Interview: Tasawwuf
Mawlana Shaykh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani
Jakarta 28 April 2001
Oleh Ust. Drs. Wafiudin
Mawlana Shaykh Nazim: Bismillah ir-Rahman ir-Rahiim was-salaat was-salaam `ala Rasulih il-Karim wa `ala alihi wa sahbihi ajm`iin. Madad ya Sultan al-awliya. Allah, Allah. Allah Allah.
Kami adalah hamba yang dhoif (lemah). Kami hamba yang lemah. Saya mohon ampunan dari Aziz Allah, saya mohon pertolongan Ilahi. Ya Allah.
Moderator: Shaykh apakah anda siap? Apa anda memerlukan air (minum) lagi?
Mawlana Shaykh Nazim: Bismillah ir-Rahman ir-Rahiim, alhamdulillahi Rabbil `alamiin. Saya selalu siap (siaga).
Moderator: [Introduksi dalam bahasa Arab dan Indonesia]
Mawlana Shaykh Nazim: Bahagia? Berbahagia (atas ulang tahun) Happy birthday. Ya, berbahagia (seperti) sedang ulang tahun kepada saya.
[dilanjutkan introduksi]
Moderator: shaykh yang saya cintai, kami memerlukan penjelasan anda tentang tasawwuf, karena banyak orang tidak tahu bahwa tasawwuf adalah bagian dari Islam, sepertinya Sufism bertentangan dengan syariah, Sufism bertentangan dengan fiqih.
Mawlana Shaykh Nazim: Dari sudut mana itu bertentangan dengan syariah?!
Moderator: Mereka mengatakan bahwa pengajaran Sufi bertentangan dengan syariah.
Mawlana Shaykh Nazim: Apakah mereka melihat bahwa dari penganut Naqshbandi melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariah?
Moderator: Ya, mereka melakukan banyak bid’ah.
Mawlana Shaykh Nazim: Apakah bid’ah.
Moderator: Mereka melakukan terlalu banyak ibadah, terlalu banyak shalat.
Mawlana Shaykh Nazim: Untuk apa kita diciptakan? Allah berfirman "wa maa khalaqta al-jinni wal-ins illa li-ya`buduu." - "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka mengabdi kepada Ku." [51: 56]
Bila kita melakukan ibadah 24 jam (per hari) itu adalah PerintahNya. Dan kamu tahu bahwa pada Perjalanan Malam (peristiwa Isra’ Mi’raj), Allah S.W.T. menawarkan kepada Ummata Muhammad shalat harian 50 kali; namun kemudian dibuat lebih sedikit, lebih sedikit, lebih sedikit, sampai itu hanya lima kali (sehari). Jadi jika kita membuatnya lima puluh kali (sehari), maka itu tidaklah terlalu banyak. Karena itu adalah perintah awal Allah S.W.T., namun karena kelemahan Ummah Sayiddina Muhammad, Allah membuatnya lebih sedikit, lebih sedikit, lebih sedikit dan menjadi hanya lima.
Dan Allah memberi tahu kami, "Aku menerima angka lima mereka, namun Aku tidak memberikan mereka pahala yang kurang. Mereka boleh shalat lima kali, tetapi Aku menganugerahkan mereka pahala sebagaimana bila mereka shalat 50 kali."
Orang dungu itu yang menolak katsiratus shalaat, terlalu banyak shalat, berarti mereka menolak orang tariqat karena melakukan shalat terlalu banyak. Apakah Allah S.W.T. mengeluh kepada orang, bila mereka lebih banyak melakukan ibadah? Siapa itu binatang yang mengatakan bahwa bila seseorang melakukan terlalu banyak shalat dia melakukan bid’ah. Kebodohan macam apa itu ? Orang berkepala persegi itu tidak pernah mengetahui bedanya syariah dari tariqat.
Moderator: Terima kasih kepada anda. Anda memiliki penjelasan yang sangat mengejutkan.
Mawlana Shaykh Nazim: Terima kasih untuk pengertianmu. Tetapi binatang itu, tak akan pernah mencapai pengertian apapun. Saya memanggil mereka itu untuk datang ke hadapan saya dan saya boleh bicara kepada mereka. Siapa yang mereka perdaya? Mereka dapat saja datang kepadaku dan mengatakan apa yang mereka pertanyakan, untuk membuat mereka datang dan belajar. Apakah mereka itu pengikut syaithan atau pengikut Nabi?
Dan ada sebuah hadits "La bid’ati fil-`ibada – tidak ada bid’ah untuk beribadah."
Engkau dapat mengerjakan apapun dibawah nama `ibadah dan itu semua adalah sesuai dengan niat kamu. Apapun yang kita niatkan untuk menjadikan ridha Allah, itu adalah `ibadah. La bid’ati fil-`ibada.
