Datu Daha Nagara seorang ulama dari Nagara Hulu Sungai Selatan Kandangan, nama beliau adalah Syekh Muhammad Thaher bin Haji Syahbuddin atau sering dipanggil orang Datu Daha, satu riwayat mengatakan bahwa beliau adalah salah satu murid dari Syekh Muhammad Thaib atau kerap dipanggil Datu Taniran yang bergelar Haji Sa'duddin bin Haji Muhammad As'ad bin Puan Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.yang ini masih dalam pemikiran penulis, disatu riwayat bahkan ini sangat terkenal bahwa beliau sempat bertemu dengan Datu Sanggul, sedang Datu Sanggul ini kehidupannya malah lebih dulu dari Syekh Muhammad Arsyad yang merupakan Datuk dari Datu Taniran yang merupakan guru Datu Daha... wallahu a'lam bissowab... yang mana yang benar riwayat ini... tapi tidak ada yang tidak mungkin kalau sudah mencakup masalah kewalian,
Pada pertengahan abad ke 18 pelabuhan yang terbesar di Nusantara berada di Banjarmasin (Borneo), bersamaan pada saat kebesaran kerajaan Banjar, ada yang menyebutnya Bandar Masih ada pula yang menyebutnya Bandar Asin, banyak para saudagar Nusantara yang singgah kesana ada dari pulau Jawa, Sulawesi, Sumatra bahkan sampai negara lain seperti Malaysia, Cina, India dan orang Arab dari Hadramaut, mereka singgah untuk berdagang dipelabuhan Banjar, pada masa itu terdapat kota-kota pelabuhan sungai seperti Muara Bahan (Marabahan), Muara Muning (Rantau) Daha (Nagara HSS), dan Amuntai.
Pada masa itu setiap orang yang akan menunaikan ibadah haji ke Mekkah Al-Mukarramah hanya bisa lewat laut, yang mana biasanya orang ikut kapal dagang. Alkisah tersebutlah seorang Datu dari Daha (Nagara Dipa) yang bernama Muhammad Thaher bin H. Syahbuddin, yang ingin menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, bersama rombongan beliau berangkat melalui pelabuhan Nagara dengan kapal kecil, kemudian ikut kapal dagang yang besar melalui pelabuhan Bandar Masih, setelah berpindah-pindah dari kapal orang Jawa sampai ke kapal yang lebih besar milik orang Arab Hadramaut untuk menuju pelabuhan Jeddah.
Perjalanannya itu sendiri memakan waktu sampai 6 bulan perjalanan, ditengah perjalanan menuju pelabuhan Jeddah ini ditengah lautan konon tiba-tiba kapal berhenti mendadak tanpa ada penyebabnya, tidak ada batu karang yang menghalangi atau menabrak kumpulan lumpur, kebingungan Kapten kapal dan penumpang pun semakin menjadi-jadi karena gelombang besar menerjang kapal dan mengakibatkan air banyak masuk kekapal, ditengah kebingungan ini akhirnya Kapten kapal meminta ahli nujum pendapat bagaimana cara mengatasi masalah tersebut, setelah merenung beberapa saat akhirnya ahli nujum ini mengatakan kalau mereka ingin keluar dari masalah itu mereka harus mengeluarkan salah satu penumpang yang bernama Muhammad Thaher orang dari Daha.
Akhirnya dengan berat hati untuk menyelamatkan penumpang yang lainnya terpaksa hal tersebut diucapkannya dihadapan penumpang lainnya dan memanggil Datu Daha, akhirnya dengan peralatan seadanya Datu Daha dikeluarkan dari kapal tersebut, ditengah gelombang besar dan angin ribut tidak ada yang bisa dilakukan oleh datu Daha selain berserah diri memohon pertolongan kepada ALLAH SWT, setelah sekian lama dihempaskan gelombang akhirnya beliau tidak sadarkan diri, pada saat itu ALLAH berkehendak lain, angin kencang menghempaskan tubuh beliau kepinggir pantai, tidak berapa lama beliau siuman kembali, menyadari dirinya selamat dan sudah berada dipinggir pantai maka ia langsung mengucap puji dan syukur kepada ALLAH SWT yang masih memberikannya kesempatan untuk hidup didunia ini, dengan kekuatan yang masih tersisa akhirnya beliau bangkit dan berjalan menyisir pantai, dari kejauhan beliau melihat secercah cahaya terang dari sebuah tempat, mungkin sebuah perkampungan pikir beliau, disepanjang jalan banyak terlihat makam-makam yang terpelihara dengan rapi, dengan kepenatan dan kelelahan akhirnya beliau melihat orang tua, kemudian beliau mengucapkan salam dan dijawab orang tua tersebut dengan salam pula, dengan isyarat orang tua tersebut meminta Datu Daha mengikutinya dan membawa Datu Daha kesebuah rumah.
