Sesuai dengan prinsip Islam, Al-Ghazali menganggap Tuhan sebagai pencipta yang aktif berkuasa, yang sangat memelihara dan menyebarkan rahmat (kebaikan) bagi sekalian alam.
Pemikiran Imam Ghazali berpendapat bahwasannya barang siapa yang mengetahui dirinya, maka ia mengetahui Tuhannya. Bukan berarti mengetahui Tuhannya disini adalah mengetahui bentuk secara harfiah dari sosok Tuhan tersebut, tetapi lebih kepada kehadiran rasa ihsan dalam kesehariannya, yaitu dimanapun dia berada ia merasa melihat Tuhannya, atau dimana pun ia berada ia merasa dilihat oleh Tuhannya.
Imam Al Ghazali tentang Eksistensi Allah Swt atau wujudnya Zat Allah Swt dengan methodologi filsafat “tidak ada sesuatupun yang ada kecuali ada yang mengadakan" bahwa Al-Ghazali tidak menyetujui pendapat yang menyebutkan bahwasannya Tuhan itu wujudnya sederhana, wujud murni, dan tanpa esensi.
Jadi, Al-Ghazali berpikir bahwasannya Tuhan itu Wajibul Wujud, yang mana akan dapat kita rasakan kehadirannya jika kita benar-benar dapat mengetahui sebenarnya hakikat dari diri kita. Bukan berarti menjadi satu, tetapi lebih menghadirkan sifat-sifat Tuhan, atau berusaha menerapkan sifat-sifat Tuhan kedalam diri kita. Misalnya, Ar-Rahman, Ar-Rahiim, berarti kita berusaha menjadi penyayang, sehingga dengan cara seperti ini kita mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, dan merasakan Sifat-Nya ada dalam diri kita.
Post a Comment Blogger Disqus