Bid’ah. Orang-orang itu dalam kegelapan. Allah S.W.T. menyebut melalui al Quran, tentang Kristians, dan Dia S.W.T. bersabda, "wa rahbanniyyatunibtada`uha, wa ma ra`ahu haqqa riayatuh." - "Kemudian Kami menjadikan para Utusan Kami untuk mengikuti jejak langkah mereka; dan Kami menjadikan Jesus, anak Maryam, untuk mengikuti, dan menganugerahinya Injil, dan menempatkan cinta-kasih dan belas kasih ke dalam hati para pengikutnya. Tetapi mereka menciptakan monasteri (kependetaan) – Kami tidak memerintahkan itu kepada mereka – (kami hanya memerintahkan) untuk mencari Ridho Allah, dan mereka melaksanakan hal itu dengan cara yang benar. Jadi Kami menganugerahkan pahala bagi mereka yang beriman, namun banyak di antara mereka adalah penghayat kejahatan." [57: 27]
Sebagaimana Allah menerangkan tentang Nasara (Nasrani), mereka mempertahankan (sistem) kependetaan, rahbaniyya, untuk memenjarakan diri mereka sendiri atau untuk memberikan seluruh hidup mereka untuk Allah. Inilah sebuah bid’ah. Allah bersabda, "bahwa rahbaniyya yang dikerjakan Nasara adalah sebuah bid’ah. Namun mereka tidak mempertahankan sungguh-sungguh dalam hal yang mereka lakukan itu, maka saya tidak senang dengan mereka." Itu artinya jika seseorang memberikan dirinya dalam rahbaniyya untuk Allah, dan jika dia mempertahankan kondisi itu secara sempurna, maka Allah akan ridho dengan itu (kondisi itu). Fa ma ra-awha haqqa riayatiha, itu artinya jika mereka memberikan haqq, (dan) mereka lakukan itu secara seksama, maka Allah akan ridho kepada mereka. Namun orang-orang itu tidak memiliki fikiran, tidak memiliki pengertian, mereka jahil, orang-orang yang ashad.
Mereka bangsa Arab, bahasa mereka adalah Arabic, namun mereka (tidak) memahami Kitab Suci Quran. Allah bersabda dalam Kitab Suci Quran, "idh qalat imrati Imran innii ja`altua maa fii batani muhararran." - "Ketika seorang perempuan dari Imran mengatakan : Allahuma ! Sesungguhnya saya bersumpah kepada Mu apa yang berada dalam rahim saya, dipersembahkan (sebagai hamba Mu); maka terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Maha Mengetahui." [3: 35]
Perhatikan, ibu dari Sittna Mariam, Imratu `Imran, ibu Beliau, Allah mengatakan, dengan menirukan kata-kata ibunya itu, "Sesungguhnya saya menyerahkan bayi yang saya kandung dalam rahim saya ini, Ya Rabbi, saya menyerahkan anak itu bagi Mu. Saya tidak membiarkan dia untuk dunia.” Apakah Allah ridha (senang) dengan hal itu atau tidak?
Moderator: ya, Allah senang.
Mawlana Shaykh Nazim: "Wa lama wada`taha. fataqabalah Rabbuha bi-qabulin hasanin." - "Maka ketika dia dilahirkan, dia (ibunya) berkata : Ya Rabbi ! Sesungguhnya saya melahirkan seorang bayi perempuan -- dan Allah sangat mengetahui apa yang (akan) dilahirkan -- dan laki-laki tidaklah seperti perempuan, dan saya beri dia nama Mariam, dan saya memerintahkan dia dan keturunannya ke dalam lindungan Mu dari shaitan yang terkutuk." [QS 3: 36]
Apakah engkau pikir itu adalah perintah Allah? Apakah engkau berpikir demikian? Apakah itu adalah perintah kepada imrati `imran, untuk mengatakan hal yang demikian itu?
Moderator: Bukan, tidak ada perintah dari Allah.
Mawlana Shaykh Nazim : Orang-orang itu mengatakan ini adalah bid’ah, mereka berkata, "Dia tak mungkin mengatakan itu." Namun dia memang mengatakan itu. Dan apa sabda Allah ketika dia melahirkan Mariam? Dia (Allah) bersabda, "fataqabalaha Rabbuha bi-qabulin hasan." - "Maka Tuhannya mengabulkan dia dengan perkenan yang bagus." [3: 37] Meskipun dia tidak diperintah atau dipersilahkan untuk membuat nadhr demikian, persembahan seperti itu, untuk mengatakan "Apapun yang saya kandung akan diperuntukkan bagi Mu Ya Allah." Allah tidak lalu menjawab "Jangan! Jangan lakukan itu." Allah S.W.T. langsung menerima apa yang diniatkan olehnya dan mengatakan, “wa anbataha nabatan hasanan wa kafalaha Zakariyya." - "Dia membuatnya tumbuh dalam kesucian dan keindahan : Kepada pemeliharaan Zakariya dia dibebankan." Dia membuat Zakariya, Shaykh al-Anbiya, untuk memelihara gadis yang dilahirkannya itu.