Setelah beristirahat sebentar akhirnya Datu Daha menceritakan seluruh pengalamannya dari awal sampai akhir dan menceritakan tujuannya untuk menunaikan ibadah haji, orang tua itu dengan serius mendengarkan cerita Datu Daha, kemudian Datu Daha menanyakan perihal kampung tersebut yang terlihat hanya rumah orang tua tersebut dan kuburan-kuburan, orang tua tersebut menjelaskan bahwa memang dikampung itu tidak ada perumahan dan dia hidup sendiri sedangkan kuburan-kuburan yang dilihatnya disepanjang jalan adalah kuburan orang-orang yang tenggelam dilaut yang dikuburkannya disini, mendengar hal tersebut Datu Daha sangat gembira sekali dan yakin orang tua tersebut adalah Nabi Khaidir AS, lalu beliau bertanya:
Perjalanannya itu sendiri memakan waktu sampai 6 bulan perjalanan, ditengah perjalanan menuju pelabuhan Jeddah ini ditengah lautan konon tiba-tiba kapal berhenti mendadak tanpa ada penyebabnya, tidak ada batu karang yang menghalangi atau menabrak kumpulan lumpur, kebingungan Kapten kapal dan penumpang pun semakin menjadi-jadi karena gelombang besar menerjang kapal dan mengakibatkan air banyak masuk kekapal, ditengah kebingungan ini akhirnya Kapten kapal meminta ahli nujum pendapat bagaimana cara mengatasi masalah tersebut, setelah merenung beberapa saat akhirnya ahli nujum ini mengatakan kalau mereka ingin keluar dari masalah itu mereka harus mengeluarkan salah satu penumpang yang bernama Muhammad Thaher orang dari Daha.
Akhirnya dengan berat hati untuk menyelamatkan penumpang yang lainnya terpaksa hal tersebut diucapkannya dihadapan penumpang lainnya dan memanggil Datu Daha, akhirnya dengan peralatan seadanya Datu Daha dikeluarkan dari kapal tersebut, ditengah gelombang besar dan angin ribut tidak ada yang bisa dilakukan oleh datu Daha selain berserah diri memohon pertolongan kepada ALLAH SWT, setelah sekian lama dihempaskan gelombang akhirnya beliau tidak sadarkan diri, pada saat itu ALLAH berkehendak lain, angin kencang menghempaskan tubuh beliau kepinggir pantai, tidak berapa lama beliau siuman kembali, menyadari dirinya selamat dan sudah berada dipinggir pantai maka ia langsung mengucap puji dan syukur kepada ALLAH SWT yang masih memberikannya kesempatan untuk hidup didunia ini, dengan kekuatan yang masih tersisa akhirnya beliau bangkit dan berjalan menyisir pantai, dari kejauhan beliau melihat secercah cahaya terang dari sebuah tempat, mungkin sebuah perkampungan pikir beliau, disepanjang jalan banyak terlihat makam-makam yang terpelihara dengan rapi, dengan kepenatan dan kelelahan akhirnya beliau melihat orang tua, kemudian beliau mengucapkan salam dan dijawab orang tua tersebut dengan salam pula, dengan isyarat orang tua tersebut meminta Datu Daha mengikutinya dan membawa Datu Daha kesebuah rumah.
Setelah beristirahat sebentar akhirnya Datu Daha menceritakan seluruh pengalamannya dari awal sampai akhir dan menceritakan tujuannya untuk menunaikan ibadah haji, orang tua itu dengan serius mendengarkan cerita Datu Daha, kemudian Datu Daha menanyakan perihal kampung tersebut yang terlihat hanya rumah orang tua tersebut dan kuburan-kuburan, orang tua tersebut menjelaskan bahwa memang dikampung itu tidak ada perumahan dan dia hidup sendiri sedangkan kuburan-kuburan yang dilihatnya disepanjang jalan adalah kuburan orang-orang yang tenggelam dilaut yang dikuburkannya disini, mendengar hal tersebut Datu Daha sangat gembira sekali dan yakin orang tua tersebut adalah Nabi Khaidir AS, lalu beliau bertanya:
"Apakah sampeyan yang bernama Nabi Khaidir??....."benar!!.. sayalah Nabi Khaidir" jawab orang tua tersebut....
