Mursyid ke-32
Syaikh Ismail ash-Shirwani qs
“Aku berbincang tentang diriku, bagi mereka yang mendengar ucapanku: ‘perhatikan bagaimana dia membual!’ bagaimana aku bisa membandingkan yang Nyata dengan yang tidak nyata,
ketika satu tetes, satu atom-Nya mengisi dua dunia? satu bagian merupakan bagian dari semua, dan semua ada disini dalam Dia dua dunia hilang Ruh dan yang dia percepat
Ada matahari disini, kilaunya juga siapakah yang pernah melihat kilau matahari berpisah dari Matahari? sufi sepenuhnya disana, hanya jejaknya ada disini. dan jejak tersebut tidak pernah berpisah dari semua”
(Al Ansari al-Harawi, Munajat)
ketika satu tetes, satu atom-Nya mengisi dua dunia? satu bagian merupakan bagian dari semua, dan semua ada disini dalam Dia dua dunia hilang Ruh dan yang dia percepat
Ada matahari disini, kilaunya juga siapakah yang pernah melihat kilau matahari berpisah dari Matahari? sufi sepenuhnya disana, hanya jejaknya ada disini. dan jejak tersebut tidak pernah berpisah dari semua”
(Al Ansari al-Harawi, Munajat)
Syaikh Isma`il ash-Shirwani adalah orang yang membawa tariqat Naqshbandi ke Daghestan. Beliau menyerukan jihad melawan penjajahan Rusia yang sangat kejam dan menghidupkan agama Islam kembali di negri ini setelah sekian lama dibasmi. Beliau lahir pada hari Selasa, 7 Dzul Qaidah 1201H/1787 M di Kurdemir, distrik Shirwan di Daghestan, Kaukasia. Beliau memiliki tubuh yang sangat kekar dan tinggi. Beliau juga mempunyai warna kulit yang putih bersih. Mata dan janggutnya berwarna hitam. Suaranya bernada tinggi. Di antara nasihatnya, beliau berkata, “Jika seseorang mengabdikan dirinya kepada Allah swt, kebaikan pertama yang ia dapatkan adalah bahwa ia tidak lagi membutuhkan manusia” "Siapa pun yang mendengar kata-kata bijak namun tidak mengamalkannya, ia termasuk munafik.”
"Allah memberikan hamba-Nya kenikmatan dalam berdzikir. Jika seseorang bersyukur kepada Nya dan merasa sengan dengan hal itu, Allah akan membuatnya dekat dengan Nya. Jika orang itu tidak bersyukur kepada Nya dan senang dengan hal itu, dia akan menerima kenikmatan dari berdzikir itu tetapi hanya meninggalkannya di lidahnya.” "Sufisme adalah kemurnian, dia bukan suatu deskripsi. Dia adalah Kebenaran tanpa akhir, bagaikan sungai mawar merah.”
"Tasawwuf adalah berjalan dengan Rahasia Allah." "Siapa pun yang memilih berteman dengan orang kaya dan meninggalkan orang miskin, Allah akan membuat hatinya mati."
Suatu hari Syaikh Isma`il yang sedang berada di masjid mengamati seorang miskin yang belum makan, minum dan tidur. Beliau mendekatinya dan bertanya padanya, “Apa yang kamu inginkan?” Dia berkata, Saya menginginkan roti hangat dan beberapa makanan.” Syaikh Isma`il mengangkat tangannya dan berdoa, “Yaa Allah, ini adalah hamba-Mu yang belum makan selama 3 hari. Aku mohon berilah ia makanan yang Engkau perkenankan untuknya." Belum selesai beliau berdo’a seorang laki-laki memasuki masjid dan berkata, Istri saya sakit dan saya bersumpah untuk memberi makan orang miskin agar istri saya diberkati. Saya telah membawa roti hangat dan beberapa makanan untuk diberikan kepada yang lapar.”
