Mistikus Cinta

0
Ketahuilah bahwa Allah Taala menjadikan manusia ini terdiri dari dua hal yang berbeda yaitu:
  • Jisim yang gelap, tebal, termasuk di bawah kejadian dan kebinasaan (Al-Kun Wal-Fasad) yang tersusun, bersifat ketanahan yang tidak dapat melaksanakan urusannya melainkan dengan yang lain.
  • Jiwa Jauhari yang tunggal yang bercahaya, mencapai, bertindak lagi menggerakkan dan menyempurnakan alat-alat (alat-alat dalam badan manusia baik yang bersifat ruhaniah seperti Ruh Hewani, Ruh Tobie dan lain-lain atau bersifat jasmaniah seperti otak dan bagian-bagiannya dan lain-lainnya.
Allah Ta'ala menyusun jasad-jasad dari bagian-bagian makanan dan menjaganya dengan bagian-bagian zat makanan yang lebur menyerap ke dalam jasad, menyediakan asas, menyempurnakan anggota-anggota penting, menentukan anggota-anggota kaki dan tangan dan melahirkan jauhar jiwa dari urusan yang tunggal, sempurna menyempurnakan lagi memberi faedah.

Bukanlah saya (Imam Ghazali) maksudkan 'jiwa' itu kekuatan untuk mendapatkan makanan; bukan kekuatan yang menggerakkan syahwat (Al-Nafsu) dan kemarahan; bukan kekuatan yang berada dalam jantung (Al-Qalbu) yang melahirkan hidup, menimbulkan rasa dan gerak dari jantung kepada seluruh anggota, karena kekutan ini dinamakan 'Ruh Hewani'.

Rasa, gerak, syahwat adalah dari tentara Ruh Hewani ini.

Kekuatan mendapatkan makanan yang berada dan menguruskan dalam hati (Al-Kabad) dinamakan 'Ruh Tobie.' Pencernaan dan penolakan adalah daripada sifat-sifatnya. Kekuatan merupa, melahir, menyubur dan lain-lain kekuatan tobie semuanya menjadi khadam-khadam bagi jasad dan jasad pula adalah khadam kepada Ruh Hewani, karena jasad menerima kekuatan-kekuatan dari Ruh Hewani dan bekerja menurut geraknya.

Sebenarnya yang saya maksudkan dengan 'JIWA' itu ialah JAUHAR YANG SEMPURNA LAGI TUNGGAL (Al-Jauhar Al-Kamil Al-Mufrad) yang kerjanya hanya
  • Mengingat
  • Menghafaz
  • Memikir membedakan dan
  • Mengamat-amati; juga
  • Menerima segala ilmu dan
  • Tidak jemu-jemu menerima rupa-rupa abstrak yang bersih dari benda.
Jauhar ini adalah ketua segala ruh dan raja. Segala kekuatan semuanya berkhidmat kepada jauhar ini dan menjunjung perintahnya. Jauhar ini tidak lain tidak bukan dari JIWA BERAKAL (Al-Nafs An-Naathokoh) yang diberikan berbagai nama. Para ahli falsafah menamakan jauhar ini sebagai JIWA BERAKAL (Al-Naf An-Naathokah). Al-Quran menamakannya sebagai JIWA YANG TENANG (Al-Nafsul Mutmainnah). Al-Quran juga menamakannya sebagai RUH URUSAN (Al-Ruh Al-Amri). Ahli Tasawuf menamakannya sebagai QALBU (Al-Qalbi). Perbedaan cuma pada segi nama-nama saja tetapi artinya satu, tidak ada perselisihan. Oleh itu 'QALBU' dan 'RUH' pada kita juga 'YANG TENANG' semua nama-nama itu adalah bagi 'JIWA BERAKAL' (Al-Nafs Al-Naathokoh). Jiwa berakal ialah 'Jauhar yang Hidup', 'aktif', lagi mencapai kalau disebut Ruh Mutlak atau Qalbu. Maksudnya ialah jauhar ini juga.

Ahli-ahli Tasawuf menamakan 'Ruh Hewani' pula dengan nafsu. Syara juga memberikan pengertian yang sama sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud:

"Musuh engkau yang paling ketat ialah nafsu engkau".

Baginda bersabda lagi dengan maksud:

"Nafsu engkau ialah yang terletak di antara dua pihak".

Perkataan nafsu yang dimaksudkan oleh syara di sini ialah kekuatan 'syahwaaniah' dan kemarahan karena kedua-duanya muncul dari jantung yang terletak di antara dua pihak (dari tubuh manusia).