"Alhamdulillah dengan ijin dan rahmat ALLAH telah memberikan anugerahNYA sehingga mempertemukan ulun (bahasa halus untuk saya (Banjar)) dengan sampeyan, setelah mengucapkan kata kata tersebut Datu Daha langsung memeluk dan mencium Nabi Khaidir AS, setelah itu dengan suara rendah penuh permohonan dan sikap hormat beliau memohon kepada Nabi Khaidir untuk menolongnya supaya tercapai niatnya menunaikan ibadah haji, dengan suara penuh wibawa Nabi Khaidir berkata "Insya ALLAH, dengan ijin ALLAH niat kamu untuk beribadah haji akan terkabul, tetapi kamu harus bermalam disini dulu selama 3 hari 3 malam untuk menungggu Jum'at tiba, karena pada hari itu akan datang seorang Wali Alllah saudaraku dari tanah Borneo yang tiap hari Jum'at selalu singgah kesini, dia biasanya sholat Jum'at di Masjidil Haram Makkah, nanti kamu ikut dengannya."
Mendengar keterangan Nabi Khaidir makin bertambah kegembiraan Datu Daha, karena selain akan tercapai hajatnya menunaikan ibadah haji, beliau juga akan bertemu dengan seorang wali dari negerinya sendiri yang bernama Syekh Abdus Samad (Datu Sanggul), meskipun Datu Daha cuma bermalam selama 3 hari, namun waktu yang singkat tersebut tidak beliau sia-siakan untuk menuntut bermacam-macam ilmu dengan Nabi Khaidir AS, ketika malam Jum'at tiba Datu Daha melaksanakan ibadah semalam suntuk, sampai sampai iya tidak tahu lagi berapa rakaat sholat sunat yang dikerjakannya dan berapa zikir dan sholawat yang telah dibacanya, hingga tak terasa waktu Subuh telah sampai, setelah sholat Subuh disambung dengan wiridan hingga terbit matahari disambung lagi dengan sholat sunat Isyrak kemudian wiridan lagi sampai tiba sholat Dhuha, setelah sholat Dhuha dan berdoa, tiba-tiba muncul dihadapan beliau seorang tua yang raut wajahnya penuh wibawa dan berpakaian sederhana, melihat ada orang dihadapannya Datu Daha langsung memeluk tubuh orang tua tersebut dan mencium kedua tangannya yang mulia, hal tersebut dilakukannya karena ada firasat yang kuat dari batinnya bahwa orang tua tersebut adalah Datu Sanggul, orang yang ditunggu-tunggunya dari Borneo yang dikatakan oleh Nabi Khaidir sebagai Wali Allah yang akan singgah sebentar untuk menemui Nabi Khaidir kemudian melanjutkan perjalanannya untuk sholat Jum'at di Masjidil Haram Makkah atau di Masjid Nabawi Madinah Al-Munawwarah, Datu Sanggul mengucapkan salam kepada Nabi Khaidir yang kemudian dijawab oleh Nabi Khaidir dan Datu Daha, kemudian mereka saling mencium seperti layaknya cara bersalaman orang Arab selanjutnya mereka saling mendoakan.
