuti ajakannya. Ia kemudian akan memberi instruksi kepada langit dan kemudian hujan turun membasahi bumi dan menumbuhkan tanaman. Kemudian pada sore harinya, hewan-hewan yang gemuk akan datang kepada mereka dengan punuknya yang tinggi, kantong susu yang penuh berisi, dan panggul yang lebar. Ia kemudian akan datang ke bangsa lain dan mengajak mereka (kepada agamanya yang sesat).
Namun, mereka kemudian menolaknya, dan ia pergi meninggalkan mereka. Lalu mereka ditimpa kekeringan dan tak tersisa lagi kekayaan mereka sedikit pun. Ia kemudian akan berjalan menelusuri tanah yang tandus itu dan berkata, ‘Keluarkan isi perutmu,’ dan isi bumi akan keluar dan berkumpul di depannya seperti sekawanan lebah. Ia kemudian akan memanggil seorang anak muda. Kemudian ia memenggalnya dengan pedang dan memotongnya menjadi dua bagian serta memisahkan kedua potongan tubuh itu di dua tempat terpisah sejauh busur panah dan sasarannya. Ia kemudian akan memanggil kembali anak muda itu yang akan datang ke hadapannya sambil tertawa dengan wajah yang ceria karena bahagia, dan persis pada saat-saat seperti itulah Allah akan mengutus ‘Isâ ibn Maryam, dan beliau akan turun dari menara putih di timur Damaskus dengan mengenakan dua jubah yang dicelup dengan semacam kunyit sambil meletakkan kedua tangannya di sayap dua malaikat.
Ketika ia menundukkan lehernya, butiran keringatnya akan jatuh menetes dari kepalanya, dan ketika ia mengangkatnya kembali, butiran laksana mutiara akan bertebaran keluar dari kepalanya. Setiap orang kafir yang mencium wangi tubuhnya akan mati dan tarikan napasnya akan mencapai jarak sejauh mata memandang. Ia akan mencari Dajal hingga berhasil menangkapnya di gerbang Ludd dan kemudian membunuhnya. Kemudian orang-orang yang dilindungi Allah akan menghadap ‘Îsâ ibn Maryam dan ia akan mengusap wajah mereka dan memberi tahu kedudukan mereka di surga. Ketika itulah Allah akan menurunkan wahyu kepada ‘Îsâ, ‘Aku telah mengutus ke tengah-tengah kalian seorang hamba-Ku yang tidak akan terkalahkan, engkau membawa umatku dengan aman ke bukit Thûr,’ dan Allah kemudian akan mengirim Ya’jûj dan Ma’jûj dan mereka akan turun dari setiap dataran tinggi.
Yang pertama di antara mereka akan melintas Danau Tiberias dan meminum airnya, sementara yang terakhir di antara mereka akan melewatinya dan berkata, ‘Dulu di sana ada air.’ ‘Îsâ dan para sahabatnya akan terkepung di tempat itu (di bukit Thûr, dan mereka akan sangat tertekan) sehingga harga kepala seekor lembu jantan lebih dari seratus dinar, lalu Nabi Allah, ‘Îsâ, dan para sahabatnya akan berdoa kepada Allah, yang akan mengutus bala tentara serangga untuk menyerang mereka (pada bagian leher) dan pada pagi harinya, mereka musnah seperti satu orang saja. Nabi Allah, ‘Îsâ, dan para sahabatnya kemudian akan menuruni lembah dan mereka menemukan bangkai mereka dan bau busuk pada setiap jengkal tanah daratan. Nabi Allah, ‘Îsâ, dan para sahabatnya kemudian kembali memohon perlindungan Allah, yang akan mengutus bala tentara burung yang lehernya mirip dengan unta berpunuk ganda dan akan membawa bangkai mereka dan membuangnya ke tempat yang dikehendaki Allah.
“Lalu Allah akan menurunkan hujan yang akan menyeret semua rumah dari tanah liat atau tenda dari kulit unta dan membersihkan bumi hingga ia tampak seperti cermin. Kemudian bumi akan diperintahkan untuk mengeluarkan buah-buahan dan mengembalikan rahmatnya, sehingga akan tumbuh buah delima yang sangat besar sehingga sekelompok orang bisa memakannya beramai-ramai dan berlindung di balik kulitnya, dan sapi perahan mengeluarkan susu yang berlimpah sehingga sekelompok orang bisa meminumnya beramai-ramai. Unta perahan juga akan mengeluarkan susu yang berlimpah sehingga seluruh anggota suku bisa meminumnya beramai-ramai, dan domba perahan juga akan mengeluarkan susu yang berlimpah sehingga sebuah keluarga bisa meminumnya beramai-ramai. Saat itulah Allah akan mengirimkan hembusan angin lembut yang bahkan akan menyejukkan ketiak setiap orang. Angin sejuk itu akan mengambil nyawa setiap orang beriman, dan yang tertinggal di bumi hanyalah orang-orang jahat yang akan melakukan perzinaan seperti keledai, dan Hari Kiamat akan menimpa mereka.”
Hadis tersebut menyebutkan bahwa Dajal akan berjalan di muka bumi seperti awan yang ditiup angin. Anas meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:Tidak ada tempat yang tidak dimasuki Dajal kecuali Mekah dan Madinah. Ibn ‘Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Aku memperingatkan kalian tentang Dajal, dan setiap nabi yang diutus pasti akan memperingatkan umatnya tentang Dajal. Tak diragukan lagi, Nûh telah memperingatkan umatnya tentang Dajal, tetapi aku akan menceritakan sesuatu tentang Dajal yang tak diceritakan oleh para nabi sebelumku. Kalian harus tahu bahwa dia bermata satu, dan Allah tidak bermata satu. Ubay ibn Ka‘b meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Mata Dajal berwarna hijau seperti kaca. Anas ibn Mâlik meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Tidak ada seorang nabi yang diutus Allah kepada umatnya, kecuali dia pasti memperingatkan mereka tentang pendusta bermata satu. Sesungguhnya ia memang bermata satu, dan sesungguhnya Tuhan kalian tidak bermata satu. Di antara kedua matanya tertulis huruf kâf, fâ’ dan râ’ (kafara, ingkar).
Di kening Dajal tertulis huruf kâf, fâ’, dan râ’. Nabi saw. mengatakan bahwa rangkaian huruf itu akan terlihat hanya oleh orang-orang beriman yang akan dilindungi Allah dari fitnah Dajal. Dajal bukanlah sebuah organisasi yang bernama kafara, bukan pula sebuah komunitas atau negara. Dajal adalah sesosok manusia. Nabi saw. memberi tahu kita bahwa pada akhir zaman akan muncul seorang manusia yang akan menipu semua manusia. Dajal akan menguasai dunia. Maka, orang-orang Islam harus waspada agar hati mereka tidak memendam cinta terhadap dunia sehingga mereka tak akan meninggalkan agama karena rayuan Dajal.
Dia dapat menyembuhkan orang yang sakit dengan mengusapkan tangannya ke tubuh mereka, seperti yang dilakukan ‘Îsâ, tetapi dengan tipuannya itu, Dajal akan menggiring orang ke jalan menuju neraka. Jadi, Dajal adalah juru selamat gadungan, atau Anti-Kristus (al-Masîh al-Dajjâl). Dia akan berpura-pura menjadi juru selamat dan menipu orang dengan mempertontonkan kekuatannya yang menakjubkan. Nabi saw. bersabda: Dajal akan muncul dengan mengenakan pakaian ihram ke perbatasan Madinah. Salah seorang penduduk terbaik Madinah akan menghampirinya dan berkata, “Aku bersumpah bahwa engkau adalah Dajal yang diceritakan oleh Nabi saw.” Dajal kemudian berkata kepada para pengikutnya, “Jika aku bunuh orang ini dan menghidupkannya kembali apakah kalian percaya padaku?” Mereka menjawab, “Ya.” Lalu Dajal membunuh orang itu dan menghidupkannya kembali. Ketika orang itu hidup kembali ia berkata, “Demi Allah, aku yakin bahwa engkau adalah Dajal!” Kemudian Dajal akan membunuhnya.
Dajal akan datang dengan kekuatan setan. Dia akan meneror orang-orang Islam agar mau menjadi pengikutnya, dan mengubah mereka menjadi orang-orang kafir. Dia akan menyembunyikan kebenaran dan menawarkan kebatilan. Nabi saw. mengatakan bahwa Dajal akan memiliki kekuatan untuk menampilkan wujud leluhur seseorang di kepalanya, seperti layar televisi. Leluhur itu akan berkata, “Wahai anakku, orang ini berkata benar. Aku kini ada di surga karena aku orang baik dan aku percaya kepadanya.” Sebenarnya orang itu ada di neraka. Jika ia berkata, “Percayalah kepada orang ini, aku ada di neraka karena aku tidak percaya kepadanya,” orang harus berkata kepada Dajal, “Tidak, ia ada di surga. Ini palsu.” Abû Umâmah al-Bâhilî meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Dajal akan berkata kepada suku badui, “Apakah pendapat kalian jika aku dapat membawa ayah dan ibu kalian hidup kembali? Apakah kalian akan percaya bahwa akulah tuhan kalian?” Orang-orang badui itu akan menjawab, “Ya.” Kemudian dua sosok setan akan muncul menyerupai ayah dan ibu mereka dan berkata, “Wahai anak-anakku, ikutilah dia karena dialah tuhan kalian.”
Apa pun yang diperlihatkan oleh Anti-Kritus selalu bertentangan dengan kebenaran.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Maukah kalian kuceritakan sesuatu tentang Dajal yang tidak diceritakan oleh nabi-nabi sebelumku kepada umatnya? Dajal adalah manusia bermata satu, dan akan membawa sesuatu yang menyerupai surga dan neraka; tetapi apa yang dikatakannya sebagai surga sebenarnya adalah neraka. Aku memperingatkan kepada kalian tentang Dajal, seperti yang diperingatkan Nûh kepada umatnya. Hudzayfah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Aku lebih mengetahui kekuatan yang dimiliki Dajal ketimbang dirinya sendiri. Ia akan memiliki dua sungai yang mengalir. Salah satunya tampak seperti air sebening kristal, dan yang lainnya akan tampak seperti kobaran api. Barang siapa sempat menyaksikannya, pilihlah sungai yang tampak seperti api, lalu tutuplah mata kalian, tundukkan kepala dan minumlah airnya, karena airnya akan terasa dingin. Dajal itu bermata satu, salah satu matanya yang buta akan tertutup oleh sepotong kulit. Di tengah keningnya tertulis kata kâfir dan setiap orang yang beriman akan dapat membacanya sekalipun buta huruf.
Kemunculan Anti-Kristus pasti akan terjadi di akhir zaman. Peristiwa menakutkan itu sedang mendekat, dan pada saat itu hanya tiga kota yang akan selamat: Mekah, Madinah, dan Syam (Damaskus). Jika seseorang ingin menyelamatkan hidupnya, ia harus pergi ke tiga kota itu. ‘Â’isyah meriwayatkan sebuah doa yang dibaca Nabi saw. dalam salatnya: Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur dan dari kekacauan yang dibuat Dajal. Nabi saw. dan para sahabat sangat peduli dengan kemunculan Dajal. Orang-orang Islam dewasa ini harus benar-benar memerhatikan apa yang dijelaskan Nabi saw. tentang Dajal dan memohon perlindungan Allah dari kejahatan hebat ini. Nabi saw. sangat menganjurkan orang-orang Islam agar selalu menjaga kondisi wudu (suci). Nabi saw. sendiri selalu memperbarui wudu ketika hendak memulai salat meskipun beliau belum batal wudunya, karena beliau adalah nûr ‘alâ nûr (cahaya di atas cahaya). Pada Hari Kiamat, cahaya wudu akan memancar dari tubuh orang-orang beriman. Wudu juga akan melindungi kita dari kejahatan setan, seperti yang disebutkan oleh Nabi saw., “Wudu merupakan senjata kaum beriman.”
Setiap kali keimanan seseorang sedang mengalami ujian berat, sangat dianjurkan agar ia selalu menjaga wudu dan segera memperbarui wudu ketika ia batal, agar kejahatan dan setan menjauh darinya. Nabi saw. juga menganjurkan agar membaca ayat-ayat tertentu untuk melindungi diri dari huru-hara Dajal. Abû al-Dardâ’ meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa hapal sepuluh ayat pertama surah al-Kahf (dalam riwayat lain, sepuluh ayat terakhir ), maka ia akan terlindung dari keributan Dajal. Dalam hadis lain yang juga diriwayatkan oleh Abû al-Dardâ’, Nabi saw. bersabda: Jika Dajal menghampiri salah seorang yang hapal sepuluh ayat pertama surah al-Kahf, ia tidak dapat mencelakainya. Dan barang siapa yang hapal ayat-ayat terakhir surah al-Kahf, ia akan bercahaya pada Hari Pembalasan.