Bila kamu telah faham dan mengetahui perbedaan nama-nama itu ternyatalah bahwa para pengkaji memberikan nama yang bermacam-macam terhadap Jauhar yang bernilai ini dan mengemukakan pendapat-pendapat yang berbeda. Para ahli Ilmu Kalam yang pandai dalam debat menganggap jiwa itu sebagai suatu jisim dan menyatakan bahwa ia adalah jisim yang halus sebagai tantangan bagi jisim yang tebal ini. Mereka hanya melihat perbedaan di antara ruh dan jasad dari segi kehalusan dan ketebalan saja.

Sebagian dari mereka menganggap ruh sebagai 'aradh. Sebagian dari ahli-ahli kedoktoran cenderung ke arah pendapat ini. Ada pula yang menganggap darah sebagai ruh.

Mereka semua merasa puas hati dengan pendapat mereka karena dipengaruhi oleh kecantikkan pandangan dan mereka 'TIDAK BERUSAHA' mencari bagian ketiga sedangkan sebenarnya ada tiga bagian yaitu Jisim, Aradh dan 'Al-Jauhar-Al-Mufrad'. Ruh Hewani ialah jisim yang halus seolah-olah lampu bernyala terletak dalam kaca jantung. Jantung yang dimaksudkan di sini ialah rangka sanubari yang tergantung pada dada manusia. Hidup adalah lampu tersebut,
  • Darah ialah minyaknya,
  • Rasa dan gerak merupakan nurnya,
  • Syahwat ialah kepanasannya,
  • Kemarahan ialah uapnya,
  • Kekuatan mencari makanan yang berada di dalam hati merupakan khadam atau penjaganya dan wakilnya.
Ruh ini terdapat pada segala binatang. Ruh ini tidak menerima ilmu dan tidak mengetahi soal yang berhubung dengan alam dan tidak mengetahui hak-hak Pencipta Alam. Ia hanya merupakan khadam yang terikat. Ia mati bersama dengan matinya badan. Jika bertambah darah, padam lampu itu karena bertambah kepanasan dan sebaliknya jika berkurangan darah, ia akan padam juga karena bertambah kesejukan. Padamnya menjadi sebab bagi matinya badan. Tidak ada 'khitob Tuhan' yaitu (perkataan-perkataan Tuhan yang lazim yang dihadapkan kepada orang-orang mukallaf berhubung dengan perbuatan-perbuatan mereka) dan tidak ada 'takhlif' (pemikul tanggung jawab yang diamanahkan dari Allah melalui hukum syarak yang lima) tuan punya syara terhadap ruh ini. Karena inilah segala binatang tidak termasuk ke dalam makhluk-makluk yang menerima 'khitob' dengan hukum-hukum syara.

Manusia sebenarnya 'ditakhlif' dan 'dikhitob' karena suatu makna yang lain terdapat padanya sebagai suatu tambahan yang dikhaskan untuknya. Maknanya ialah pada manusia ada 'JIWA YANG BERAKAL' (Al-Nafs-An-Naatokoh), 'RUH URUSAN' (Ruhul-Amri) dan 'JIWA YANG TENANG' (Al-Nafsul Muthomainnah).

Ruh ini bukanlah jisim dan bukanlah 'aradh', karena ia datang dari urusan Allah Taala sebagaimana firmannya yang artinya:

'Katakanlah hai Muhammad bahwa Ruh itu adalah urusan Tuhanku.(QS. Al-Isra ayat 85)

Allah berfirman lagi yang artinya:

'Hai Jiwa yang Tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan ridha dan diridhai." (QS. Al-Tahrim ayat 12)