Mendengar keterangan Nabi Khaidir makin bertambah kegembiraan Datu Daha, karena selain akan tercapai hajatnya menunaikan ibadah haji, beliau juga akan bertemu dengan seorang wali dari negerinya sendiri yang bernama Syekh Abdus Samad (Datu Sanggul), meskipun Datu Daha cuma bermalam selama 3 hari, namun waktu yang singkat tersebut tidak beliau sia-siakan untuk menuntut bermacam-macam ilmu dengan Nabi Khaidir AS, ketika malam Jum'at tiba Datu Daha melaksanakan ibadah semalam suntuk, sampai sampai iya tidak tahu lagi berapa rakaat sholat sunat yang dikerjakannya dan berapa zikir dan sholawat yang telah dibacanya, hingga tak terasa waktu Subuh telah sampai, setelah sholat Subuh disambung dengan wiridan hingga terbit matahari disambung lagi dengan sholat sunat Isyrak kemudian wiridan lagi sampai tiba sholat Dhuha, setelah sholat Dhuha dan berdoa, tiba-tiba muncul dihadapan beliau seorang tua yang raut wajahnya penuh wibawa dan berpakaian sederhana, melihat ada orang dihadapannya Datu Daha langsung memeluk tubuh orang tua tersebut dan mencium kedua tangannya yang mulia, hal tersebut dilakukannya karena ada firasat yang kuat dari batinnya bahwa orang tua tersebut adalah Datu Sanggul, orang yang ditunggu-tunggunya dari Borneo yang dikatakan oleh Nabi Khaidir sebagai Wali Allah yang akan singgah sebentar untuk menemui Nabi Khaidir kemudian melanjutkan perjalanannya untuk sholat Jum'at di Masjidil Haram Makkah atau di Masjid Nabawi Madinah Al-Munawwarah, Datu Sanggul mengucapkan salam kepada Nabi Khaidir yang kemudian dijawab oleh Nabi Khaidir dan Datu Daha, kemudian mereka saling mencium seperti layaknya cara bersalaman orang Arab selanjutnya mereka saling mendoakan.
Kemudian Nabi Khaidir menceritakan tentang Datu Daha kepada Datu Sanggul dari awal sampai akhir dan meminta kepada Datu Sanggul untuk membawa Datu Daha menunaikan ibadah haji, Datu Sanggul mengangguk sambil berkata kepada Datu Daha, "Baiklah sebelum kamu ikut aku berangkat ke Mekkah sebaiknya kamu mandi sunat dulu dan memakai pakaian ikhram." Datu Daha segera melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Datu Sanggul, setelah siap-siap dan pamit kepada Nabi Khaidir Datu Sanggul kemudian berkata lagi kepada Datu Daha, "Pegang pinggangku dan pejamkan matamu."
Datu Daha kemudian memegang pinggang Datu Sanggul dan memejamkan matanya, hanya sekejab Datu Sanggul kemudian menyuruh ia membuka matanya kembali, betapa terkejutnya Datu Daha tiba-tiba mereka sudah berada ditempat yang Datu Daha belum pernah mengetahui, Datu Sanggul berkata, "Sekarang kita sudah sampai di salah satu pintu Masjidil Haram yaitu pintu Babussalam yang mana disunatkan kepada kita apabila masuk Masjidil Haram lewat pintu ini, selanjutnya apabila kamu sudah selesai melaksanakan ibadah haji dan akan pulang kekampung halaman tunggulah aku pada hari Jum'at dipintu sini.." Setelah Datu Daha mengucapkan terima kasih kemudian mereka berpisah, Datu Daha kemudian memasuki Masjidil Haram.
Pada waktu itu musim haji masih satu bulan lagi, orang-orang masih belum datang, yang mana digunakan Datu Daha untuk beribadah kepada ALLAH, baru setelah satu bulan mulai berdatanganlah para jamaah haji, pada saat itulah rombongan jamaah haji dari Daha datang, betapa terkejutnya mereka melihat Datu Daha, masing-masing mereka meminta maaf kepada beliau karena tidak mampu mencegah waktu Datu Daha akan dilemparkan ketengah lautan, Datu Daha memaklumi dan memaafkan mereka semua kemudian beliau menceritakan pertemuan beliau dengan Nabi Khaidir dan Datu Sanggul wali dari pulau Borneo.
Singkat cerita setelah melaksanakan ibadah haji Datu Daha kemudian menunggu datangnya Datu Sanggul, setelah bertemu dengan bahasa isyarat Datu Sanggul meminta Datu Daha untuk memegang tangannya dan memejamkan matanya seperti dulu, sekejab kemudian mereka sudah berada dipulau Borneo, Datu Sanggul mengantarkan Datu Daha sampai ujung kampungnya dan menyuruh Datu Daha untuk berjalan agar para penduduk melihatnya, sebelum mereka berpisah Datu Sanggul berpesan kalau masyarakat bertanya beliau harus menjawab bahwa semua kejadian ini adalah anugerah dari ALLAH SWT.
