Pada zaman dulu hiduplah seorang tua yang di kenal dengan panggilan Buju’ Hara, beliau bertempat tinggal di desa Morombuh kecamatan Kwanyar kabupaten Bangkalan. Setiap ulama pilihan Allah pasti mempunyai karomah dan keistimewaan tersendiri seperti halnya Buju’ Hara, salah satu keistimewaan beliau adalah beliau mampu memancarkan cahaya dari telapak tangannya.tapi di balik semua itu ada sebuah kisah yang mana membuat masyarakat sekitar, para ulama dan yang lainnya bertanya-tanya atas perilaku Buju’ Hara.
Buju’ Hara adalah seorang tua yang tidak hanya di kenal sebagai waliyullah tapi juga di kenal dengan panggilan ulama yang suka minum-minuman keras, setiap hari kerjaannya adalah meminum minuman keras, setiap kali beliau haus minuman keras itu yang menemaninya, sehingga beliau menaruh sebotol minuman keras di setiap sudut rumahnya, di perempatan jalan dan dimanapun yang beliau kehendaki. Setiap orang dan tetangga selalu membicarakan perilaku beliau yang tidak mencerminkan perilaku seorang ulama tapi Buju’ Hara tidak pernah menghiraukan cemohan, gunjingan dan apapun yang orang-orang katakan tentang beliau. Pernah suatu hari beliau mendengar seseorang sedang membicarakanya ”mengapa Buju’ Hara itu berprilaku seperti itu, Mengapa beliau suka minum-minuman keras padahal beliau itu adalah waliyullah yang telah dipilih tapi perilaku beliau tidak mencerminkan perilaku seorang ulama?”. Mendengar hal itu Buju’ Hara hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan mereka. Karena sesungguhnya mereka itu tidak tahu maksud dan tujuan atas apa yang Buju’ Hara lakukan.
Buju’ Hara yang di tinggal wafat istrinya hanya tinggal bersama putranya yang bernama Abdullah, Abdullah yang sudah berumur 15 tahun itu ingin sekali pergi ke pesantren untuk menuntut ilmu agar bisa pintar seperti abinya. Abdullah sangat senang karena abinya mengizinkan tapi satu yang membuatnya sedikit kecewa, Buju’ Hara tidak berkenan mengantar Abdullah ke pesantren. Abdullah gelisah dan selalu bertanya-tanya dalam hatinya hingga Abdullah memberanikan diri untuk bertanya’’ Abi… apa gerangan yang membuat abi tidak berkenan mengantar Abdullah ke pesantren, apa abi tidak sayang terhadap Abdullah?’’ Tanya Abdullah lirih. Abdullah tidak mendapat jawaban apapun dari sang abi, Buju’ Hara hanya tersenyum sambil mengelus-elus kepala Abdullah dan pergi meninggalkan Abdullah. Buju’ Hara terenyuh mendengar kata-kata Abdullah, beliau tidak sanggup untuk memceritakan kebenarannya bahwa sebenarnya Buju’ Hara merasa malu dengan keadaannya yang sekarang ini, beliau tidak dapat memenuhi permintaan Abdullah karena beliau tidak sanggup bertemu dengan kyai pengasuh pesantren yang di tuju Abdullah itu, Buju’ Hara terlalu malu dan takut Abdullah yang akan menanggung beban cemoohan dari teman-temannya. Akhirnya Buju’ Hara meminta bantuan saudara sepupunya Buju’ Kembeng untuk mengantarkan Abdullah ke pesantren.
Keesokan harinya berangkatlah Abdullah dan pamannya Buju’ Kembeng ke pesantren tertuju yang bertepatan di desa Tambak Agung. Sesampainya disana Buju’ Kembeng dan Abdullah menemui kiyai pengasuh pesantren tersebut dan mengutarakan maksud dan tujuannya, setelah lama berbincang-bincang tibalah saatnya Buju’ Kembeng berpamitan untuk kembali ke desa Morombuh dan meninggalkan Abdullah di penjara suci yang penuh rahmat ini.