Urusan Allah bukanlah berupa jisim dan bukan pula 'aradh', malahan ia adalah suatu kekuatan 'ILAHIYAH' seperti 'AKAL YANG PERTAMA' (Al-'Aklul-Awal), Luh dan Qalam. Kekuatan Ilahiyah adalah Jauhar-Jauhar Tunggal yang bukan dari benda, malah ia merupakan sinar-sinar abstrak yang dapat difahami oleh akal (Ma'quulah). Bukan boleh dirasa. Apa yang kita sebut sebagai ruh dan Qalbu adalah dari Jauhar-Jauhar itu. Ia
  • Tidak rusak
  • Tidak layu
  • Tidak binasa
  • Tidak mati bahkan;
  • Ia terpisah dari badan dan menantikan kembali pada hari kiamat
Sebagaimana yang dinyatakan dalam syara dan telah disahkan dalam ilmu-ilmu 'HIKMIAH' (Falsafah) dengan alasan-alasan yang tidak dapat ditolak lagi. Buktinya yang nyata menunjukkan bahwa 'RUH YANG BERAKAL' bukanlah jisim dan bukanlah 'aradh, malah ia adalah JAUHAR yang sabit (nyata) lagi kekal tiada binasa. Di sini rasanya tidak perlu lagi kita menyebut alasan-alasan dan membentangkan dalil-dalil karena telah dibuat dan disebut orang. Sesiapa yang mau mengesahkannya silakan tatap kitab-kitab yang baik mengenai ilmu ini. Cara kita memberi uraian dalam risalah ini bukanlah dengan mengemukakan alasan, malah dengan berpegang pada apa yang telah dialami menerusi 'PENGLIHATAN YANG YAKIN DAN PENGLIHATAN IMAM.' Allah Taala ada menghubungkan ruh kepada urusan dan kadang-kadang kepada 'IZAH'Nya (zat yang tiada bisa dicapai dengan akal dan fikiran) dengan firmanNya yang artinya:

'Dan Aku (Allah) tiupkan padanya ruh dariKU'
(QS. Al-Hijr ayat 39).

Dan firmanNya lagi yang artinya:
'Katakanlah (hai Muhammad) bahwa roh itu adalah urusan tuhanku' (QS. Al-Isra ayat 85)

Dan firmanNya lagi yang artinya:

'Lalu kami tiupkan padanya dari roh kami.'
(QS. Al-Tahrim ayat 12)

Bila roh itu dihubungkan oleh Allah Taala kepada diriNya tentulah ia bukan jisim atau A'radh karena rendah tingkat kedua-duanya, selalu berubah-ubah dan cepat hilang serta akan rusak. Rasulullah S.W.T. bersabda yang artinya:

"Roh-roh adalah sebagai tentara yang lengkap"

Dan dalam sabda Baginda yang lain lagi Beliau menyatakan:

"Roh para syuhada terletak dalam bayang-bayang burung-burung hijau."

Begitu juga dengan A'radh tidak kekal setelah hilangnya jauhar karena A'radh tidak boleh berdiri dengan zatnya sendiri. Manakala jisim menerima peleburan kembali sebagaimana asalnya sebelum penyusunan dari benda (Al Madah) dan rupa seperti yang tersebut dalam kitab-kitab (kitab-kitab falsafah).

Setelah kita mengetahui ayat-ayat, hadis-hadis dan alasan-alasan akal, ketahuilah kita bahwa ruh itu adalah JAUHAR MUFRAD YANG SEMPURNA (Al-Jauharul Mufrad Al-Kamil) hidup dengan zatnya, baik dan buruknya agama adalah datang daripadanya, manakala ruh Tobie dan Ruh Hewani dan kekuatan badaniah seluruhnya daripada tentara Jauhar Mufrad Yang Sempurna ini.

Jauhar ini menerima rupa-rupa maklumat dan hakikat maujudah (sesuatu yang wujud di alam ini) dengan tidak diganggui oleh ain-ain dan pribadinya karena jiwa berkuasa mengetahui hakikat manusia tanpa melihat peribadi (manusia) itu sendiri; begitu juga ia mengetahui malaikat dan syaitan-syaitan dengan tidak perlu melihat pribadi-pribadi mereka. Ini adalah karena kedua-dua jenis makhluk itu tiada dapat dicapai oleh deria-deria kebanyakan orang.

Satu golongan ahli tasawuf berkata bahwa ' Qalbu ' mempunyai dua mata, serupa juga dengan dua mata bagi jasad ini. Jasad dapat melihat benda-benda yang dzahir dengan mata-mata dzahir dan Qalbu melihat hakikat dengan mata akal. Rasulullah S.W.T. bersabda yang artinya:

'Tiada ada seorang hambapun melainkan Qalbunya mestilah mempunyai dua mata.'

Dengan kedua-dua mata ini dapatlah dicapai apa yang ghaib. Bila Allah Ta'ala hendak memberikan kebaikan kepada hambanya, ia bukakan dua mata Qalbunya supaya dapat melihat sesuatu yang ghaib dari pemandangan mata lahirnya. Roh ini tidaklah mati dengan matinya badan karena Allah Ta'ala menyerunya supaya kembali kepadaNya dengan firmanNya yang artinya:

'Kembalilah kepada Tuhanmu' (QS. Al Fajr Ayat 28).

