Mati sebelum mati bermakna kembali. Sama halnya dengan kematian, kembali kepada Allah SWT
Tapi antara kematian dan mati sebelum mati tentu berbeda karena mati sebelum mati masih ada lagi nyawa dikandung badan, sedangkan kematian tiada nyawa lagi.
Pada mati sebelum mati Rasulullah mengajarkan agar kita mematikan sifat KEAKUAN diri (Ananiah => EGO) artinya lewat mati sebelum mati mengaktifkan kesadaran sifat Tuhan pada diri manusia bahwasanya sebenarnya diri kita itu bersifat tidak ada itulah namanya "mati". Bila mana sifat kita tidak ada mengakulah bahwasanya yang bersifat ADA itulah ALLAH. Setelah kesadaran ini aktif tidaklah kita mengaku lagi bahwasanya kita itu kaya, hebat, berilmu dan cerdas, bisa melakukan apa saja yang menurut kita bisa, merasa berbuat baik, dan lain sebagainya.
Lihatlah sifat Nabi kita Muhammad SAW. Diutus ke dunia sebagai contoh tauladan, Akhlaq beliau uswatun hasanah untuk kebaikan seluruh Alam. Mereka yang mati sebelum mati tentulah berakhlak baik karena tiada lagi merasa dirinya ada dan mereka yang mati sebelum mati berarti sifatnya tho'at dan patuh karena orang mati tidak bisa berbuat apa-apa lagi jadi yang ada adalah sifat kepatuhan barulah dikatakan nyata sifat Allah bukan lagi sifat makhluk (sifat diri nafs)
Untuk mengaktifkan kesadaran tersebut diatas, hendaknya kita mengetahui apa kaidahnya agar tujuan mematikan keakuan tersebut dapat dicapai.
Adapun kaidah-kaidah yang diajarkan para guru arifbillah beraneka ragam caranya. Salah satu cara yang paling mudah (simple) untuk mati sebelum mati adalah dengan cara sebagai berikut:
Matikan sifat mata yang melihat bahwasanya bukan mata yang melihat.
Yang melihat itu adalah Basar Allah.
Yang melihat itu adalah Basar Allah.
Matikan sifat mulut atau lisan yang berkata bahwasanya bukan lisan yang berkata. Yang berkata adalah Kalam Allah
Matikan sifat hidung yang bernafas dengan menghirup udara keluar masuk bahwasanya bukan hidung yang bernafas sebagai tanda hidup, sesungguhnya yang hidup itulah Hayat Allah
Matikan sifat kuping atau telinga yang mendengar bahwasanya bukanlah telinga yang mendengar. Sebenar yang mendengar itulah Sama' Allah
Matikan sifat diri yang berkeinginan bahwasanya berkeinginan itulah Iradat Allah
Matikan sifat gerak dan kuasa (mampu, bisa) bahwasanya gerak dan kuasa itulah Kudrat Allah
Matikan sifat otak atau isi kepala yang berpikir bahwasanya pikir itulah Ilmu ALLAH
Setelah mata, mulut, hidung, telinga, berkeinginan, gerak dan pikir telah mati yang mana artinya telah dikembalikan kepada Tuan pemiliknya. Jika sudah mati, maknanya tentulah tidak ada lagi.
Biarkan Allah saja yang ADA dengan sifatNya.
Setelah mati nyata tidak ALLAH?
Nampak tidak ALLAH?
Lebih dekat tidak dengan urat leher?
Biarlah.. yang sudah mati saja yang jawab semua ini.!
Post a Comment Blogger Disqus