Al-Mahdî
Pada zaman sekarang, banyak orang yang tidak percaya dengan kedatangan al-Mahdî al-Muntazhar (Juru Selamat yang Dinanti) di akhir zaman. Bagaimanapun, Nabi saw. telah memprediksi kemunculan al-Mahdî, dan menekankan kepastian kedatangannya kepada para sahabat. Karena ketidaktahuan mereka, sementara orang menegaskan bahwa al-Mahdî adalah konsep kaum Syiah, dan bukan bagian dari konsep keyakinan tradisional Suni. Padahal, kedatangan al-Mahdî merupakan doktrin mapan dalam tradisi Suni dan Syiah, juga sebetulnya semua manusia. Menurut teks-teks keagamaan yang ada, ia adalah pemimpin masa depan bagi orang-orang beriman dan orang-orang baik di seluruh bangsa di dunia. Kedatangan al-Mahdî ditegaskan oleh banyak hadis sahih. Jadi, kaum muslim tak perlu ragu apakah al-Mahdî akan turun atau tidak, tetapi hendaklah menanti dan bersiap-siap menyongsong kedatangannya. Karena tidak memiliki pendidikan agama yang memadai, banyak orang Islam dewasa ini yang tidak tahu banyak atau tidak tahu sama sekali tentang al-Mahdî. Ia orang yang memiliki kekuatan sangat besar, yang muncul menjelang Hari Kiamat. Nabi saw. berkata tentang al-Mahdî: Kalau umur dunia ini hanya tinggal satu hari, Allah akan memperpanjangnya hingga orang itu datang. Ia berasal dari keluargaku, namanya seperti namaku (Muhammad), dan nama ayahnya juga seperti nama ayahku (‘Abd Allâh). Ia akan memenuhi dunia dengan kesetaraan dan keadilan, yang sebelumnya dipenuhi dengan ketidakadilan dan penindasan.”
Hadis sangat sahih sehingga Ibn Taymiyyah dan al-Albânî sekalipun menerimanya. Nabi saw. bersabda bahwa seandainya umur dunia tinggal sehari, Allah akan memperpanjang nya untuk menunggu kedatangan al-Mahdî. Al-Mahdî datang untuk membasmi kejahatan dan menebar kedamaian di seluruh dunia. Orang-orang Islam dan Kristen akan mengetahui hal itu dan bersiap-siap menyambut kembalinya ‘Îsâ, tetapi banyak orang Islam yang tidak menyangka bahwa kedatangannya sudah dekat. Orang-orang Yahudi sedang menantikan Juru Selamat, orang-orang Kristen sedang menantikan ‘Îsâ, sementara orang-orang Islam sedang menantikan al-Mahdî dan ‘Îsâ. Semua agama menggambarkan mereka sebagai manusia penyelamat dunia. Allah berfirman: Dan katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Q 17:81).
Mereka tidak akan menggunakan senapan atau senjata, tetapi akan melancarkan gerakan spiritual dan semua orang beriman akan mengikuti mereka. Pada masa itu, orang-orang kafir akan bersekutu dengan Dajal dan membentuk pasukan setan. Al-Mahdî adalah seorang khalifah bagi semua orang Islam. Dewasa ini, banyak orang yang menyerukan pembentukan kekhalifahan; Nabi saw. juga memperingatkan bahwa sebelum kedatangan al-Mahdî, akan muncul 40 khalifah palsu. Secara teoretis, setiap orang yang menyerukan kekhalifahan memang benar. Tetapi, kebanyakan tidak memahami makna sebenarnya dari “kekhalifahan” dan memandangnya sebagai gerakan politik atau “modernisasi” Islam. Kekhalifahan tidak lain adalah bagi al-Mahdî, yang merupakan salah satu keturunan Nabi dan mendapat dukungan Allah. Umm Salamah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Al-Mahdî berasal dari keluargaku, dari keturunan Fâthimah. ‘Alî ibn Abî Thâlib meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:Al-Mahdî berasal dari ahlulbait. Allah akan mempersiapkannya dalam satu malam.
Ia akan datang dengan tiba-tiba pada akhir zaman.
‘Abd Allâh ibn Mas‘ûd diriwayatkan pernah berkata, “Suatu hari kami sedang bersama Rasulullah, ketika beberapa pemuda dari Bani Hasyim menghampiri beliau. Ketika beliau melihat mereka, matanya basah dengan air mata, dan warna matanya berubah. Aku katakan, ‘Kami terus menyaksikan di wajahmu sesuatu yang tidak engkau sukai.’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya kami adalah ahlulbait, dan Allah telah memilihkan bagi kami kehidupan akhirat. Keluargaku akan tertimpa musibah besar, pengusiran dan penyerangan, setelah kepergianku hingga datang sekelompok orang dari arah timur dengan membawa bendera hitam. Mereka menuntut keadilan, tetapi tidak ada yang menanggapinya. Kemudian mereka berperang dan mereka akan menang. Lalu tuntutan mereka dipenuhi. Tetapi, mereka tidak mau menerimanya hingga hak itu diserahkan kepada seorang laki-laki dari kalangan keluargaku yang akan memenuhi dunia dengan keadilan, yang sebelumnya penuh dengan kebatilan. Barang siapa hidup dalam situasi seperti itu, maka hendaklah ia menemuinya meskipun harus merangkak di dataran yang berselimut salju, karena dialah al-Mahdî.”
Dalam hadis yang luar biasa ini, Nabi saw. memprediksikan apa yang akan menimpa keluarga dan keturunannya. Beliau dengan akurat meramalkan bahwa ahlulbait akan menghadapi cobaan yang sangat hebat: mereka akan dibantai, menghadapi kesulitan besar, dan dikucilkan. Beliau memprediksi bahwa keluarganya akan menjadi pelarian, bersembunyi karena orang-orang hendak membunuh mereka. “Hingga dari arah timur,” dan Nabi saw. menunjuk arah timur, “datang sekelompok orang dengan membawa bendera hitam. Mereka akan menuntut tindakan baik dan keadilan. Mereka tidak akan ditanggapi. Kemudian mereka berperang dan menang. Akhirnya tuntutan mereka dipenuhi, namun saat itu mereka tidak mau menerimanya.” Hadis lainnya mengisyaratkan bahwa bendera hitam yang datang dari arah Khurasan menandai kemunculan al-Mahdî. Khurasan saat ini berada di wilayah Iran, dan beberapa ulama mengatakan bahwa hadis ini mengandung arti bahwa ketika bendera hitam itu muncul dari Asia Tengah, yaitu arah Khurasan, al-Mahdî akan tak lama lagi muncul.
Tsawbân meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Jika kalian bertemu dengannya, pergilah dan bergabunglah dengannya, meskipun jika kalian harus merangkak di atas salju, karena ia khalifah Allah, al-Mahdî. Hadis ini menunjukkan bahwa pengetahuan Nabi menjangkau hingga negeri bercuaca dingin, negeri yang bersalju, yang tak dikenal oleh orang-orang Arab. Hadis itu juga menunjukkan bahwa pesan Islam akan mencapai daerah-daerah yang sangat jauh.
Umm Salamah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Percekcokan akan terjadi setelah wafatnya seorang khalifah. Seorang laki-laki dari Madinah akan datang ke Mekah. Beberapa orang Mekah akan mendatanginya dan membawanya keluar dari kota Mekah secara paksa, kemudian mereka mengemukakan sumpah setia di antara sudut Ka‘bah dan Maqam Ibrahim.
Sejumlah tentara kemudian dikirim dari Syam untuk menghadapi mereka, tetapi tentara tersebut akan disapu habis di gurun pasir antara Mekah dan Madinah. Ketika orang-orang menyaksikan hal itu, abdâl dari Syam dan orang-orang terbaik di Irak akan mendatanginya dan menyatakan janji setia kepadanya di antara sudut Ka‘bah dan Maqam Ibrahim. Kemudian datang seorang laki-laki Quraysy yang pamannya berasal dari suku Kalb. Ia mengirimkan pasukan untuk menghadapi mereka. Mereka (al-Mahdî dan orang-orang beriman) akan menghancurkan pasukan itu dan mengalahkannya, dan ia akan membagikan pampasan perang di antara mereka. Ia akan menegakkan dan melaksanakan sunah Nabi di antara mereka. Islam akan tersebar ke seluruh dunia. Ia akan hidup selama tujuh tahun bersama mereka. Kemudian ia meninggal dan orang-orang Islam akan menyalatinya.”
Abû Sa‘îd al-Khudrî meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Pada akhir zaman akan muncul al-Mahdî. Allah akan memberinya kekuatan atas langit dan hujan, dan bumi akan mengeluarkan tumbuhannya. Ia akan menyebarkan kekayaan sebanyak-banyaknya, binatang ternak akan berkembang biak dengan pesat, dan umat Islam akan bertambah banyak dan mulia. Ia akan hidup selama tujuh atau delapan tahun …” Pada saat itu, Allah akan membuka pintu langit, mengubah gurun pasir menjadi laksana surga bagi al-Mahdî dengan cara memperbanyak curah hujan. Dalam hadis lain, Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Kiamat tidak akan tiba hingga kekayaan sangat berlimpah di tengah-tengah kalian, dan terus mengalir hingga seseorang yang hendak mengeluarkan zakatnya kepada orang yang membutuhkan tidak akan menemukan orang yang mau menerimanya; dan hingga daratan Arab dipenuhi dengan luapan sungai untuk kedua kalinya. Dengan kedatangan al-Mahdî, Allah akan memberikan curahan rahmat-Nya, baik berupa curah hujan yang tinggi atau siraman rohani yang berlimpah.
Lalu, bumi akan mengeluarkan kemampuan maksimalnya dalam menghasilkan tetumbuhan. Beberapa hadis menjelaskan bahwa bumi akan menghasilkan semangka yang sangat kokoh sehingga ia tak lagi berbuah di atas tanah, tetapi menggantung di batang pohon. Al-Mahdî akan menyebarkan uang dalam jumlah yang besar, dan hewan ternak akan berkembang biak dengan pesat. Saat-saat itu akan menjadi zaman keemasan, zaman terbaik umat Islam. Ia akan hidup selama tujuh atau delapan tahun, dan ketika ia meninggal dunia, ‘Îsâ akan menjadi imam untuk menyalati jenazahnya. Ibn Katsîr berkata, “Saya pikir kemunculan al-Mahdî akan terjadi sebelum ‘Îsâ ibn Maryam turun ke bumi seperti yang ditunjukkan dalam hadis berikut.” Nabi saw. berkata: Apa yang hendak kalian lakukan jika ‘Îsâ ibn Maryam datang dan al-Mahdî berada di tengah-tengah kalian (sedang memimpin salat)?
Kembalinya ‘Îsâ ibn Maryam
Turunnya ‘Îsâ ibn Maryam ke bumi dari langit dijelaskan dalam berbagai hadis Nabi. Nawâs ibn Sama‘ân meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Îsâ ibn Maryam akan turun di menara putih di sebelah selatan Damaskus … sambil meletakkan kedua tangannya di sayap dua malaikat. Ketika ia menundukkan lehernya, butiran keringatnya akan jatuh menetes dari kepalanya, dan ketika ia mengangkatnya kembali, butiran laksana mutiara akan bertebaran keluar dari kepalanya. Setiap orang kafir yang mencium wangi tubuhnya akan mati dan tarikan napasnya akan mencapai jarak sejauh mata memandang.”
Nabi saw. menggambarkan turunnya ‘Îsâ di menara putih di sebelah selatan Damaskus. Menara tersebut merupakan bagian dari apa yang kita kenal dengan Masjid al-Umawi. Dari sana, ‘Îsâ, bersama-sama dengan al-Mahdî, akan memimpin orang-orang beriman untuk menghadapi Dajal, Sang Anti-Kristus. Dalam hadis lain, Nabi saw. bersabda:
Orang-orang Islam akan berbaris lurus untuk melaksanakan salat. ‘Îsâ ibn Maryam akan turun dan memimpin salat. Ketika musuh terkutuk, Dajal, melihatnya, ia akan larut seperti garam dalam air. Jika ‘Îsâ membiarkannya, ia akan sepenuhnya larut (dan tewas), tetapi Allah akan membunuhnya melalui tangan ‘Îsâ. Lalu orang-orang akan melihat darah Dajal di ujung tombaknya. Jâbir ibn ‘Abd Allâh meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Îsâ akan turun kepada mereka dan pemimpin mereka (al-Mahdî) akan berkata kepadanya, “Pimpinlah salat kami!” Dan dia akan menjawab, “Tidak. Beberapa orang di antara kalian adalah pemimpin bagi yang lainnya. Dengan cara itu Allah telah memuliakan umat ini.”
Ibn Qayyim menjelaskan dalam Manâr al-Munîf bahwa pemimpin dalam hadis ini adalah al-Mahdî, yang akan meminta ‘Îsâ untuk mengimami salat kaum muslim. ‘Îsâ akan hidup di dunia bukan sebagai nabi, melainkan sebagai pengikut Muhammad. Orang-orang Islam akan memandangnya sebagai pemimpin mereka. Menurut al-Syalabî, al-Mahdî akan memimpin umat Islam dalam salat, dan ‘Îsâ akan memimpin umat Islam berdasarkan syariat. Dalam kitab hadisnya, bab “Turunnya ‘Îsâ ibn Maryam untuk Memerintah berdasarkan Syariat Nabi Muhammad”, Muslim menekankan bahwa ‘Îsâ akan memerintah berdasarkan hukum Islam. Pada kenyataannya, Nabi saw. menjelaskan bahwa ‘Îsâ akan melaksanakan haji, dan dalam perjalanannya ia akan berhenti untuk mengunjungi makam Nabi di Madinah. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya ‘Îsâ ibn Maryam akan diutus sebagai hakim yang bijak dan penguasa yang adil. Dia akan melakukan perjalanan ibadah haji dan datang ke makamku untuk memberi salam, dan aku akan menjawab salamnya.