Sebenarnya ruh ini hanya bercerai dan berpaling dari badan. Oleh karena berpaling ini maka kakulah segala yang bersangkut dengan kekuatan-kekuatan Hewaniah dan Tabii'yah. Maka diamlah yang bergerak itu dan dikatakan kepada yang diam itu, ialah MATI.

Ahli-ahli Thorikat atau ahli Tasawuf lebih banyak berpegang pada roh dan Qalbu dari berpegang pada pribadi. Apabila roh itu dari urusan Allah Ta'ala, maka beradanya dalam badan adalah sebagai orang dagang. Mukanya mengarah pada asalnya dan tempat datangnya. Ia dapat mengambil faedah-faedah dari pihak asalnya lebih banyak dari apa yang ia dapat dari pihak pribadi bila ruh itu kuat dan tidak dikotori oleh kekotoran-kekotoran tabiat.

Bila anda mengetahui ruh adalah Jauhar Mufrad dan mengetahui pula jasad memerlukan ruang dan A'radh maka selain dari ini tidak ada lagi melainkan Jauhar. Ketahuilah bahwa Jauhar ini tidak menempati pada sesuatu tempat dan tidak mendiami pada sesuatu ruang. Bukanlah badan adalah ruang bagi ruh dan bukan pula tempat bagi Qalbu malahan badan adalah alat ruh, alat Qalbu dan kendaraan jiwa. Zat ruh sendiri tidak bersambung dengan bagian-bagian badan dan tidak berpisah daripadanya bahkan ia menghadap kepada badan, memberi faedah dan melimpah kepadanya.

Mula-mula lahir nur ruh pada otak karena otak tempat kenyataan yang khas.
  • Pada bagian depannya ia menjadi penjaga
  • Pada bagian tengahnya ia menjadi menteri dan pentadbir
  • Pada bagian belakangnya ia menjadi perbendaharaan. Ahli perbendaharaan dan seluruh bagian menjadi kaki tangan dan kenderaan
  • Roh Hewani menjadi khadam
  • Roh Tobie menjadi wakil
  • Badan menjadi kendaraan
  • Dunia menjadi medan
  • Hayat menjadi barang (modal)
  • Gerak menjadi perniagaan
  • Ilmu menjadi keuntungan
  • Hari akhirat menjadi matlamat dan tempat pulang
  • Syara menjadi jalan dan cara
  • Terhadap jiwa pendorong kejahatan (nafsu Amarah) menjadi penjaga dan pemerhati
  • Terhadap jiwa pengkritik (nafsu Lawamah) ia menjadi penyadar.
  • Pancaindera menjadi pengikut-pengikut dan pembantu.
  • Agama menjadi penghalang
  • Akal menjadi mahaguru
  • Rasa pancaindera menjadi murid
  • Ar-Robh (Allah) menjadi pemerhati
Jiwa dengan sifat-sifat ini bersama dengan alat-alat ini tidak mengarah kepada pribadi yang tebal ini dan tidak berhubung dengan zatnya, malahan ia mengarah kepada Tuhannya dan Tuhannya memerintahkannya supaya mengambil kesempatan mendapatkan sesuatu yang berguna hingga kepada satu tempoh yang tertentu.

Oleh itu ruh tidaklah menumpukan pemerhatian ke arah memikirkan yang lain dalam masa perjalanan (hidup di atas dunia) ini, melainkan berusaha mencari ilmu untuk menjadi perhiasan di dalam negeri akhirat. Ini adalah karena perhiasan harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia saja sebagaimana mata menumpukan pemerhatian ke arah mendengar suara-suara, lidah siap sedia untuk menyusun kata-kata, Ruh Hewani tunduk kepada keenakkan marah, Ruh Tobie cintakan kelezatan makan dan minum, maka ruh yang tenang (Al-Ruh Al-Muthmainnah) artinya Qalbu tidak menghendaki apa-apa selain daripada ilmu dan tidak gemarkan sesuatupun selain daripada ilmu. Ia belajar dan belajar sepanjang usianya. Ia menghiasi dirinya dengan ilmu dalam seluruh zaman hingga waktu bercerainya dari badan. Jika ia menerima sesuatu yang lain daripada ilmu, maka penerimaannya ini cuma untuk kepentingan badan, bukan untuk kepentingan dirinya dan kecintaan asalnya. Bila anda telah mengetahui hal ihwal ruh, kekalannya yang berterusan, kecintaannya dan pemerhatiannya kepada ilmu maka patutlah anda mengetahui pula tentang jenis-jenis ilmu.

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Keistimewaan Ruh Insani | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top