Tokoh Penyebar Islam di Gorontalo
Jika di daratan Jawa dikenal 9 orang tokoh yang kemudian dikenal dengan Wali Songo, tokoh yang konsisten menyebarkan agama serta ajaran-ajaran Islam. Maka di Gorontalo pun memiliki para tokoh yang berjuang menyebarkan ajaran agama Islam, yang dikenal dengan sebutan Aulia. Sama halnya dengan didaratan Jawa, ada Wali yang merupakan raja, maka di Gorontalo dikenal tokoh penyebar ajaran agama Islam yang merupakan raja besar di Gorontalo. Salah satunya adalah Raja Bulango atau yang lebih dikenal dengan Raja Hubulo, seorang raja sekaligus tokoh penyebar agama Islam pada abad 17. Kini, makamnya jadi tempat favorit warga atau wisatawan untuk berziarah sekaligus menikmati wisata sejarah di Provinsi Gorontalo.
Makam aulia ini berada di Desa Kramat, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango. Berjarak kurang lebih 20 km dari ibukota Provinsi Gorontalo. Kisah sejarah dan perjuangannya sangat panjang. Diyakini oleh masyarakat gorontalo bahwa legenda Raja Bulango ini merupakan asal usul terjadinya Gunung Kramat Hubulo.
Alkisah, ratusan tahun yang lalu, pada abad 17 hiduplah seorang tua yang bernama Ibrahim Dua Wulu yang terkenal ramah, alim dan sangat bijaksana. Beliau lahir pada tahun 1709 M. Adapun mata pencahariannya adalah sebagai seorang petani yang juga gemar memancing ikan. Menurut cerita orang-orang tua, bahwa beliau memancing ikan pada sebuah danau kecil yang berupa rawa-rawa yang menurut cerita pula, adalah sisa genangan air yang tertinggal pada masa Hulontalangi dulu.
Dalam keseharianya, orang tua tersebut selalu memancing dan disampingnya selalu menyala lilitan tali ijuk yang dipergunakan untuk menyalakan rokoknya yang terbuat dari pucuk daun enau dan juga untuk mengusir nyamuk disekelilingnya. Zaman dahulu, api masih dibuat secara tradisional dan dibakar pada tali ijuk agar tidak mudah padam. Dengan alasan inilah, maka orang tua ini hanya menyimpan api di tali ijuk yang terbakar yang artinya api itu bisa mati bila tali ijuk itu habis.
Selanjutnya api pada tali ijuk ini sering mengepulkan asapnya. Dalam bahasa daerah Gorontalo disebut wobuwobulo atau tihu-tihubulo, yang artinya sedang mengepulkan asap. Dari penggalan kata ini, diambillah kata Hubulo atau Ti Hubulo menjadi julukan atau nama baru dari orang tua tersebut.
Masih dalam riwayatnya, pada suatu hari beliau berpesan pada kaum kerabatnya bahwa kalau beliau wafat atau meninggal dunia agar dimakamkan ditempat dimana beliau biasa memancing. Lama kelamaan danau itupun mengering. Dan dengan proses alam, terjadilah sebuah gunung sampai dengan sekarang terkenal dengan nama Gunung Keramat Hubulo.
Orang tua atau ti Hubulo menjadi Raja Bulango pada tahun 1752 sampai dengan tahun 1772 dan beliau pun dimakamkan di gunung tersebut. Beliau wafat pada tahun 1793 masehi dengan gelar Aulia salihin. Makam yang berada dipuncak sebuah bukit ini, memang sudah dikenal luas oleh masyarakat yang ada di Gorontalo.
Gunung keramat Hubulo berketinggian kurang lebih 1800 meter dpl. Terdapat anak tangga sebanyak 80 buah. Dan diatasnya terdapat kubah tempat makam Raja Hubulo, ditingkat bawahnya terdapat bangunan mushola dan paling dibawah adalah rumah penjaga gunung keramat itu. Oleh penjajah Belanda Ti Hubulo ini disebut Van Gobel. Hal ini tidak lepas dari lidah para zionis Belanda kala itu yang agak tersendat-sendat menyebut nama Hubulo sehingga kemudian mereka menyebut Hubulo dengan nama Gobel.
Hingga kini, Gobel menjadi marga terbesar di masyarakat Gorontalo. Makam Hubulo sendiri saat ini juga menjadi makam keluarga besar Gobel. Ditempat ini bahkan terdapat makam Tyaeb Mohammad Gobel pendiri perusahaan elektronik Indonesia PT National Panasonic Gobel, yang kini usaha keluarga tersebut dilanjutkan oleh putranya Rahmat Gobel.
Seperti makam aulia lainnya di Gorontalo, tempat ini selalu menjadi pilihan warga untuk melakukan berbagai ritual ziarah. Biasanya warga yang datang dari berbagai pelosok ini melakukan ziarah pada waktu-waktu hari besar keagamaaan Islam. Meski demikian di hari-hari lainnya tempat ini juga sering didatangi warga. Tidak hanya berziarah saja, beberapa warga yang datang juga melakukan ritual penyembuhan penyakit.
Post a Comment Blogger Disqus