Allah berfirman: Tidak ada seorangpun dari ahli kitab, kecuali akan beriman kepada ‘Îsâ sebelum kematiannya. Dan di Hari Kiamat nanti, ‘Îsâ akan menjadi saksi terhadap mereka. (Q 4:159). Seperti halnya semua nabi, ‘Îsâ akan turun dengan membawa pesan berupa keharusan tunduk kepada Allah, dan itulah Islam. Ayat tadi menunjukkan bahwa ketika ‘Îsâ kembali ke dunia, ia secara pribadi akan memperbaiki kekeliruan penggambaran dan kesalahan penafsiran tentang dirinya. Ia akan menegaskan pesan sebenarnya yang ia bawa ketika ia menjadi nabi, dan bahwa ia tidak tidak pernah mengklaim sebagai anak Tuhan. Lebih jauh lagi, pada kedatangannya yang kedua, ia akan kembali menegaskan prediksinya pada kedatangannya yang pertama tentang kesaksiannya terhadap nabi akhir zaman, Muhammad saw. Pada kedatangannya yang kedua, banyak orang nonmuslim yang akan menerima ‘Îsâ sebagai hamba Tuhan, seperti yang diyakini oleh seluruh umat Islam. Ibn ‘Abbâs berkata, “Ketika ‘Îsâ turun ke dunia tidak akan tersisa lagi di muka bumi ini … orang yang menyembah tuhan selain Allah, dan semuanya akan percaya kepada ‘Îsâ dan meyakininya sebagai ruh Allah dan firman-Nya, hamba dan utusan-Nya.” Pada hari berbangkit, ‘Îsâ akan memberikan kesaksian bahwa pada kedatangannya yang kedua, para ahlulkitab itu benar-benar beriman kepadanya dan kepada Nabi Muhammad saw. Sebaliknya, ‘Îsâ juga akan bersaksi memberatkan orang-orang yang menolak ajarannya, yang mengubah ajarannya dengan mengatakan bahwa dirinya adalah anak Tuhan, dan yang tidak mengakui Nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir.
‘Îsâ akan memerintah selama 40 tahun, dan bumi akan dipenuhi dengan keadilan dan kebahagiaan. Dalam kitab tafsirnya, Abû Su‘ûd mengatakan, “… pada suatu masa ketika tidak akan ada di bumi kecuali umat yang satu; singa, macan, dan serigala akan hidup berdampingan dengan unta, sapi, dan domba, selama empat puluh tahun. Dan setelah itu ‘Îsâ akan meninggal dunia dan dimakamkan.” Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Îsâ akan tinggal di bumi selama 40 tahun dan kemudian meninggal dunia, dan orang-orang Islam akan menyalati jenazahnya. Sepuluh tahun setelah ‘Îsâ wafat, dunia akan kembali dipenuhi dengan kerusakan sehingga tidak ada lagi orang yang mengucapkan lâ ilâha illâ Allâh, artinya tidak ada lagi penganut tauhid. Ketika ketidakadilan kembali melanda dunia, itulah saat sangat dekatnya Kiamat. Allah akan mengirimkan hembusan angin sepoi-sepoi yang segar lagi semerbak dari surga untuk mengambil jiwa orang-orang beriman.
Binatang dari Perut Bumi
Salah satu tanda akhir zaman yang dijelaskan dalam hadis adalah munculnya “binatang dari perut bumi” (dâbbat al-ardh). Allah menyebutkannya dalam Alquran: Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (Q 27:82). Binatang itu juga disebutkan dalam hadis Nabi. Hudzayfah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan tiba hingga kalian melihat enam tanda: asap, Dajal, binatang dari perut bumi, matahari terbit dari sebelah barat, turunnya ‘Îsâ ibn Maryam, Ya’jûj dan Ma’jûj, dan gempa bumi di tiga tempat, satu di timur, satu di barat, dan satu di Arab yang diakhiri dengan api yang keluar dari Yaman, dan memaksa orang pergi ke tempat pertemuan mereka.”
Ibn Jarîr meriwayatkan dari ‘Alî bahwa ayat Alquran, “bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami,” maksudnya adalah mereka yang diajak bercakap-cakap oleh binatang itu. Ia akan membagi manusia ke dalam dua kelompok, dan akan memberi cap di kening setiap orang dengan label iman atau kufur. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Binatang dari perut bumi akan muncul dengan membawa tongkat Nabi Mûsâ dan cincin Nabi Sulaymân. Barîdah meriwayatkan:Nabi saw. membawaku ke sebuah tempat di gurun pasir dekat Mekah. Tempat itu sangat tandus dan dikelilingi oleh pasir. Nabi kemudian bersabda, “Binatang itu akan muncul dari sini.” Tempat itu merupakan kawasan yang sangat kecil.
Matahari Terbit dari Sebelah Barat
Di antara salah satu tanda akhir zaman adalah bahwa matahari akan terbit dari sebelah barat. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan datang hingga matahari terbit dari sebelah barat. Ketika menyaksikan itu, siapa pun yang hidup di bumi akan beriman, tetapi saat itu adalah waktu ketika, “Tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu” (Q 6:158). Ini telah dijelaskan oleh para ulama, termasuk Ibn Katsîr, bahwa bila saat itu tiba keimanan atau tobat tidak lagi diterima. Pintu keimanan dan pintu tobat akan tertutup dengan munculnya tanda yang sangat dahsyat itu.
Asap akan Menutupi Bumi
Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Q 44:10–11). Pada tahun 1945, para ulama berpikir bahwa ayat tersebut mungkin merujuk pada ledakan bom atom di Hiroshima. Pada saat itu asap berbentuk cendawan menjadi awan asap paling besar yang pernah dilihat manusia, tetapi kini senjata nuklir dapat menghasilkan ledakan yang ribuan kali lebih besar dari itu. Bukan saja senjata itu jauh lebih kuat, tetapi kini telah bermunculan berbagai rudal yang siap diluncurkan untuk membalas serangan, atau bahkan untuk menanggapi alarm palsu. Lebih jauh lagi, ayat ini merujuk bukan saja pada satu ledakan, tetapi pada asap yang nyata (mubîn), dan bisa disaksikan oleh setiap orang di seluruh dunia. Jadi, asap itu tidak hanya terbatas di satu kota atau negara. Asap itu akan menyelimuti seluruh muka bumi, yang mengindikasikan penghancuran massal.
Abû Mâlik al-‘Asy‘arî meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Tuhanmu telah memperingatkan kamu akan tiga hal. Pertama adalah asap yang akan menyebabkan radang selaput lendir pada orang-orang beriman, dan membengkaknya tubuh orang-orang kafir hingga menekan keluar gendang telinga mereka. Kedua adalah binatang dari perut bumi. Ketiga adalah Dajal.
Dalam hadis ini, Nabi saw. mengatakan bahwa pada akhir zaman akan muncul asap di berbagai tempat. Bila seorang yang beriman menghirup asap tersebut, ia akan menderita penyakit semacam flu. Itu menunjukkan bahwa asap tersebut mengandung bahan berbahaya yang akan menimbulkan dampak serius terhadap orang-orang beriman, tetapi tidak sampai membunuh mereka. Nabi saw. tidak mengatakan seorang yang beriman, atau orang beriman di wilayah tertentu, tetapi semua orang beriman di mana pun akan mengeluarkan lendir dari hidungnya dan mengalami gejala semacam flu ketika mereka menghirup asap itu. Ini merupakan petunjuk lain yang disebutkan Nabi saw. tentang penyebaran alami asap itu; sehingga ketika asap itu muncul, ia akan menyelimuti seluruh permukaan bumi. Asap yang keluar dalam jumlah besar itu bisa muncul dari beberapa sumber: asap sulfur beracun dari gunung berapi, asap dari ladang minyak yang terbakar, atau asap dari ledakan nuklir.
Berbeda dengan orang-orang yang beriman, orang-orang kafir akan mengalami bengkak lalu meledak dan mati. Sains modern menunjukkan bahwa dalam suatu luka bakar serius, seperti akibat ledakan nuklir, organ tubuh yang padat, juga darah dan cairan lain, akan mengembang karena tekanan gelombang ledakan. Akibat tekanan yang meninggi ini, organ tubuh yang padat akan mengembang dan menekan organ tubuh yang mengandung cairan (telinga misalnya) hingga meletus seperti yang disebutkan oleh Nabi saw., “mereka akan membengkak hingga menekan gendang telinga.” Fenomena itu tidak disebutkan oleh nabi lain, sehingga dalam hadis ini kita bisa menyaksikan contoh lain dari pengetahuan Nabi yang mengagumkan.
Dengan rahmat Allah, orang-orang beriman akan terhindar dari bencana tersebut. Allah berbuat menurut kehendak-Nya, dan barang siapa yang hendak Dia selamatkan, ia akan selamat. Pada masa Nabi Nûh, seorang perempuan tua tidak ikut dalam perahu Nûh, tetapi ia tidak terkena air bah. Setelah menambatkan perahunya, Nabi Nûh bertanya kepada perempuan tersebut bagaimana ia bisa selamat dari air bah yang membanjiri seluruh muka bumi. Ia menjawab, “Air bah apa? Aku hanya ingat bahwa suatu hari salah satu sapiku kembali dari merumput dengan lumpur di kakinya, dan itu tak pernah terjadi sebelumnya.”
Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa siapa pun yang hendak diselamatkan Allah akan terselamatkan dan tidak ada bahaya yang akan menimpanya. Di kehidupan akhirat kelak, Allah akan menyelamatkan orang yang mengakui keesaan-Nya, yaitu orang yang mengucapkan syahadat: asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh, wa asyhadu anna Muhammad rasûl Allâh. Kasih sayang yang ditunjukkan kepada umat Muhammad merupakan bentuk kecintaan Allah kepada Nabi-Nya, karena ia adalah kekasih-Nya, sehingga umatnya dianugerahi kasih sayang (ummah marhûmah). Karena kecintaan Allah kepada makhluknya yang paling Dia cintai, maka Allah akan memasukkan semua orang yang beriman ke dalam surga. Abû Mûsâ meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:
Umatku merupakan umat yang dicintai Allah. Umatku tidak akan disiksa di akhirat, namun siksaannya di dunia ini adalah berupa cobaan (pertikaian), gempa bumi, dan terbunuh.
Ya’jûj dan Ma’jûj
Hingga apabila ia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzû al-Qarnayn, sesungguhnya Ya’jûj dan Ma’jûj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka.” Dzû al-Qarnayn berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan, agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua puncak bukit itu, berkatalah Dzû al-Qarnayn, “Tiuplah api itu.” Hingga apabila besi itu sudah menjadi merah seperti api, diapun berkata, “Berilah aku tembaga yang mendidih agar kutuangkan ke atas besi panas itu.” Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa pula melubanginya. Dzû al-Qarnayn berkata, “Dinding ini adalah rahmat dari Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhan itu adalah benar.” (Q 18:93–98)
Nabi saw. bersabda bahwa akan datang sebuah masa bakda periode ‘Îsâ ketika tiada lagi perselisihan dan kebencian di muka bumi. Lalu musuh yang sangat kuat, Ya’jûj dan Ma’jûj, akan muncul dan menyebar di muka bumi, sebagaimana disebutkan dalam ayat tadi. Imam al-Suyûthî menggambarkan orang-orang tersebut dalam tafsirnya, al-Durr al-Mantsûr. Mereka bermata sipit dan berambut merah atau kekuning-kuningan. Beberapa di antara mereka memiliki telinga yang begitu lebar sehingga yang satu bisa mereka gunakan sebagai alas dan yang lain sebagai selimut. Mereka memiliki bulu di sekujur tubuh mereka untuk melindungi diri dari suhu yang ekstrem. Tinggi dan lebar tubuh mereka sama. Beberapa di antara mereka berukuran seperti manusia biasa atau lebih kecil tapi lebar tubuhnya sama. Tidak ada yang bisa menghalangi mereka, manusia atau bukit sekalipun. Mereka akan datang dari segala arah dan akan mengambil alih dunia.
Zaynab bint Jahsy, Umulmukminin, meriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi saw. menghampirinya dalam keadaan gemetar karena ketakutan, dan berkata, “Tiada tuhan selain Allah! Kecelakaan bagi orang-orang Arab karena bahaya yang sudah mendekat. Dinding Ya’jûj dan Ma’jûj sudah terbuka sebesar ini,” sambil memperagakan sebuah lingkaran dengan ibu jari dan telunjuknya. Zaynab berkata, “Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa meskipun di antara kita ada orang-orang yang saleh?” Beliau berkata, “Ya, ketika penyimpangan merajalela.”
Seribu empat ratus tahun yang silam, dinding penghalang Ya’jûj dan Ma’jûj hanya terbuka sedikit, dan tubuh Nabi saw. gemetar karena mengkhawatirkan bencana besar yang akan menimpa umatnya akibat serbuan mereka. Orang-orang Islam dewasa ini jauh lebih dekat dengan masa kemunculan Ya’jûj dan Ma’jûj, tetapi mereka tidak peduli dan tidak mengkhawatirkan kedatangannya. Kebanyakan orang Islam hanya duduk, bersantai dan bercengkerama di depan televisi, lupa kepada Allah dan lalai terhadap kehidupan akhirat kelak. Ketidakpedulian itu telah sedemikian dalam sampai-sampai ketika waktu salat tiba, beberapa orang Islam membiarkan televisinya tetap menyala sehingga mereka tidak melewatkan acara yang sedang ditayangkan ketika melaksanakan salat.