Penduduk sangat terkejut dengan kedatangan beliau, karena beliau datang tidak pada saat semestinya, biasanya jamaah haji baru akan datang 2 bulan lagi, banyak yang tidak percaya bahwa Datu Daha telah melaksanakan ibadah haji dan menanyakannya tapi dijawab oleh Datu Daha seperti dipesankan oleh Datu Sanggul, dua bulan telah berlalu kemudian datanglah rombongan jamaah haji dari Daha, penduduk kemudian menanyakan kepada mereka perihal Datu Daha mengerjakan haji apa tidak, kemudian diceritakan oleh mereka dari awal sampai akhir tentang Datu Daha yang memang betul-betul berhaji dan mereka juga mengisahkan pada saat mereka akan pulang mereka mencari Datu Daha untuk bersama sama pulang, tapi mereka tidak menemukan Datu Daha yang tiba-tiba saja menghilang seperti ditelan bumi, mendengar kisah itu makin kagumlah masyarakat dengan pengalaman Datu Daha berhaji.
Singkat cerita setelah melaksanakan ibadah haji Datu Daha kemudian menunggu datangnya Datu Sanggul, setelah bertemu dengan bahasa isyarat Datu Sanggul meminta Datu Daha untuk memegang tangannya dan memejamkan matanya seperti dulu, sekejab kemudian mereka sudah berada dipulau Borneo, Datu Sanggul mengantarkan Datu Daha sampai ujung kampungnya dan menyuruh Datu Daha untuk berjalan agar para penduduk melihatnya, sebelum mereka berpisah Datu Sanggul berpesan kalau masyarakat bertanya beliau harus menjawab bahwa semua kejadian ini adalah anugerah dari ALLAH SWT.
Penduduk sangat terkejut dengan kedatangan beliau, karena beliau datang tidak pada saat semestinya, biasanya jamaah haji baru akan datang 2 bulan lagi, banyak yang tidak percaya bahwa Datu Daha telah melaksanakan ibadah haji dan menanyakannya tapi dijawab oleh Datu Daha seperti dipesankan oleh Datu Sanggul, dua bulan telah berlalu kemudian datanglah rombongan jamaah haji dari Daha, penduduk kemudian menanyakan kepada mereka perihal Datu Daha mengerjakan haji apa tidak, kemudian diceritakan oleh mereka dari awal sampai akhir tentang Datu Daha yang memang betul-betul berhaji dan mereka juga mengisahkan pada saat mereka akan pulang mereka mencari Datu Daha untuk bersama sama pulang, tapi mereka tidak menemukan Datu Daha yang tiba-tiba saja menghilang seperti ditelan bumi, mendengar kisah itu makin kagumlah masyarakat dengan pengalaman Datu Daha berhaji.
Setelah kembali ke Daha beliau segera menyebarkan ilmunya yang diperoleh dari Nabi Khaidir kepada masyarakat luas hingga diberi gelar Surgi Tuan karena ilmunya yang banyak.
Suatu ketika negeri Daha dilanda kekeringan panjang hingga sungai-sungai menjadi kering, masyarakat banyak meminta Datu Daha untuk memimpin sholat Istisqa untuk memohon diturunkan hujan, setelah sholat tersebut anehnya air keluar dari tanah sangat banyak hingga mampu memenuhi kebutuhan penduduk saat itu padahal saat itu hujan tidak turun, selain itu salah satu keramat beliau kubah tempat maqam beliau yang terletak didesa Teluk Haur, Nagara disebut orang Kubah Dingin karena suasana disekitar makam Datu Daha yang dingin dan sejuk meskipun diluar sangat panas, tidak tercatat kapan tahun wafatnya beliau, diantara murid murid beliau adalah: :
- Al-Mukarram Tuan Guru Haji Abdurrahman Syarif makam Keramat Bagandi Nagara Kandangan HSS
- Al-Mukarram Tuan Guru Haji Muhammad Sarasi Nagara Kandangan HSS
Selamat sejahtera atas seorang hamba yang baik sejak ia dilahirkan hingga ia wafat dan nanti ketika ia dibangkitkan lagi, mudah-mudahan kita semua dikumpulkan dengan junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para dzuriat beliau dan orang-orang sholeh yang kita cintai diakhirat nanti.. Amiiin ya robbal alamin. Kalau ada kekurangan dalam penyampaian riwayat ini alfaqir mohon maaf sebesar besarnya, wabillahi taufik wal hidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh... (Sumber : Kisah Para Datu dan Ulama Kalimantan - Gambar: SFA)
Post a Comment Blogger Disqus