Salah satu pengikutnya di Daghestan berkata, “Syaikh Isma`il berkata kepada dirinya sendiri, ‘Wahai egoku, Aku marah terhadapmu. Aku akan melemparkanmu ke dalam kesulitan.' Beliau lalu pergi ke pegunungan di Daghestan dan berbaring di mulut gua di mana terdapat 2 ekor singa. Keduanya tidak bergerak, dan kita yang mengikutnya sangat heran. Lalu singa jantan mendekati beliau dengan sekerat daging yang besar di mulutnya dan duduk, jauh darinya, tidak mendekat namun hanya mengamatinya. Lalu singa betina mendekatinya dengan sedikit daging di mulutnya. Dia mulai menangis dan mengaum. Singa jantan mendekati si betina dan menghentikan tangisannya. Mereka berdua duduk memperhatikan Syaikh. Lalu singa jantan mengambil dua ekor anaknya dan menyerahkannya kepada ibunya, sementara itu dia mendekati Syaikh Isma'il. Dia duduk di sampingnya, menunggu di sana sampai Syaikh pergi.”
Suatu hari Syaikh Isma`il melewati sebuah desa. Ketika beberapa orang melihatnya dan mengenalinya, semua orang berlari mendatanginya. Syaikh di desa itu datang dan berkata, “Wahai Syaikh Isma`il, datang dan ajarilah kami." Beliau berkata, "Wahai Abu Said, Allah mempunyai dua jalan pengajaran: jalan yang biasa dan yang istimewa. Jalan yang biasa adalah yang kamu dan pengikutmu kerjakan. Yang istimewa, mari ikutlah bersamaku dan Aku akan menunjukkannya.” Mereka mengikutinya sampai tiba di sebuah sungai. Beliau berkata, “Ini adalah jalan Allah,” lalu beliau menyebrang sungai itu dan menghilang.
Syaikh Abdur Rahman ad-Daghestani meriwayatkan:
"Suatu hari aku sedang duduk bersama dalam sebuah majwlis. Kami melihat Syaikh Isma`il mendekat dengan memakai jubah wool dan dengan sepatu baru di kakinya. Aku bertanya dalam hati, 'Syaikh Isma`il itu adalah seorang Syaikh Sufi sejati. Aku akan datang padanya dan menanyakan hal yang sangat sulit untuk mengujinya apakah beliau sanggup menjawab atau tidak.' Aku mendekatinya dan beliau melihatku. Ketika aku mendekat beliau berkata, ‘Wahai Abdur Rahman, Allah berfirman dalam al-Qur’an untuk menjauhi pikiran yang buruk. Janagan mencoba bertanya kepadaku. Itu bukan suatu perilaku yang baik.’ Aku berkata dalam hati, ‘Ajaib! Ini adalah keajaiban yang hebat! Bagaimana beliau bisa mengatahui pertanyaanku dan bagaimana beliau mengetahui namaku?’ Aku harus mengikutinya dan bertanya lebih banyak.’ Aku berlari mengejarnya tetapi aku tidak dapat menemukannya.
Syaikh Muhammad ad-Daghestani berkata, "Suatu ketika aku keluar untuk menemui Syaikh Isma`il ash-Shirwani. Aku mencium tangannya dan meminta untuk menemaninya dalam perjalanan. Aku bepergian dengannya selama 2 hari. Selama itu aku tidak pernah melihatnya makan atau minum. Aku menjadi sangat lapar dan haus dan menjadi sangat lemah untuk melanjutkan perjalanan tanpa makanan dan minuman. Aku berkata, ‘Wahai Syaikh, Aku sangat lemah.' Beliau bertanya, 'Apakah kamu lapar atau haus?' Aku berkata, 'Ya, keduanya.' Beliau berkata, 'kalau begitu kamu tidak pantas menemaniku. Tututplah matamu.' Aku menutup mata dan ketika aku membukanya aku menemukan bahwa aku telah berada di rumah."
Beliau wafat pada hari Rabu,10 Dzul-Hijjah 1255 H/ 1839 M Beliau dimakamkan di Amasya.
Beliau meneruskan rahasianya kepada ketiga kalifah yang seluruhnya adalah murid-muridnya. Suksesi yang banyak ini serupa dengan masa Sayyidina Shah Naqshband, ketika beliau menyerahkan rahasia tariqat kepada banyak kalifah, perbedaannya adalah pada masa Shah Naqshband, beliau menyerahkan rahasia utamanya hanya kepada seorang, Sayyidina `Ala'uddin al-Attar, di lain pihak Syaikh Isma`il menyerahkannya kepada tiga orang: Syaikh Khas Muhammad ash-Shirwani, Syaikh Muhammad Effendi al-Yaraghi al-Kurali, dan Sayyid Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni.
Post a Comment Blogger Disqus