Alih-alih berkonsentrasi dalam salat, mereka malah memerhatikan siaran televisi. Di layar televisi, semua jenis penyimpangan moral (khubts) dan kecabulan sengaja ditayangkan, dengan orang berbusana seronok—bahkan dalam berbagai talk show, mereka membanggakan banyak kemesuman yang mereka lakukan. Mereka merasa bangga dengan perilaku amoral semacam itu. Inilah penyimpangan yang menurut prediksi Nabi saw. akan terjadi sebelum kemunculan Ya’jûj dan Ma’jûj. Pada masa Nabi, lubang yang akan dilalui oleh Ya’jûj dan Ma’jûj baru terbuka sedikit, dan dengan merajalelanya perzinaan yang terang-terangan dewasa ini, lubang tersebut akan semakin lebar dan memungkinkan mereka menerobosnya. Perilaku amoral itu merupakan undangan bagi Ya’jûj dan Ma’jûj untuk menguasai manusia.
Dalam Alquran disebutkan bahwa Dzû al-Qarnayn telah membangun sebuah tembok untuk menghalangi Ya’jûj dan Ma’jûj keluar dari tempat mereka. Dalam penjelasannya tentang surah al-Kahf, al-Suyûthî meriwayatkan bahwa dinding itu panjangnya sejauh seratus mil dan tingginya dua ratus lima puluh yard. Dinding itu akan hancur, dan Ya’jûj dan Ma’jûj akan keluar dan menguasai seluruh dunia. Mereka akan meminum semua air di bumi, memakan semua makanan di bumi dan tidak menyisakannya sedikit pun. Ya’jûj dan Ma’jûj kini berada di belakang dinding, dan sedang berusaha menerobosnya setiap hari. Suatu saat mereka akan berkata, “Insya Allah kita akan menerobosnya besok,” dan berkat ungkapan “insya Allah”, mereka berhasil menerobosnya.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Setiap hari Ya’jûj dan Ma’jûj berusaha melubangi dinding yang menghalangi mereka. Ketika mereka bisa melihat sinar matahari melalui lubang itu, pemimpin mereka akan berkata, “Mundur, kita dapat melanjutkannya besok,” dan ketika mereka kembali keesokan harinya, dinding itu menjadi lebih keras ketimbang sebelumnya. Hal itu terus berlangsung hingga tiba waktunya bagi mereka, dan ketika Allah menghendaki mereka keluar menembus dinding itu. Mereka akan melubanginya hingga cahaya matahari menembus dinding itu, kemudian salah satu pemimpinnya berkata, “Mundur, kita dapat melanjutkannya besok, insya Allah.”
Kini, ia menangguhkan pekerjaannya dengan mengucap “insya Allah”, artinya ia menyerahkan urusannya kepada Allah. Mereka akan kembali hari berikutnya dan mendapatkan lubang itu seperti ketika mereka tinggalkan hari sebelumnya. Mereka akan terus melubangi dan keluar menghampiri manusia. Mereka akan meminum semua air yang ada, dan manusia akan bersembunyi di balik benteng-benteng mereka. Ya’jûj dan Ma’jûj akan menembakkan panahnya ke atas langit dan panah itu akan jatuh ke bumi dengan bersimbah darah. Ya’jûj dan Ma’jûj akan berkata, “Kita telah menaklukkan manusia bumi dan mengalahkan mereka yang ada di langit. Kemudian Allah akan mengirimkan bala tentara sejenis cacing yang menyerang tengkuk mereka, dan memusnahkan mereka. Demi Yang jiwaku ada di tangan-Nya, makhluk ganas itu akan tumbang.”
Nabi saw. menyebutkan bahwa ketika Ya’jûj dan Ma’jûj muncul, mereka akan menaklukkan manusia. Pada saat itu ‘Îsâ sudah wafat, (dalam beberapa riwayat, ia masih hidup) dan orang-orang yang beriman akan berlindung di dalam rumah mereka untuk menyelamatkan diri dari serbuan Ya’jûj dan Ma’jûj. Pasukan mereka yang sangat banyak itu akan tiba di dekat Danau Tiberias, dan mereka meminum airnya sampai habis. Ya’jûj dan Ma’jûj jutaan kali lebih kuat dari manusia dan mereka akan bergerak terus. Setelah membantai semua makhluk dan meminum semua air di bumi, ada beberapa orang Islam yang bersembunyi di rumah mereka masing-masing. Ya’jûj dan Ma’jûj akan berkata, “Kita telah menghabisi semua manusia di bumi. Kini kita harus menghabisi mereka yang ada di langit.” Seperti halnya Namrud, mereka akan menghujani langit dengan panah mereka, dan Allah akan membuat mereka menyaksikan panah-panah tersebut jatuh ke tanah dengan berlumuran darah. Mereka kemudian akan berkata, “Kita telah menghabisi mereka yang di langit.” Pertama-tama Ya’jûj dan Ma’jûj akan menghabisi orang-orang Islam lalu mengarahkan serangan mereka ke langit, langsung menantang Tuhan. Serangan fisik semacam itu akan terjadi pada masa depan, namun serangan ideologis telah dimulai. Orang-orang ateis telah menyerang agama, para pemeluk agama, dan bahkan menantang Tuhan secara langsung. Nabi saw. bersabda bahwa pada malam Isra Miraj, beliau diutus kepada Ya’jûj dan Ma’jûj. Aku menyeru mereka untuk masuk Islam dan beriman kepada Allah, tetapi mereka menolak. Mereka akan dimasukkan ke neraka bersama mereka yang tidak beriman dari kalangan anak cucu Adam dan anak cucu iblis.
Pengrusakan Ka‘bah
Setelah kemunculan Ya’jûj dan Ma’jûj, di antara tanda akhir zaman yang disebutkan dalam kitab-kitab hadis sahih adalah pengrusakan Ka‘bah, berikut hiasannya dan penutupnya, kiswah. Ini akan terjadi secara kiasan ataupun secara literal, yang tahap akhirnya adalah pembongkaran Ka‘bah. Ka‘bah merupakan titik sentral kelahiran Islam. Sayangnya, hanya struktur fisik bangunan itulah yang kini masih bertahan saat ini. Semua benda-benda sejarah yang berkaitan dengan Ka‘bah sejak zaman para sahabat dan para tabiin telah dimusnahkan oleh para penganut ideologi Wahhabi. Bahkan, mereka berusaha melenyapkan maqam Ibrâhîm. Aliran Wahhabi juga telah merusak landasan ideologis Islam dan menghancurkan esensi Ka‘bah, yaitu pemahaman dan ajaran otentik agama Islam. Cerita berikut ini merupakan pendahuluan dari penghancuran Ka‘bah yang sebenarnya pada masa mendatang oleh Dzû al-Suwayqatayn, yang akan datang pada akhir zaman. Seseorang dari Ethiopia, bernama Dzû al-Suwayqatayn, yang artinya orang berkaki sangat kurus dan lemah, akan menghancurkan Ka‘bah. Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Dzû al-Suwayqatayn dari Ethiopia akan menghancurkan Ka‘bah.
Nabi saw. menyebutkan gambarannya secara mendetail. Ibn ‘Abbâs mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi saw. bersabda: Seakan-akan aku menyaksikannya sendiri, ia berkulit hitam dan berkaki oval, dan ia akan menghancurkan Ka‘bah dengan batu.
Murka Allah ditimpakan kepada Abrahah ketika ia mencoba menghancurkan Ka‘bah pada masa kakek Nabi. Allah menyebutkan hal ini dalam Alquran: Apakah kamu tidak memerhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah. Bukankah dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat. (Q 105:1–5).
Allah mengirimkan bala tentara burung dari langit yang membawa kerikil panas dari neraka, mirip dengan asteroid atau laser. Sebuah batu besar mungkin saja bisa mematikan seseorang, tetapi sebuah kerikil kecil yang dilemparkan seekor burung tidak akan mematikan seperti itu. Namun, kerikil neraka yang sangat panas membara itu benar-benar memusnahkan tentara Abrahah. Ketika kerikil itu menimpa bumi, kerikil itu segera menghancurkan tentara Abrahah, dan panasnya yang membara melumatkan tubuh mereka. Tentara Abrahah berjumlah ribuan, tetapi tak satupun yang dikuburkan karena benar-benar musnah tanpa bekas. Mereka datang untuk menghancurkan Ka‘bah, namun Allah lebih dulu menghancurkan mereka. Akhirnya, pada akhir zaman, Allah akan mengizinkan terjadinya pengrusakan Ka‘bah.[]
Keasingan Sunah dan Pengikutnya, Islam Mulanya Asing dan Akan Kembali Asing
Pada akhir zaman, orang yang setia pada sunah Nabi akan surut jumlahnya. Sebaliknya, orang yang melanggarnya akan bertambah banyak. ‘Abd Allâh ibn Mas‘ûd meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:Islam muncul sebagai sesuatu yang dirasa asing, dan ia akan kembali dirasa asing seperti awal kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang dirasa asing. Al-Awzâ‘î berkata, “Itu tidak berarti Islam akan punah, tetapi itu berarti Ahlusunah akan kian menghilang hingga di sebuah negeri tersisa seorang saja yang menganutnya.” Dalam pernyataan kaum salaf, kita bisa mendapati banyak pujian terhadap sunah dan penggambaran bahwa sunah akan menjadi sesuatu yang dirasa aneh, dan jumlah para penganutnya akan menyusut hingga tinggal beberapa saja. Itulah mengapa disebutkan bahwa merekalah, “orang-orang saleh yang dikelilingi oleh orang-orang yang kerap berbuat jahat. Orang yang menampik mereka jauh lebih banyak daripada orang yang menaati mereka.” Hadis tadi menunjukkan kecilnya jumlah mereka maupun jumlah orang yang menyambut dan menerima seruan mereka. Kita juga diperingatkan akan besarnya jumlah orang yang menentang dan tidak mau mengikuti seruan mereka.
Orang-orang terasing itu terbagi menjadi dua kelompok: 1) mereka yang membenahi diri ketika orang-orang telah menjadi rusak, dan 2) orang yang memperbaiki sunah yang telah dirusak orang-orang. Kelompok kedualah yang lebih tinggi kedudukannya dan lebih saleh.
Dalam hadis lain, ‘Amr ibn ‘Awf meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Agama (Islam) akan betul-betul menarik diri dan berlindung di Hijaz, persis seperti ular yang kembali untuk berlindung dalam lubangnya. Sesungguhnya, agama benar-benar akan menyendiri di Hijaz persis seperti kambing-gunung yang kembali ke puncak gunung. Agama muncul sebagai sesuatu yang asing, dan akan kembali asing seperti saat pertama ia muncul. Beruntunglah orang-orang yang asing. Merekalah orang yang memperbaiki sunahku yang dirusak orang sesudahku.
Dalam hadis lain disebutkan, “Hari Kiamat tidak akan terjadi hingga keimanan kembali ke peraduannya di Madinah, persis seperti ular yang kembali ke sarangnya dalam lubang.” Al-Qâdhî ‘Iyâdh berkata: Apa yang dikatakan Rasulullah tentang Madinah bukanlah pujian terhadap sepenggal wilayah atau sederet rumah, melainkan pujian terhadap orang-orang di tempat dan di rumah-rumah itu, yang menunjukkan kenyataan bahwa sifat-sifat itu akan tetap mereka miliki, sementara orang lain sudah tidak lagi memiliki sifat-sifat seperti mereka, ketika pengetahuan di angkat ke langit dan hilang selamanya, sehingga manusia akan mengangkat orang bodoh sebagai pemimpin mereka, yang akan menghadapi persoalan dan menjawabnya tanpa pengetahuan. Mereka tersesat dan menyesatkan orang lain. Ibn Abî ‘Uways berkata, “Aku mendengar Mâlik berkata tentang hadis, ‘Islam muncul sebagai sesuatu yang tak lazim dan asing, dan akan kembali seperti awal kemunculannya,’ maksudnya ia akan kembali ke Madinah, yang menjadi tempat asalnya.”
Al-Thabrânî dan yang lainnya meriwayatkan dari Abû ‘Umâmah bahwa Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya segala sesuatu mengalami pasang surut. Dan sesungguhnya kemajuan agama ini (Islam) adalah dari titik di mana kamu diliputi kegelapan dan kejahilan hingga aku diutus ke tengah-tengah kalian. Dan sesungguhnya kemajuan agama ini adalah ketika sebuah suku telah diajari (Islam) oleh anggota keluarganya hingga tak dijumpai di tengah-tengah mereka penjahat kecuali satu atau dua orang saja. Kedua orang itu ditekan dan dilecehkan. Ketika mereka hendak berbicara mereka akan dihambat, ditangkap, dan dihukum. Dan sesungguhnya kemunduran agama ini adalah ketika sebuah suku bertindak kasar terhadap anggotanya hingga tak dijumpai di tengah-tengah mereka orang-orang yang memahami agama (faqîh) kecuali satu atau dua orang saja. Keduanya akan ditekan dan dilecehkan. Jika mereka berbicara dan menyuruh pada kebaikan dan melarang kejahatan, mereka akan dihambat, ditangkap, dan dihukum. Dan mereka tidak akan mendapatkan seorangpun yang mendukung atau menolong mereka dalam kasus tersebut.”
