Seorang Waliyullah dengan pakaian kumal datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Saudagar kaya itu merasa sebal dengan penampilan si Wali itu dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.
Beberapa hari kemudian seorang Wali besar datang dengan jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Si saudagar kaya segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan mewah untuk si Wali Besar. Lalu ia mengajak si Wali untuk menikmati makanannya. Si Wali menanggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di atas kursi meja makan. Katanya, kemarin aku datang dengan pakaian usang dan anda mengusirku. Hari ini aku datang dengan pakaian mewah dan anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukku tapi untuk jubah ini?.
Setelah berkata demikian Wali tersebut berlalu, meninggalkan si saudagar yang kaget. Lantas Wali itu menyimpulkan: Kalau ternyata bukan diriku, melainkan pakaianku yang dihormati, mengapa aku mesti senang...???
Dan kalau ternyata bukan diriku, melainkan apa yang kupakai yang dihina, mengapa aku mesti sedih..??? Demikianlah manusia, lebih sering menghormati yang melekat pada diri orang, seperti: - apa yang dipakai (pakaian dan accesorisnya) atau - kekayaan atau - jabatan seseorang, bukan pribadi keberadaan orang itu sendiri.
Maka.. Jika engkau dihormati orang, janganlah bangga diri.
Dan kalau pun jika engkau tidak dihormati, jangan kecewa dan bersedih diri, sebab.. engkau tetap sebuah harga.
Siapapun yang merendahkan kamu saat ini, jangan sampai membuat kamu runtuh, bangkitlah dan tetaplah teguh.
Wallahu a'lam bittaufiq.
Post a Comment Blogger Disqus