Mistikus Cinta

0

Menjelang waktu kematiaannya tiba, pandangan mata Asy-Syibli Ra tampak murung. Beliau Ra meminta abu, kemudian ditaburkannya abu itu ke atas kepalanya. Ia sangat terlihat sangat gelisah.

"Mengapakah engkau segelisah ini", sahabat-sahabatnya bertanya-tanya.

"Aku sangat iri kepada Iblis," jawab asy-Syibli. "Di sini aku duduk dalam dahaga tetapi Dia memberi kepada yang lain. Allah telah berkata: Sesungguhnya laknat-Ku kepadamu hingga hari Kiamat (QS. 38 : 78). Aku iri karena Iblislah yang mendapatkan kutukan Allah itu. Padahal aku pun ingin menerima kutukan itu. Karena walaupun berupa kutukan, bukankah kutukan itu dari Dia dan dari kekuasaan-Nya?... Apakah yang diketahui oleh si laknat itu mengenai nilai kutukan tersebut?... Mengapa Allah tidak mengutuk pemimpin-pemimpin kaum Muslim dengan membuat mereka menginjak mahkota di atas singgasana-Nya?... Hanya ahli permatalah yang mengetahui nilai permata. Jika seorang raja mengenakan gelang manik yang terbuat dari kaca atau kristal, tampaknya sebagai permata. Tetapi jika pedagang sayur yang menempakan cincin stempel dari batu permata dan mengenakannya di jarinya, cincin itu tampak sebagai manik yang terbuat dari kaca."

Setelah itu, beberapa saat asy-Syibli Ra terlihat tenang. Kemudian kegelisahannya kembali lagi.

"Mengapakah engkau gelisah lagi?", tanya sahabat-sahabatnya.

"Angin sedang berhembus dari dua arah", jawab asy-Syibli Ra. "Yang satu angin kasih sayang dan yang lainnya kemurkaan. Siapa saja yang terhembus angin kasih sayang maka tercapailah harapannya, dan siapa saja yang terhembus angin kemurkaan maka tertutuplah penglihatannya. Kepada siapakah angin itu akan bertiup?... Apabila angin kasih sayang itu berhembus ke arahku karena harapan yang akan tercapai itu, maka aku dapat menanggung segala penderitaan dan jerih payah ini. Apabila angin kemurkaan berhembus ke arahku, maka penderitaan ini tidak ada artinya dibandingkan dengan bencana yang akan rnenimpa diriku nanti". 

Selanjutnya asy-Syibli Ra mengatakan, "Tidak ada yang lebih berat di dalam bathinku daripada uang satu dirham yang kuambil dari seseorang secara aniaya, walaupun untuk itu aku telah menyedekahkan seribu dirham. Bathinku tidak memperoleh ketenangan. Berilah aku air untuk bersuci."

Sahabat-sahabatnya membawa air dan menolong asy-Syibli Ra bersuci, tetapi mereka lupa mengguyurkan air ke janggutnya dan Syibli terpaksa mengingatkan hal ini kepada mereka. Sepanjang malam itu Syibli menyenandungkan syair berikut:

"Bagi setiap rumah yang Engkau ambil sebagai tempat-Mu, tiada faedahnya pelita untuk menerangi.
Ketika ummat manusia harus menunjukkan bukti-bukti mereka kepada Sang Hakim dan Raja, Maka bukti kami di negeri yang menggetarkan itu adalah
Keindahan wajah-Mu yang selalu kami dambakan."

Ketika orang-orang telah berkumpul, berjaga-jaga untuk melaksanakan shalat jenazah jika asy-Syibli Ra meninggal dunia, meskipun asy-Syibli Ra sedang menghadapi ajalnya, asy-Syibli Ra masih mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekeliling dirinya. Beliau Ra berkata:

"Sungguh aneh! Orang-orang mati telah datang untuk menshalatkan seorang yang masih hidup."

"Ucapkanlah: Laa ilaaha Illa Allah (Tiada Tuhan selain Allah)," Salah seorang berbisik kepada asy-Syibli Ra.

"Karena tidak sesuatu jua pun selain daripada Dia, bagaimanakah aku dapat mengucapkan sebuah penyangkalan?..." Jawab asy-Syibli Ra.

"Tidak ada sesuatu pun yang dapat menolongmu, ucapkanlah syahadat", mereka mendesak asy-Syibli Ra.

"Raja cinta berkata: 'Aku tidak sudi menerima suap." Balas asy-Syibli Ra.

Kemudian ada seseorang yang melantangkan suara untuk mendesak asy-Syibli Ra agar bersyahadat. Asy-Syibli Ra justru menjawab:

"Telah datang pula seorang mati untuk membangunkan seorang yang hidup."

Beberapa saat berlalu. Kemudian mereka bertanya kepada Syibli, "Bagaimana halmu?"

asy-Syibli Ra menjawab; "Aku telah kembali kepada Sang Kekasih."

Setelah mengucapkan kalimat itulah asy-Syibli Ra menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Apa yang dihidangkan oleh-Nya pasti mengandung hikmah sebagai pelajaran dan pengajaran bagi para hamba-Nya yang mau mencicipi dan menikmati apa yang telah Dia suguhkan. 

Ada beberapa pesan asy-Syibli Ra pada kisah di atas yang bisa dijadikan beberapa kesimpulan. Antara lain adalah:
  • Seseorang yang mendapat hembusan angin kasih sayang (khusn al-Khatimah) berarti dia mendapat kesempurnaan harapannya. Sedangkan yang mendapat hembusan angin kemurkaan (suu' al-Khatimah) akan tertutup dari Rahmat Allah SWT.
  • Menggambarkan betapa beratnya keadaan seseorang yang masih tersangkut hak orang lain atau mempunyai tanggungan kepada sesama ketika akan meninggal dunia.
  • Menyiratkan sebuah peringatan berupa sindiran kepada orang-orang yang berta'ziyah namun dihatinya tidak terdapat rasa gentar dan takut akan datangnya kematian. Makanya asy-Syibli Ra mengatakan: "Sungguh aneh, orang-orang mati datang menshalatkan orang yang masih hidup."
  • Tidak serta merta setiap orang akan bisa melafadzkan kalimah "Laa Ilaaha Illa Allah," hanya karena dibimbing oleh seseorang yang sedang menunggui naza' seseorang. Mereka yang mampu mengucapkan kalimat "Tahlil" adalah mereka-mereka yang mendapatkan anugerah Ampunan-Nya. Seperti halnya yang dikatakan asy-Syibli Ra: "Raja cinta berkata: 'Aku tidak menerima suap."
  • Seseorang yang benar dalam bertauhid (tidak mempersekutukan Allah) akan merasa bahagia menanti detik-detik perjumpaan dengan yang dicintai dan disembahnya selama ini. Seperti yang asy-Syibli Ra ucapkan dipenghujung nafasnya: "aku telah kembali kepada Sang Kekasih."
Semoga dengan kemuliaan Baginda Nabi Muhammad SAW dan berkah Syaikh Abu Bakar asy-Syibli Ra, Allah SWT berkenan memberikan kita semua di penghujung usia berupa anugerah khusn al-Khatimah. Amiin.

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Detik-Detik Kematian Asy Syibli | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top