Dan diriwayatkan bahwa ‘Ubâdah ibn al-Shâmit berkata kepada salah seorang sahabatnya: Akan segera tiba suatu masa yang sekiranya kamu masih hidup, kamu akan menyaksikan seseorang yang membaca Alquran dengan bahasa Muhammad saw., mengulang-ulang bacaannya dan melaksanakannya, memerintahkan yang dihalalkannya dan melarang yang diharamkannya. Statusnya kemudian akan direndahkan dan kedudukannya akan diabaikan oleh kalian, dan ia akan dianggap seperti keledai yang sudah mati. Memang benar bahwa seseorang yang beriman akan direndahkan pada akhir zaman karena sikapnya yang dipandang aneh oleh orang-orang yang berperilaku buruk. Semua orang akan membenci dan memaki-makinya karena ia menentang jalan hidup mereka dan menyuruh mereka mengikuti jalan hidupnya, dan juga karena ia memperjuangkan tujuannya dan membuktikan kebenaran jalan dan tujuannya. Abû al-Syaykh al-Ashbahânî meriwayatkan sebuah hadis dengan sanad yang bersambung hingga perawi dari generasi tabiin, al-Hasan al-Bashrî, yang berkata, “Jika seseorang dari generasi pertama Islam dikirim ke tengah-tengah kita sekarang, tentu ia tak akan mengenali hal-hal yang bernuansa Islam selain salat!” Lalu ia berkata: Aku bersumpah demi Allah, seandainya ia harus hidup pada masa-masa penuh kejahatan ini, ia akan menyaksikan seorang pembuat bidah asyik dengan bidahnya, dan seorang pecinta dunia asyik dengan dunianya. Kemudian Allah melindungi dirinya, dan hatinya merindukan jalan yang dilalui para pendahulu yang saleh. Ia pun akan mengikuti jejak mereka dan bertindak sesuai dengan cara yang mereka perbuat. Baginya balasan pahala yang sangat besar.
Ibn al-Mubârak meriwayatkan dari al-Fudhayl dari al-Hasan bahwa ia pernah menyebutkan seseorang yang kaya dan boros, yang memiliki kekuasaan dan telah mengumpulkan kekayaan sambil mengklaim bahwa tak terbatas kekuasaan dan kekayaannya. Lalu ia menyebutkan seorang pembuat bidah yang melancarkan perang terhadap orang-orang muslim dengan pedang terhunus, sambil mengubah makna ayat yang diturunkan Allah tentang kecaman terhadap orang-orang kafir dan pujian terhadap orang-orang beriman. Lalu ia berkata: Demi Allah, sunahmu benar-benar berada di tengah-tengah dua golongan ini: antara golongan yang makmur dan egois, dan golongan yang boros dan bodoh. Maka sabarlah menghadapi kenyataan tersebut, karena sesungguhnya Ahlusunah adalah golongan yang sangat sedikit jumlahnya, yaitu mereka yang tidak termasuk ke dalam golongan yang boros dalam membelanjakan hartanya, dan tidak juga termasuk ke dalam golongan pembuat bidah yang senang mengikuti hawa nafsunya. Tetapi, mereka sabar dalam mengikuti sunah hingga mereka menghadap Penciptanya. Jadi, tetaplah di jalan kalian, insya Allah!”
Lalu ia berkata: Aku bersumpah demi Allah, jika seseorang akan berbuat kejahatan, ia akan mendengar seseorang berseru, “Datanglah kepadaku!” dan seseorang lainnya berseru, “Datanglah kepadaku!” Kemudian ia akan berkata, “Tidak! Aku tidak menginginkan apa-apa melainkan sunah Muhammad saw,” sambil mengejarnya dan melontarkan pertanyaan. Sesungguhnya, orang tersebut akan mendapat balasan pahala yang sangat besar. Jadi tetaplah di jalan tersebut, insya Allah! ‘Abd Allâh ibn Mas‘ûd meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Akan muncul para penguasa atas kalian, yang akan meninggalkan sunah seperti ini, dan beliau menunjuk pangkal jarinya. Jika kalian harus membelakangi penguasa-penguasa itu, mereka akan menimpakan kesulitan dan bencana yang besar. Tak satu pun umat kecuali bahwa hal pertama yang mereka tinggalkan dari agamanya adalah sunah, dan hal terakhir yang tersisa adalah salat, dan jika para penguasa itu tidak malu atau takut kepada orang lain, mereka pasti tidak akan melaksanakan salat.”
Orang Jujur akan Ditolak
Pada akhir zaman, orang yang teguh memegang agama akan disebut sebagai pendusta, dan orang-orang akan memandangnya seolah-olah ia telah mengkhianati Islam.
Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Sebelum Kiamat tiba, akan muncul tahun-tahun penuh penipuan. Ketika itu orang yang jujur akan dicap pendusta, seorang pendusta justru akan dipercaya, dan orang-orang bodoh akan angkat bicara. Orang yang jujur (al-amîn) berarti orang yang memegang teguh ajaran Islam yang otentik, dan tradisi Ahlusunah Waljamaah. Orang bukan saja akan menolak kebenaran dan orang jujur, tetapi mereka akan menaruh kepercayaan dan nasib umat Islam di tangan seorang pendusta, “dan seorang pendusta akan dipercaya.” Orang yang selalu mengkhianati umat Islam justru dipandang sebagai orang yang dapat dipercaya. Itulah salah satu tanda akhir zaman. Dalam hadis lain, Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa: Seorang badui bertanya kepada Nabi saw. tentang waktu datangnya Hari Kiamat. Beliau berkata, “Ketika orang-orang yang dapat dipercaya sudah tidak ada lagi, maka tunggulah kedatangan Hari Kiamat.” Orang badui itu bertanya lagi, “Bagaimana orang-orang jujur itu menghilang?” Nabi saw. menjawab, “Ketika kekuasaan dan kewenangan dipegang oleh orang-orang yang tidak layak, maka tunggulah saat datangnya Kiamat.”
Seperti yang diprediksi Nabi saw., sekarang ini segala sesuatunya serba terbalik. Kondisi psikologis manusia zaman sekarang sudah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan Islam, dan orang jujur sangat sulit dijumpai. Di seluruh penjuru dunia, berbagai kelompok masyarakat Islam telah merusak agamanya sendiri karena mereka memiliki agenda masing-masing. Kelompok atau orang yang mengklaim beriman saling menghina dan menyokong berbagai kebohongan demi penyimpangan mereka. Ungkapan “orang yang jujur akan dicap pendusta (yukhawwan al-amîn)” bisa juga ditafsirkan lain. Al-Amîn adalah salah satu julukan Nabi Muhammad saw., dan salah satu tanda akhir zaman adalah bahwa orang-orang akan menentang Rasulullah saw.Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Hari Kiamat tidak akan datang hingga 30 Dajal (pendusta) muncul, mereka semua berdusta tentang Allah dan Rasul-Nya.
Para pendusta itu adalah dajal-dajal kecil yang akan membuka jalan bagi munculnya al-Masîh al-Dajjâl, Sang Anti-Kristus. Beberapa nonmuslim memang telah mencoba merendahkan Nabi saw., tetapi ketika kaum muslim sendiri, dengan kedok modernisme, Islamisme, atau Wahabisme, berusaha mereduksi ketinggian dan kedudukan Nabi Kekasih Allah, itu benar-benar tak sopan dan termasuk bidah. Mereka tak lagi memberikan penghormatan yang semestinya, sambil mengatakan bahwa beliau hanya sekadar tukang pos yang mengantarkan pesan lalu pergi. Kedudukan Nabi sangat penting dan mendasar dalam Islam. Salat kita tidak akan sah, atau bahkan tidak akan diterima dalam pelukan Islam tanpa menyebutkan nama dan status beliau. Rukun Islam pertama adalah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah rasul-Nya.Al-Sakhâwî berkata: Sebagaimana kalimat syahadat telah menempatkan nama Rasulullah bersebelahan dengan Nama Suci-Nya, dan telah dinyatakan bahwa siapa mematuhi Nabi saw., ia mematuhi Allah, dan siapa mencintai Nabi, ia mencintai Allah, maka dengan cara serupa, Tuhan telah mengaitkan doa kita terhadap Nabi saw. dengan rahmat-Nya kepada kita. Oleh karena itu, seperti yang disebutkan Allah tentang berzikir kepada-Nya:
Ingatlah Aku, maka Aku akan ingat kepadamu (Q 2:152). Allah akan membalas dengan sepuluh salawat terhadap orang yang bersalawat satu kali kepada Rasulullah, seperti yang digambarkan dalam sebuah hadis sahih. ‘Abd Allâh ibn ‘Amr ibn al-‘Âsh meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa bersalawat kepadaku satu kali, Allah akan bersalawat kepadanya sepuluh kali.
Alasan penting lainnya tentang mengapa orang harus mengucapkan salawat kepada Nabi saw. adalah bahwa hal itu ditegaskan dalam hadis: Doa atau permohonan seorang muslim akan menggantung di antara langit dan bumi selama ia belum menyertainya dengan salawat kepada Nabi saw. Berjilid-jilid buku telah ditulis untuk menyanggah klaim kaum Wahabi bahwa Nabi saw. tidak lagi bermanfaat bagi umatnya. Mereka yang berusaha merendahkan Nabi saw. dengan mengklaim bahwa ia hanyalah orang biasa yang pernah hidup, dan sekarang sudah meninggal, berarti telah mengabaikan ijmak ulama Islam, hadis, dan firman Allah: Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Q 3:169). Allah menegaskan bahwa para syuhada tetap hidup setelah mereka meninggalkan kehidupan dunia. Jika seorang syahid biasa dinyatakan tetap hidup, tentulah para nabi juga tetap hidup dan bahkan memperoleh balasan pahala yang lebih besar lagi. Nabi saw. bersabda: Para nabi tetap hidup dan melakukan salat meskipun jasadnya telah terkubur.
Ibn Mas‘ûd meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Kehidupanku merupakan anugerah besar bagimu; kamu mengucapkan salawat kepadaku, salawat itu akan kembali kepadamu. Dan kematianku juga merupakan anugerah yang besar bagimu: perbuatanmu akan ditampakkan di hadapanku, jika menurutku itu baik, aku akan memuji Allah dan jika menurutku itu jelek, maka aku akan meminta ampun kepada Allah atas namamu. Ketika menjelaskan hadis ini, mantan mufti agung Mesir, Syekh Hasanayn Muhammad Makhlûf menulis: Hadis tersebut menunjukkan bahwa Nabi saw. merupakan anugerah besar bagi umatnya selama beliau hidup, karena melalui kehadirannya Allah memelihara umat Islam dari kesesatan, kebingungan, dan perselisihan, dan melalui Nabi saw. Allah memberikan petunjuk pada jalan yang benar kepada manusia; dan setelah Nabi saw. wafat, hubungan kita dengan anugerah kedua tidak terputus, namun terus berlangsung dan menaungi kita. Setiap hari, perbuatan umat Islam diperlihatkan kepada beliau, dan beliau akan memuji Allah bila perbuatan itu baik, dan akan memohon ampunan Allah bila perbuatan itu mengandung dosa kecil, dan memohon agar Dia meringankan siksa bagi para penghuni kubur: dan inilah anugerah terbesar bagi kita. Oleh karena itu, “kehidupan Nabi merupakan anugerah besar bagi umat, dan kematiannya juga merupakan anugerah besar bagi umat.” Lebih jauh lagi, seperti yang telah disebutkan dalam hadis ini, Nabi saw. hidup di alam kubur dengan bentuk kehidupan-transisi (hayâtun barzakhî) yang lebih tinggi dari pada kehidupan-transisi para syuhada yang disebutkan dalam Alquran lebih pada satu tempat. Karakteristik dua jenis kehidupan ini tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah Yang Maha Pemurah, Mahatinggi, lagi Mahaagung. Dia berkuasa atas segala sesuatu. Bahwa Dia menunjukkan perbuatan orang-orang Islam kepada Nabi saw. sebagai bentuk penghormatan kepada beliau dan kepada umatnya merupakan hal yang sepenuhnya rasional, dan disebutkan dalam berbagai hadis. Tak ada alasan untuk membantahnya. Allah memberi petunjuk menuju cahaya-Nya siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah tahu yang terbaik.
Ada sebuah kisah terkenal riwayat al-‘Utbî tentang seorang badui yang meminta wasilah di makam Nabi: Al-‘Utbî mengatakan: Ketika aku sedang duduk di sisi makam Nabi, seorang badui datang dan berkata, “Keselamatan atasmu, ya Rasulullah! Aku telah mendengar firman Allah, “Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang (Q 4:64). Jadi, aku datang kepadamu memohon ampun atas segala dosaku, mengharap wasilahmu dengan Tuhanku.” Lalu ia pun mulai melantunkan puisi:
Wahai manusia terbaik di antara penghuni kubur
yang dari wewangiannya bumi menjadi manis
Andai aku bisa menebus makam yang kau huni
yang penuh dengan kesucian, rahmat, dan kebaikan.
Kemudian ia pergi, lalu aku tertidur dan melihat Nabi saw. dalam mimpiku. Beliau berkata kepadaku, “Hai ‘Utbî, kejarlah orang badui itu dan beri dia kabar baik bahwa Allah telah memaafkannya.”