Itu adalah bid’ah, itu bukan perintah. Dia ibtada`, dia telah membuat bid’ah itu, namun Allah menerimanya. Dan Nabi (s.a.w.) mengatakan, "Man sanna sanna fil-Islam sunnatun hasana, faluh ajruhu wa ajra man `amila bihi." -"Dia yang memulai sebuah praktek yang baik mendapat pahala darinya, dan dari semua yang melakukannya setelah dia, tanpa mengecilkan pahala mereka masing-masing sedikitpun." [Sahih Muslim] Ini adalah kata Nabi (s.a.w.) atau bukan?
Moderator: Ya. Itu sunnah Nabi (s.a.w.).
Mawlana Shaykh Nazim: Tetapi meskipun orang-orang itu adalah bangsa Arab, mereka tidak memiliki pengertian. Jadi bila setiap ibu mempunyai niat seperti itu, dan mengatakan, "Apapun anak yang saya lahirkan, itu adalah untuk Allah, bukan untuk dunia," apakah Allah menerimanya atau akan mengatakan 'Tidak !'"
Moderator: Tentu saja Allah akan menerima. Untuk Allah, tentu saja !
Mawlana Shaykh Nazim: (Jadi) Apa kata orang-orang itu, bahwa pengikut tariqat terlalu banyak melakukan ibadah?
Moderator: Tetapi beberapa dari orang-orang itu mengerti bahasa Arab, bukan?
Mawlana Shaykh Nazim: Mereka hanya mengerti tentang dollar, dollar, dollar, riyal, riyal, riyal, pound, pound, pound, mark, mark, mark, dinar, dinar, dinar, sterling, sterling, sterling. Namun mereka tidak mengatakan (tentang) lira Turkish, tidak lira.
Ini adalah butir penting yang perlu dibuat bagi orang-orang itu. Tanyakan kepada mereka, bila semua wanita mengatakan, "Apa yang ada dalam kandungan saya akan didedikasikan untuk Allah," apakah Allah menerima ataukah menolaknya, apa katamu? Tanyakan kepada orang-orang dungu, berkepala persegi itu. Dan itu bukan lah foot persegi, bukan pula centimeter persegi, bukan square millimeter persegi ?"
[Interrupsi]
Mawlana Shaykh Nazim: Saya harus menyelesaikan kalimat saya, bila tidak saya merusakkan mesin mereka. Ya. Apa yang terjadi kepada Sittna Mariam? Dia tetap memelihara peribadahan dan pengabdiannya kepada Rabb dan dia selalu duduk di dalam mihrab. Dan walinya, Zakariyya mengunjunginya di dalam mihrabnya, mengatakan dan Allah memberi keterangan tentang itu : Inna Allah yarzuqu man yasha`u bi-ghayri hisab.." - "Setiap kali dia memasuki kamarnya untuk menjenguknya, dia mendapatinya telah tercukupi kebutuhannya”. Dia berkata : "Ya Mariam! Dari mana datangnya semua ini kepadamu?" Dia menjawab : "Dari Allah: karena Allah memberikan rizqi kepada siapapun yang dikehendaki Nya tanpa batas."" [3: 37]
Apakah dia duduk-duduk saja dalam mihrab atau tidak? Apakah dia tetap memelihara penghambaannya kepada Tuhannya atau dia pergi kemana-mana. Apakah dia tinggal disitu 24 jam per hari, atau 4 jam? Apakah dia menggunakan waktu bebasnya keluyuran menggunakan baju pendek (mini skirt) dan memperlihatkan (aurat) dirinya, atau dia duduk di mihrab? Dan tak seorangpun dapat melihat mukanya, yang bercahaya terang sekali.
Kita boleh berhenti, itu adalah samudera. Saya memohon mereka untuk tenggelam di dalamnya, mereka orang-orang tak-berpikiran itu.
Moderator : nasihat apa yang anda miliki bagi bangsa Indonesia?
Mawlana Shaykh Nazim: Saya menasihatkan untuk beriman seperti Ahl as-Sunna, Ahl as-Sunna wal Jama`at yang beriman kepada Quran. Saya hanya berbicara dari Kitab Suci al Quran. Saya hanya berbicara dari Kitab Suci al Quran, agar supaya lidah mereka (orang-orang dungu itu) terpotong (tak dapat membantah).
Alhamdulillah, Presiden, Yang Mulia Presiden Indonesia, mengambil ba’iyat untuk menjadi Naqshbandi, dan segera seluruh negeri akan semua menjadi Naqshbandi, meskipun terdapat semua orang dungu itu, mereka yang jahil.
Selesai 27 menit, begitu cepat selesainya?
Moderator: OK cukuplah untuk hari ini.
Mawlana Shaykh Nazim: OK jika (disebut) cukup, ya cukup. Untuk kesempatan lain saya mempersiapkan meriam besar.
Hidangkan bagi beberapa orang ini untuk diminum, teh atau kopi. Mereka bukanlah sedang mengunjungi makam (kuburan, yang tidak ada suguhannya). Berikan pada mereka sesuatu untuk diminum. Mereka sangat antusias untuk datang.
OK Ustadz? Apakah betul yang saya katakan? Kita memiliki, hujjatun qati`a. Mereka hanya memiliki hujjatun da'iba.
Wa min Allah at Tawfiq
Post a Comment Blogger Disqus