Alquran diturunkan untuk semua manusia dan untuk semua zaman, dan dalam surah al-Nisâ’ ayat 64, Allah menggugah setiap orang Islam untuk datang kepada Nabi dan memohon wasilahnya sehingga Allah akan memberinya ampunan. Dewasa ini mereka yang tidak mengakui kedudukan Nabi sebagai wasilah dalam kehidupan dunia dan akhirat, atau dengan kata lain mengklaim bahwa beliau tidak punya kemampuan sedikit pun untuk menyaksikan umatnya dari alam kubur, atau menjadi wasilah atas nama mereka, semakin bertambah jumlahnya. Mereka seharusnya memerhatikan peringatan Nabi dalam hadis berikut: ‘Abd al-Rahmân ibn ‘Abd al-Rahmân ibn ‘Abd Allâh ibn Mas‘ûd dari ayahnya, ia mendengar Nabi saw. bersabda, “Barang siapa berdusta atas namaku, maka bersiap-siaplah mengambil tempat duduknya di neraka.”
Khawarij
Aliran Khawarij muncul pada masa tabiin. Mereka kelompok besar yang terdiri atas ribuan muslim, kebanyakan berasal dari para penghapal Alquran dan yang berlebihan dalam ibadah, salat ataupun puasa. Mereka menyatakan bahwa semua sahabat dan orang-orang yang tidak mengikuti mereka sudah keluar dari Islam (murtad), kafir, dan wajib diperangi. Praktik mengafirkan (takfîr) sesama muslim dan mengangkat senjata untuk menghadapi pusat otoritas Islam, yaitu kekhalifahan, merupakan dan akan terus menjadi ciri khas kelompok Khawarij pada masa lalu dan kini. Al-Bukhârî dalam Shahîh-nya menyebutkan orang-orang yang menerapkan ayat-ayat Alquran secara tidak benar, misalnya ayat yang diturunkan mengenai orang-orang kafir, terhadap orang-orang Islam yang berbeda pendapat dengan mereka. Ibn ‘Umar memandang mereka sebagai makhluk Tuhan yang paling buruk, dengan mengatakan: Sesungguhnya mereka memberlakukan ayat yang diturunkan mengenai orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman.
Pada masa sekarang, pemberontakan bersenjata dan praktik mengafirkan orang Islam telah terjadi di wilayah Arab bagian timur laut pada peralihan abad ke-19 seperti yang ditulis oleh para cendekiawan Islam: Istilah Khawarij berlaku bagi kelompok yang bersimpang jalan dengan orang-orang Islam dan menganggap mereka sebagai orang-orang kafir, seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini dengan para pengikut Ibn ‘Abd al-Wahhâb yang muncul di Najd dan menyerang dua tempat suci umat Islam.
Al-Shawî mengatakan: Kelompok Khawarij telah menghapus penafsiran Alquran dan sunah, sehingga mereka menganggap halal membunuh dan merampas harta seorang muslim seperti yang bisa disaksikan pada masa modern ini pada sebuah aliran di Hijaz yang menamakan diri kelompok Wahabi. Kedua kutipan tersebut bukanlah hal baru. Kategorisasi Wahabi sebagai kelompok Khawarij telah menjadi tema dominan yang sering dibicarakan dalam heresiografi (ilmu kebidahan) Suni selama 200 tahun terakhir. Belakangan ini, beberapa ulama mengritik aliran Wahabi atau “salafî” sebagai kelompok yang secara politik tidak benar. Praktik mengafirkan menjadi ciri utama yang bisa dikenali dari kelompok neo-Khawarij pada masa modern ini. Mereka kelompok yang senang menghantam orang-orang Islam dengan tudingan kafir, bidah, syirik, dan haram, tanpa bukti atau pembenaran selain dari hawa nafsu mereka sendiri, dan tanpa memberikan solusi selain dari sikap tertutup dan kekerasan terhadap siapa pun yang berbeda pendapat dengan mereka. Mereka sama sekali tidak ragu-ragu menjatuhkan hukuman mati terhadap orang-orang yang mereka tuduh kafir, sehingga mereka benar-benar telah meremehkan kesucian jiwa dan kehormatan saudara-saudara mereka sendiri. Imam al-Nawawî berkata, “Orang-orang ekstrem merupakan kelompok fanatik yang sudah melampaui batas, dalam ucapan maupun perbuatan,” dan “keras pendirian.”
Melakukan praktik takfîr terhadap sesama muslim merupakan ciri kelompok Khawarij, entah mereka menyebut diri sebagai kelompok “salafi”, Syiah, atau sufi. Adalah sangat menyedihkan melihat orang-orang Islam dewasa ini yang memanggil saudaranya sendiri dengan ucapan, “Hai kafir!” ‘Abd Allâh ibn ‘Umar meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa berkata kepada saudaranya, “Hai orang kafir!” maka salah satunya pasti kafir. Baik itu kalau perkataannya benar, atau kalaupun tidak, maka julukan itu kembali kepada si penuduh. Jika saudaranya itu bukan orang kafir, maka tuduhan itu akan berbalik ke si pengucap. Ironisnya, para Khawarij muda dan para pemimpin mereka sering kali memelihara hubungan baik dengan orang-orang nonmuslim sementara mereka tidak merasa risih menuduh sesama muslim sebagai orang kafir dan musuh mereka. Mereka menyibukkan diri dengan mengecam bahwa orang lain akan masuk neraka, termasuk orang-orang Islam sendiri. Yasîr ibn ‘Amr meriwayatkan bahwa ia bertanya kepada Sahl ibn Hunayf: Apakah kamu mendengar Rasulullah menyebutkan tentang kelompok Khawarij?” Ia menjawab, “Aku mendengar beliau berkata (sambil menunjukkan jarinya ke arah timur) bahwa mereka adalah orang-orang yang membaca Alquran, tetapi bacaannya hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka akan melesat keluar dari agama seperti anak panah yang menembus sasarannya.”
Maksudnya mereka lepas dengan sangat cepat dari agamanya, sehingga mereka tidak memahaminya sama sekali. Gambaran tentang kelompok Khawarij ini (yang muncul pada masa tabiin) dinyatakan juga dalam hadis yang menggambarkan tentang kelompok Khawarij pada akhir zaman. Nabi bersabda: Akan muncul di akhir zaman sekelompok anak muda yang mempunyai mimpi aneh. Mereka akan berbicara dengan kata-kata yang dikutip dari ciptaan Tuhan paling baik (yaitu Alquran dan hadis Nabi). Iman mereka hanya sampai di tenggorokan, dan mereka akan melesat keluar dari agama seperti anak panah yang menembus sasarannya. Nabi saw. mengatakan bahwa pada akhir zaman akan muncul sebuah kelompok anak muda yang memiliki mimpi yang konyol. Penggambaran mereka sebagai orang yang baru tumbuh gigi menunjukkan bahwa mereka masih sangat muda, karena gigi geraham terakhir akan tumbuh sekitar usia 10 hingga 12 tahun, dan empat gigi terakhir pada kedua rahang baru muncul pada usia belasan yang paling akhir. Anak-anak yang masih sangat belia itu dicuci otaknya dengan qawl al-zûr, melalui media, televisi, buku, dan indoktrinasi budaya, nasional, atau keagamaan.
Nabi saw. mengatakan bahwa mereka memiliki impian gila, cita-cita konyol, dan imajinasi khayal (sufahâ’ al-ahlâm), yang artinya mereka memiliki pikiran yang kacau dan tidak berpemahaman. Meskipun kadar intelektualitas mereka rendah, mereka selalu mengutip perkataan Nabi dan ayat-ayat Alquran. Orang kagum dengan perkataan mereka karena mereka mengutip Alquran dan hadis dalam segala hal. Di internet mereka bertingkah seperti ulama, yang sibuk dengan kutipan-kutipan ayat Alquran dan hadis, sebagai sarana untuk menyebarluaskan impian dan aspirasi mereka, seperti pembentukan masyarakat utopis, atau negara Islam versi mereka. Ketika dunia sudah semakin rusak, anak-anak muda yang bodoh ini akan muncul dan berbicara tentang Islam.
Namun, mereka tidak bijak, cerdas, ataupun mukmin yang baik. Nabi saw. menegaskan, “Iman mereka hanya sampai di tenggorokan (maksudnya tak beriman sama sekali), dan mereka melesat keluar dari agama seperti anak panah yang menembus sasarannya.” Inilah yang kita saksikan sekarang. Anak-anak muda itu membaca Alquran dan menyodorkan hadis sebagai bukti mimpi dan angan-angan mereka, tetapi hal tersebut mereka lakukan dengan cara yang keliru, sehingga mereka menerapkan hukum tentang suatu persoalan tanpa pengetahuan yang memadai tentang persoalan itu. Mereka mencampuradukkan berbagai hal menurut selera mereka, asalkan sesuai dengan kepentingan mereka. Bahkan, mereka tidak memiliki latar belakang ilmu-ilmu keislaman sedikit pun, dan mereka menggunakan ayat-ayat Alquran mengenai orang-orang kafir keluar dari konteksnya, dan menerapkannya kepada orang-orang Islam. Seperti yang disebutkan sebelumnya, orang-orang Khawarij tidak terbatas pada masa tertentu, tetapi merupakan karakter yang melekat pada kelompok atau orang yang keluar dari batas-batas agama, dengan menuduh orang Islam sebagai kafir. Inilah metode yang dikembangkan oleh kelompok Khawarij, dulu dan kini, dan kemunculan anak-anak muda Khawarij yang menyesatkan itu telah disinggung 1400 tahun yang lalu oleh Nabi Muhammad saw.
Kelompok Khawarij dewasa ini terdiri dari para pengikut aliran Wahabi atau “Salafi”. Mereka sangat aktif menyebarluaskan kepalsuan ajaran mereka dengan propaganda besar-besaran, melalui ceramah di masjid, internet, televisi, atau penyebarluasan video, koran, buku, majalah, dan brosur. Sementara itu, mereka menekan dan menyembunyikan kebenaran ajaran-ajaran Islam klasik yang menjadi arus utama umat Islam, dan berkomplot untuk membungkam siapa pun yang menentang sikap ekstrem mereka. Mereka mewarisi sikap yang tidak toleran, dan sering kali kekerasan, seperti yang terlihat dari kasus kelompok Khawarij pada masa lalu yang melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Islam dan orang-orang tak berdosa yang tidak sependapat dengan keyakinan mereka, serta melakukan propaganda gelap di berbagai negara padahal mereka tidak punya hak untuk melakukan semacam itu. Anak-anak muda di seluruh dunia dicuci otaknya melalui qawl al-zûr. Mereka menerapkan ayat Alquran dan hadis dengan cara yang keliru, dan selalu mengejar impian mereka yang penuh khayal. Nabi saw. menggambarkan mereka secara tepat, dan meramalkan bahwa mereka akan muncul di akhir zaman. Dan fenomena itu kini tengah terjadi.Hudzayfah meriwayatkan: Nabi saw. menjawab [pertanyaan yang diajukan kepada beliau], “Akan muncul sekelompok orang yang akan membawa orang lain ke jalan yang berbeda dengan jalanku. Kalian akan melihat kebaikan dan keburukan dalam diri mereka.” Aku bertanya, “Akankah keburukan datang kembali setelah kebaikan?” Nabi menjawab, “Beberapa orang akan berdiri dan menyeru di pintu-pintu neraka. Barang siapa mengikuti seruan mereka, mereka akan melemparkannya ke dalam neraka.”
Aku berkata, “Ya Rasulullah, berikanlah kepada kami gambaran mereka.” Beliau berkata, “Mereka memiliki warna kulit yang sama dengan kita, dan berbicara dengan bahasa kita.” Aku bertanya, “Apa yang baginda sarankan untukku sekiranya aku hidup dalam kondisi seperti itu?” Beliau berkata, “Kamu harus bergabung dengan jemaah Islam dan mengikuti pemimpinnya.” Aku bertanya, “Bagaimana jika tidak ada jemaah Islam maupun pemimpin Islam?” Beliau berkata, “Menyingkirlah dari semua aliran yang ada, meskipun jika kamu harus makan akar tanaman hingga kematian menjemputmu dalam kondisi seperti itu.”
Cap “Pembuat Bid'ah”
Nabi saw. menggambarkan suatu masa ketika mereka yang mengikuti sunah akan dicap sebagai “pembuat bidah”. Ibn Mas‘ûd berkata: Apa jadinya jika bidah merajalela dan anak kecil tumbuh dalam kondisi semacam itu, dan orang tua sudah memutih rambutnya, dan urusan kalian atau kepemimpinan akan diserahkan kepada selain orang Arab, hingga ketika seseorang mengikuti sunah, ia akan disebut sebagai “pembuat bidah.” Mereka bertanya, “Ya Abû ‘Abd al-Rahmân, akankah hal itu akan terjadi?” Ia menjawab, Ketika pemimpin kamu semakin banyak, namun orang-orang jujur semakin berkurang, dan jumlah pembaca Alquran bertambah, sedangkan jumlah fukaha akan menurun, dan mereka akan mempelajari (secara intensif) bidang ilmu selain agama. Orang akan bekerja mencari dunia dan meninggalkan kerja untuk akhirat.
Hadis ini merujuk pada suatu masa ketika anak-anak muda akan dibesarkan dalam suasana penuh bidah, dan orang-orang tua telah mengetahuinya. Kini kita menyaksikan berbagai bentuk bidah yang tak terhitung banyaknya, terutama dalam berbagai bentuk ideologi yang membanjiri dunia Islam, dari sekuralisme hingga nasionalisme. Orang-orang yang mengikuti ideologi baru ini akan mengatakan kepada kita bahwa segala peninggalan masa lalu adalah keliru, mundur, dan terbelakang. Pada saat-saat seperti itu, urusan orang-orang Islam (atau kepemimpinan umat Islam) akan diserahkan kepada orang-orang non-Arab. Itu berarti orang-orang asinglah yang mengontrol Dunia Islam. Kita telah menyaksikan hal itu pada masa sekarang, ketika seseorang tiba-tiba muncul dan menjadi penguasa di negeri Islam—biasanya mereka yang tidak punya landasan pengetahuan agama dan hanya berminat terhadap kekuasaan. Pada saat-saat seperti itu, siapa pun yang mengikuti sunah Nabi akan dipandang sebagai penentang ideologi zaman dan akan dinilai sebagai pembuat bidah. Hal tersebut telah diprediksi 1400 tahun yang silam. Dan kini, orang-orang yang hendak melaksanakan ajaran Islam dengan benar sesuai dengan sunah Nabi dicap sebagai pembuat bidah. Itu telah dialami oleh banyak orang. Akan muncul sebuah kelompok di kalangan umat Islam, yang jika mereka tidak suka dengan apa yang Anda lakukan, akan mengatakan, “Itu bidah, haram, syirik, dan kufur!” Kini, jika Anda memasuki masjid, Anda dengan mudah akan mendengar ungkapan semacam itu.
Bertahun-tahun yang lalu, istilah bidah tidak pernah digunakan secara luas dengan cara seperti itu. Tetapi, generasi-generasi baru mengucapkan istilah itu dengan cara yang serampangan, dengan menerapkan istilah itu terhadap semua hal yang menurut mereka salah, karena mereka dibesarkan dengan istilah itu oleh para guru mereka. Mereka melakukan perbuatan yang telah diprediksi Nabi saw. dalam hadis di atas. Pada hakikatnya, itu merupakan salah satu persoalan paling serius yang dihadapi oleh orang-orang Islam pada masa modern ini. Kini, kita jarang sekali menjumpai tiga orang dalam satu tempat yang mengikuti satu pemimpin agama atau pemimpin politik yang sama. Masing-masing mengikuti pemimpinnya sendiri. Jika kita membuka internet, kita akan mendapati para pengikut seorang pemimpin yang menilai pandangan pengikut pemimpin lain, yang dengan agresif menandaskan pandangannya dan menghujat pendapat pihak lain. Setiap orang telah menjadi pemimpin dirinya sendiri, dan tidak mau mengikuti orang lain. Setiap orang mengeluarkan keputusan yang didasarkan pada tujuannya sendiri, bukan berdasarkan pada pemahaman agama.
Pemimpin-pemimpin semacam itu tidak memiliki pengetahuan tentang hadis dan fikih, meski jagoan dalam menghafal Alquran. Dewasa ini, kita menyaksikan orang-orang yang mengirim anak-anak mereka untuk mempelajari Alquran, tetapi seperti yang disinyalir dalam hadis di atas, “jumlah fukaha akan menurun.” Tidak ada lagi kajian tentang ilmu-ilmu keislaman, juga fikih. Tidak ada yang mau mempelajari makna Alquran, pentingnya hadis, dan alasan di balik pewahyuan tiap-tiap ayat, yang semuanya sangat penting untuk mengeluarkan sebuah keputusan hukum. “Mereka akan mempelajari (secara intensif) bidang ilmu selain agama.” Mereka akan mempelajari Alquran, tetapi tidak mempelajari fikih. Seiring dengan itu akan muncul kajian tentang ilmu-ilmu duniawi–yang mempelajari hal-hal di luar agama. Pada masa sahabat dan generasi peradaban Islam berikutnya, termasuk Dinasti Umayyah, Abbasiyah, hingga kerajaan Utsmani, orang-orang Islam sangat gemar mengkaji ilmu-ilmu keislaman. Sekarang semua telah berubah. Sebagai gantinya, mereka sangat bersemangat melakukan kajian terhadap berbagai jenis ilmu pengetahuan sekuler, dan sepenuhnya mengabaikan ilmu pengetahuan agama. “Orang akan bekerja mencari dunia dan meninggalkan kerja untuk akhirat.” Hampir tiada lagi orang yang tertarik dengan masalah akhirat, karena nyaris semua orang terpesona dengan kehidupan dunia beserta kenikmatannya.
Hadis di atas melukiskan kondisi saat ini dengan sangat jelas. Bagi generasi baru, setiap aspek ajaran Islam yang diikuti oleh generasi sebelumnya dipandang sebagai bidah.
Penghancuran Yatsrib
Nabi saw. menyebutkan bahwa salah satu tanda akhir zaman adalah pembangunan Bayt al-Maqdis di Yerusalem dan penghancuran Yatsrib (Madinah). Dari Mu‘âdz ibn Jabal, Nabi saw. berkata (bahwa di antara tanda-tanda akhir zaman adalah), “Pembangunan kembali Bayt al-Maqdis, penghancuran Yatsrib dan penghancuran Yatsrib, munculnya pembantaian dan munculnya pembantaian (pertempuran dahsyat atau pertikaian berdarah), penaklukan Konstantinopel dan penaklukan Konstantinopel, dan kemunculan Dajal.” Lalu Nabi saw. menepuk paha Mu‘âdz sambil berkata, “Sungguh, itu merupakan kebenaran, seperti halnya kenyataan bahwa kamu sedang duduk saat ini.” Kita mungkin akan berpikir bahwa untuk membangun Yerusalem (Quds) berarti membangun gedung-gedung tinggi beserta tampilan peradabannya yang bisa kita saksikan saat ini, dan bahwa di Madinah tidak akan ada “peradaban” semacam itu. Namun, di Madinah telah dibangun gedung-gedung tinggi, pusat-pusat perbelanjaan, hotel-hotel, terowongan-terowongan menuju masjid, dan perluasan masjid. Semua ini tampaknya bertolak belakang dengan hadis yang menyebutkan bahwa Madinah akan hancur.
Ketika kita cermati hadis itu lebih dalam, kita melihat bahwa Nabi saw. tidak menyebutkan bahwa seluruh kota Yerusalem akan dibangun, tetapi Bayt al-Maqdis akan diperbaiki. Quds mencakup seluruh Yerusalem, dan Bayt al-Maqdis adalah kawasan suci tempat Nabi Muhammad saw. naik ke langit dalam rangka Isra dan Miraj. Ucapan Nabi saw. tidak mencakup seluruh bangunan di Yerusalem, seperti yang disebutkan dalam hadis, “pemugaran kembali Bayt al-Maqdis,” yang secara khusus menyebutkan bayt (rumah) untuk menekankan bangunan yang akan dipelihara dan dipugar, termasuk bangunan di sekelilingnya, seperti monumen dan benda-benda sejarah. Kawasan tersebut telah dijaga selama berabad-abad, dan dipelihara dalam bentuknya yang asli. Melalui pengetahuannya yang diberikan oleh Allah, Nabi Muhammad saw. telah melukiskan peristiwa itu 1400 tahun yang lalu. Seperti yang disebutkan terdahulu, situasi Madinah saat ini, dengan bangunan-bangunannya modern, tampak bertolak belakang dengan hadis yang menyebutkan bahwa Madinah akan mengalami penghancuran. Namun, dengan pencermatan yang lebih saksama, kita mengetahui bahwa Nabi saw. secara khusus menyebutkan bahwa Yatsrib, bukan Madinah, akan dirusak. Pernyataan Nabi yang sangat akurat itu mengungkapkan makna yang bisa dipahami dalam konteks modern. Yatsrib adalah kota Nabi tempat munculnya cahaya pengetahuan yang menyinari dunia. Ia merupakan tempat berdirinya pemerintahan Islam yang pertama, dan sumber banyak prestasi para sahabat. Kharâb Yatsrib berarti bahwa peradaban kota tua Madinah (yang dulu dikenal dengan nama Yatsrib) akan rusak. Dampaknya adalah bahwa segala peninggalan klasik dan tradisional dalam Islam akan dihancurkan pada masa-masa sebelum datangnya Kiamat.
Pengrusakan itu dilakukan oleh sekelompok orang yang menyebarkan versi Islam mereka sendiri, yang mendiskreditkan dan meremehkan tradisi-tradisi klasik. Kini, kita menyaksikan kemunculan sekelompok orang yang menentang setiap aspek Islam tradisional, Islam arus utama, yang telah dipelihara oleh umat Islam selama lebih dari 1400 tahun. Kelompok tersebut ingin mengubah seluruh pemahaman keagamaan dengan menawarkan Islam “modernis” mereka. Orang-orang tersebut merupakan kelompok minoritas di tubuh umat Islam. Gagasan-gagasan mereka yang penuh penyimpangan telah disanggah dan ditolak dari berbagai sisi oleh para ulama Islam, seperti yang telah banyak ditulis orang. Tidak ada yang namanya Islam itu dimodernkan, diperbaiki, ataupun dibenahi. Islam adalah agama yang sempurna, sejak pertama kali dibawa oleh Nabi Muhammad saw. hingga Hari Kiamat. Allah berfirman: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan atasmu nikmatku, dan telah Kuridai Islam menjadi agama bagimu. (Q 5:3)
Islam adalah pesan terakhir dan pastilah mampu mengakomodasi semua kehidupan manusia hingga akhir masa. Islam dapat merangkul semua jenis kebudayaan tanpa sedikit pun menambah atau mengurangi makna Islam itu sendiri. Oleh karena itu, tidak ada reformasi, renovasi, penambahan, atau pengurangan dalam Islam. Sementara Islam tidak mengenal reformasi, orang-orang Islam sendiri perlu mereformasi diri sehingga mereka dapat memahami dan melaksanakan Islam dengan benar. Dalam kesempurnaannya, Islam mirip dengan bulan purnama: bulatnya tidak kurang dan tidak lebih. Kharâb Yatsrib disebutkan dua kali dalam hadis di atas. Kali pertama adalah penghancuran peradaban pengetahuan Nabi, yaitu pengrusakan agama dalam bentuk penyimpangan terhadap pesan-pesan Nabi. Mereka yang mengklaim diri sebagai “pembaharu Islam” berusaha menyuguhkan hal-hal baru untuk menggantikan dan menghapus hal-hal klasik dan tradisional dalam Islam. Sejak dari Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb hingga Jamâl al-Dîn al-Afghânî, al-Mawdûdî, Sayyid Quthb, dan yang lainnya, para “modernis” ini berusaha mengubah seluruh tradisi Islam yang diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi saw. di Yatsrib. Aliran Wahabi adalah yang pertama kali mengajukan pemahaman yang sepenuhnya baru tentang Islam, dengan kedok “pemurnian” Islam. Ideologi Wahabi ini telah merusak Islam tradisional atas nama “pemurnian” Islam, seakan-akan semua orang Islam sebelum munculnya Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb telah tersesat. Alih-alih membawa pemurnian, ia justru telah menghancurkan ilmu-ilmu dan praktik keislaman yang telah berakar selama berabad-abad. Semua hal yang telah diwariskan Nabi saw. dan generasi Islam sepeninggal beliau tiba-tiba dicap sebagai bentuk penyembahan berhala (syirik) yang harus dimusnahkan. Orang-orang Islam yang melaksanakan ibadah haji dijejali dengan bahan-bahan bacaan dan propaganda mereka, sehingga para jemaah itu menganggap bahwa keyakinan dan praktik tradisional mereka bertentangan dengan Islam. Sekte Wahabi meragukan tradisi keilmuan yang telah berusia 1400 tahun, dan melontarkan tuduhan kufur, syirik, bidah, dan haram terhadap berbagai praktik dan pemahaman tradisional.
Kerusakan pertama yang menimpa Yatsrib adalah ketika Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb menghancurkan ilmu-ilmu keislaman dengan cara meracuni pemahaman orang-orang Islam terhadap agama mereka. Ungkapan kharâb Yatsrib yang kedua merujuk pada penghancuran fisik terhadap bangunan dan monumen yang berasal dari masa Nabi di Yatsrib, kota Madinah klasik. Di Madinah memang telah terjadi perluasan Masjidil Haram, tetapi kenyataan tersebut tidak bertolak belakang dengan ungkapan “kharâb Yatsrib” karena hadis tersebut merujuk pada kota tua Madinah yang dikenal dengan Yatsrib, dan semua yang mewakilinya. Segala sesuatu yang terkait dengan kehidupan Nabi telah dipelihara oleh orang-orang Islam selama bertahun-tahun, apakah masjid tua, benda-benda sejarah, atau makam rasul, para sahabat, istri, dan anak-anaknya. Meskipun orang-orang Islam selama berabad-abad sepakat bahwa situs-situs tersebut merupakan bagian penting dalam sejarah dan tradisi Islam, semuanya dihancurkan oleh aliran Wahabi dengan menggunakan dalih bahwa “semua itu bukan lagi Islam”. Pemahaman mereka yang dangkal terhadap Islam mengakibatkan penghancuran sejumlah benda peninggalan sejarah dan monumen. Kharâb berarti “penghancuran,” tetapi kata ini juga bermakna peruntuhan.” Memang, kantong-kantong tradisi klasik masih ada, dan hendak dibangun kembali oleh umat Islam, tetapi mereka tidak diperkenankan membangunnya kembali, sehingga yang tersisa hanyalah reruntuhan dan puing-puing bangunan.
Tidak ada lagi orang yang mengetahui lokasi kuburan para sahabat. Di Gunung Uhud dekat Madinah, kita bisa menyaksikan puing-puing bangunan yang awalnya merupakan makam yang dilengkapi dengan kubah dan hiasan-hiasan indah. Dengan makam yang terlihat jelas, bangunan suci itu mengenang para sahabat yang gugur bersama Hamzah di Gunung Uhud. Kini, hanya ada reruntuhan dinding yang diabaikan oleh para pengunjung. Demikian pula halnya, sudah tidak ada lagi bekas-bekas yang menunjukkan makam para syuhada Badar. Juga, tidak ada lagi tanda kuburan istri Nabi, Khadîjah al-Kubrâ di Jannat al-Mu’ala, Mekah. Di Jannat al-Baqî‘ (permakaman yang bersebelahan dengan makam dan Masjid Nabi di Madinah), makam ‘Utsmân, ‘Â’isyah dan sejumlah sahabat telah dipelihara oleh penguasa ‘Utsmani hingga awal abad ke-20, namun jejak-jejaknya kini telah dihilangkan. Itu merupakan pengrusakan fisik terhadap peradaban Islam yang ada sejak Nabi saw. tinggal di Yatsrib. Dengan perlahan-lahan dan diam-diam, para pengikut sekte Wahabi telah melenyapkan semua hal yang terkait dengan Nabi saw. dan Islam tradisional, sehingga saat ini nyaris tak tersisa. Di samping Ka‘bah di Mekah al-Mukarramah terdapat Maqâm Ibrâhîm, yang memuat jejak kaki Nabi Ibrâhîm ketika beliau membangun Ka‘bah. Allah berfirman: Dan ingatlah ketika Kami menjadikan Baitullah sebagai tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian Maqâm Ibrâhîm sebagai tempat salat. (Q 2:125)
Meskipun demikian, otoritas keagamaan Wahabi atau salafi di Mekah pernah mencoba melenyapkan Maqâm Ibrâhim. Itu terjadi pada masa almarhum Syekh Mutawallî al-Sya‘râwî dari Mesir yang memberi tahu Raja Faisal tentang rencana mereka, sehingga raja memerintahkan mereka agar membiarkan Maqâm Ibrâhîm di tempatnya semula. Raja berdiri menentang mereka dalam persoalan serius itu, tetapi banyak kejadian serupa di mana beliau hampir mustahil menahan gelombang pengrusakan terhadap benda-benda peninggalan dan tradisi Islam. Hingga 1960-an, makam ayah Nabi di Madinah ditandai dengan tulisan di dinding sebuah rumah dekat Masjid Nabawi, tetapi tanda itu kini sudah lenyap. Di Masjid Nabawi, semua dinding dan tiang masjid awalnya dihiasi dengan puisi-puisi pujian terhadap Nabi saw. Para pengikut aliran Wahabi kemudian menghilangkan hiasan-hiasan itu, baik dengan mengganti dinding marmer itu, atau menghapusnya hingga tidak terlihat lagi hiasan puisi yang tersisa. Satu-satunya hal yang tidak dapat mereka lenyapkan adalah tulisan di depan mimbar pada mihrab (tempat salat imam) yang berisi pujian kepada Nabi saw. dan 200 nama beliau. Pada tahun 1936, orang-orang Wahabi bahkan berusaha memisahkan Masjid Nabawi dari makam Nabi, tetapi negara-negara Muslim bersatu menentang rencana tersebut dan berhasil menggagalkannya, sebuah keberhasilan yang sangat jarang terjadi.
Di depan gerbang menuju makam Nabi (al-muwâjihâh al-syarîfah), pada awalnya terdapat tulisan: Yâ Allâh! Yâ Muhammad! Pengikut aliran Wahabi kemudian menghapus huruf yâ’ dalam ungkapan Yâ Muhammad, sehingga hanya tersisa huruf alif, Â Muhammad, atau Muhammad saja. Belakangan, mereka melangkah lebih jauh lagi dengan menempatkan kembali huruf yâ’ pada kata Yâ Muhammad, dan juga menambahkan titik di bawah huruf hâ’ sehingga menjadi huruf jim (ﺝ), dan menambahkan dua titik (di bawah huruf mîm) sehingga menjadi huruf yâ’. Dengan begitu, mereka telah mengubah nama Muhammad menjadi Majîd, salah satu asma Allah. Kini, tulisan tersebut menjadi: Yâ Allâh! Yâ Majîd! Persis seperti ketika melenyapkan makam para sahabat dan keluarga Nabi, mereka kini juga telah menghapus nama Nabi dari makamnya sendiri. Ini bertentangan dengan kenyataan bahwa Allah telah memuliakan Nabi saw. dengan menempatkan nama beliau bersanding dengan nama-Nya dalam kalimat syahadat, lâ ilâha illâ Allâh, Muhammad Rasûl Allâh. Khârab Yatsrib yang disebutkan dua kali dalam hadis di atas telah terpenuhi. Pertama, dari segi ideologi oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb dan para pengikutnya. Dan kedua, dengan kerusakan fisik yang terus berlangsung terhadap sisa-sisa Islam tradisional. Pembangunan kembali Bayt al-Maqdis, yang hanya sekali disebut, juga sedang berlangsung. Ungkapan ‘umrân Bayt al-Maqdis berarti pembangunan kembali peninggalan-peninggalan klasik di Yerusalem, sementara ungkapan kharâb Yatsrib berarti penghancuran terhadap cara-cara dan peninggalan klasik di kota Yatsrib.
Penolakan terhadap Hadits
Allah menganugerahi Nabi saw. dengan kemampuan prediksi yang luar biasa untuk menggambarkan situasi yang terjadi kini pada 1400 tahun yang lalu. Beliau dapat menyaksikan orang-orang yang mengklaim hanya mengikuti Alquran dan mengabaikan hadis atau sunah Nabi, yang mencakup seluruh perbuatan dan perkataan beliau serta tindakan dan pendapat orang yang beliau setujui. Abû Râfi‘ meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Kalian akan menemukan orang yang duduk di kursi tinggi yang empuk. Kemudian datang kepada mereka perintah dariku yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu. Mereka berkata, “Kami tidak tahu mengenai hal itu. Kami hanya mengikuti apa yang kami temukan dalam Alquran.”
Nabi saw. menggambarkan mereka yang menolak hadis sebagai orang yang duduk di atas kursi, sebagai kiasan bahwa mereka menganggap kedudukan mereka sangat tinggi. Ketika perintah atau larangan Nabi dikemukakan kepada mereka, mereka akan menolaknya, sambil berkata, “Kami hanya mengikuti Alquran, dan kami tidak tahu atau tidak peduli dengan apa yang dikatakan dalam hadis.” Hari ini, orang-orang semacam itu duduk, sebagaimana yang dilukiskan oleh Nabi saw., sambil mengklaim hanya mengikuti Alquran dan menolak hadis. Orang-orang semacam itu tidak memiliki latar belakang ilmu keislaman, dan mereka bukan ulama sejati. Mereka menduduki posisinya melalui kekuasaan, bukan karena kualitas dan keutamaan mereka, dan kemudian mengklaim diri sebagai wakil umat Islam. Ironisnya, orang-orang yang tidak layak memimpin itu justru ditunjuk sebagai juru bicara orang-orang Islam, meskipun mereka menolak hadis Nabi. Adalah jauh lebih sulit untuk menolak Alquran, karena itu berarti menentang Tuhan secara langsung. Sebagai gantinya, mereka menjatuhkan kedudukan dan kehormatan Nabi saw. agar dapat mendiskreditkan literatur hadis, dengan mengatakan, “Nabi adalah manusia biasa seperti kita. Ia datang, menyampaikan risalahnya, dan setelah itu pergi.” Mereka lupa bahwa Allah menyebut Nabi saw. dengan nada pujian abadi.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (Q 21:107). Lebih jauh lagi, Allah menegaskan bahwa Nabi saw. tidak berbicara atas namanya, dan tidak pernah berbicara menurut selera pemikiran, gagasan, nafsu, keinginannya, apakah keinginan baik maupun buruk.
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya. (Q 53:3–4). Itu berarti bahwa hadis Nabi merupakan wahyu yang diturunkan langsung dari Allah. Atas segala kejadian yang dialaminya selama hidup, Allah mewahyukan kepada beliau apa yang harus ia katakan, apa yang harus ia lakukan dan jelaskan. Al-Miqdâm ibn Ma‘dî Karb meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: Akan datang suatu masa ketika orang akan duduk di kursi tinggi yang empuk, di tengah-tengah orang banyak yang sedang membicarakan salah satu hadisku, dan ia berkata, “Yang ada antara aku dan kalian adalah Kitabullah (Alquran). Apa pun yang diperbolehkan dalam Alquran, akan kami perbolehkan. Apa yang dilarang dalam Alquran, akan kami larang.” [Lalu Nabi saw. bertanya] “Bukankah yang dilarang Nabi juga dilarang Tuhan?”
Orang-orang yang menolak hadis dan mengklaim hanya mengikuti Alquran sebenarnya sama sekali tidak memahami Alquran. Ada banyak bukti yang sangat jelas dalam Alquran sendiri tentang perlunya mengikuti Nabi saw. dan sunahnya. Tidak ada pemisahan antara Alquran dan sunah, karena keduanya saling melengkapi, dan berjalan seiring. Kenyataan tersebut disebutkan dalam berbagai ayat Alquran, termasuk ayat-ayat berikut ini: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (Q 59:7). Hai orang-orang beriman, taatilah Allah, dan taatilah rasul dan ulil amri di antara kalian. (Q 4:59). Dan taatilah Allah dan taatilah Rasul, supaya kamu diberi rahmat. (Q 3:132). Katakanlah, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu,” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q 3:31)
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut nama Allah. (Q 33:21)
Nabi saw. bersabda: Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, selama kalian memegang teguh keduanya, kalian tidak akan pernah tersesatkan: Kitab Allah dan sunah Nabi-Nya. Mereka yang menolak hadis sebenarnya tidak mendalami pengetahuan Islam dari sumber-sumber tradisional yang otentik. Sejak awal perkembangan sejarah Islam, telah terbentuk sistem ijâzah dalam hal belajar dan otorisasi. Sistem tersebut melibatkan pengajaran dari seorang guru yang memberi otoritas kepada muridnya ketika ia berhasil menguasai sebuah bidang tertentu. Seorang guru pada gilirannya dipandang berkompeten oleh gurunya, yang juga telah dipandang berkompeten oleh gurunya, dan demikian seterusnya dalam sebuah rantai yang terhubung hingga kepada salah seorang sahabat yang belajar langsung kepada Nabi saw. Terdapat penekanan yang sangat kuat terhadap keharusan mempunyai seorang guru agama yang mumpuni. Dalam Kanz al-‘Ummâl karya al-Hafizh ibn ‘Alî, ditemukan sebuah hadis, “Ya ‘Umar, agamamu adalah darah dan dagingmu. Perhatikanlah, dari mana kamu mengambil agamamu; ambillah dari mereka yang berada di jalan yang lurus dan janganlah mengambil dari orang yang sesat.” Imam Muslim berkata, “Pengetahuan (tentang diri) yang luar biasa ini merupakan perwujudan agama itu sendiri. Jadi, kalian harus mengetahui dari mana kalian mengambil agama kalian.” Seorang ulama berkata, “Pengetahuan merupakan ruh yang ditiupkan ke dalam hati. Ia bukan filsafat atau dongeng indah yang dituliskan. Maka berhati-hatilah dari mana kalian mengambilnya.”
Mereka yang disebutkan Nabi sebagai orang yang menolak hadis tidak memiliki semacam jalur keilmuan yang terhubung dan terlacak hingga Nabi saw. melalui salah seorang sahabat, dan salah seorang dari empat imam mazhab, yang bisa memberikan lisensi untuk menunjukkan pengetahuan dan kompetensi mereka. Kini, orang-orang Islam telah merusak jalur hubungan itu dengan tidak memelihara rantai periwayatan yang tersambung. Apa yang mereka pelajari sangat meragukan atau mungkin bertentangan dengan pemahaman kesarjanaan Islam selama empat belas abad. Bahkan, ada beberapa orang Islam yang mempelajari Islam di universitas-universitas sekuler dari para profesor nonmuslim yang berargumen bahwa tidak ada hadis yang bisa dipercaya kesahihannya. Orang-orang orientalis ini menolak hadis, dan menyebutnya sebagai bikinan manusia, dan dengan pendapat tersebut mereka telah meracuni pikiran orang-orang Islam. Orang-orang Islam belajar dari mereka dan berpikir bahwa mereka adalah pakar ilmu keislaman. Mereka mulai bertaklid kepada guru mereka itu, dan berkata, “Kami hanya membaca Alquran,” dan mereka sepenuhnya mengabaikan hadis. Allah berfirman:Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q 4:65)
Sepanjang sejarah, orang Islam tak pernah menerima Alquran saja sambil menolak hadis. Sangat membingungkan jika kita melihat beberapa pemimpin Islam dan pengikut mereka yang berkutat dengan dunia internet ternyata menolak hadis. Lima puluh tahun yang lalu, fenomena ini belum terdengar, dan kini ideologi tersebut dapat dijumpai hampir di semua masjid di Barat dan di seluruh dunia. Banyak orang menolak hadis dan sunah Nabi, dan itu baru terjadi pada masa kita sekarang ini. Nabi saw. mengatakan bahwa orang-orang semacam itu akan muncul di akhir zaman, dan kini kita sedang menghadapinya.[]
Post a Comment Blogger Disqus