Abdullah yang mempunyai keinginan kuat mencari ilmu di pesantren tidak merasa sedih walaupun jauh dari abi tercinta, beliau tidak ingin mengecewakan abinya yang telah merestuinya, Abdullah malah menghibur teman-temannya yang sedih, gundah bahkan menangis karena rindu pada ayah dan ibu mereka. Abdullah adalah sesosok anak yang baik hati yang di anugerahi kepintaran dan kecerdasan, kesehariaannya Abdullah selalu berteman dengan buku dan kitab-kitab maka tidak heran bila Abdullah lebih menonjol dari teman-temannya yang lain, Abdullah menjadi sangat terkenal dan banyak di sayangi teman-temannya karena prestasi-prestasi yang diraihnya.
Setelah sekian tahun berada di pesantren, kini tibalah saatnya Abdullah untuk boyong dan kembali ke tempat asalnya di Morombuh. Abdullah menjadi santri yang sangat alim, perawakannya indah memancarkan cahaya, sopan perilakunya dan cerdas pemikirannya, itu semua adalah hasil dari ketekunan, kegigihan dan kesabarannya dalam menuntut ilmu. Setibanya di kampung halaman Abdullah di sambut dengan suka cita oleh keluarga bahkan masyarakat, mereka telah beramai-ramai menunggu kedatangan Abdullah, mereka berkeyakinan bahwa Abdullah dapat membawa perubahan di desa Morombuh ini.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu nama Abdullah menjadi sangat terkenal, setiap desa pasti mengenal namanya, itu semua tidak lain karena kealiman, kepintaran, dan kerendahan hatinya. Abdullah pun menjadi sesosok kiyai yang mempunyai banyak santri yang menuntut ilmu kepadanya, malahan semakin hari semakin bertambah dan semakin di gandrungi masyarakat sekitar. Tapi kesuksesan itu tidak pernah lepas dari cobaan dan ujian, seperti contohnya, kesuksesan yang di raih Kiyai Abdullah tidak selamanya berjalan mulus, ada beberapa golongan dan masyarakat sekitar yang tidak menyukai keberhasilan Kiyai Abdullah, mereka tidak suka atas apa yang dilakukannya, tidak suka atas apa yang dibangunnya dan segala hal yang menyangkut tentang Kiyai Abdullah tapi Kiyai Abdullah selalu tabah menghadapi itu semua, beliau yaqin ada rencana Allah yang lebih baik di balik semua ini.
Kini pondok dan madrasah yang Kiyai Abdullah bangun telah menjadi sangat terkenal, santri-santri berdatangan dari berbagai penjuru desa, seperti desa Tambhin, Pancoran, Bayeman dsb. Tapi di balik itu semua ada satu yang mengganjal hati Kiyai Abdullah, yaitu’’abinya’’, beliau merasa malu terhadap santri-santrinya, wali santrinya dan masyarakat sekitar, beliau malu atas kelakuan abinya yang tak kunjung berubah, abinya masih saja seperti dulu suka meminum minuman keras, Kiyai Abdullah tidak tahu harus berbuat apa, beliau selalu berdoa untuk abinya agar di beri hidayah dan berhenti dari perilakunya yang tidak mencontohkan itu. Sekian lama kiyai Abdullah menunggu dengan sabar tapi belum ada perubahan terhadap abinya, akhirya di suatu malam Kiyai Abdullah memberanikan diri untuk menegur abinya, dengan teguran yang sangat halus.
Kiyai Abdullah : ’’abiii, maaf kalau perkataan Abdullah ini kurang sopan tapi abiii secara syari’ah Islam meminum minuman keras itu haram hukumnya karena dapat memabukkan’’.
Buju’ Hara : [menjawab dengan nada tertawa] kamu itu tahu apa Abdullaaaahhh…., dulu itu tidak ada kata-kata haram cuma kamu saja yang bilang haram.
Mendengar jawaban ayahnya itu Kiyai Abdullah diam tidak berkomentar apa-apa dan berlalu meninggalkan ayahnya. Kiyai Abdullah tidak berhenti disitu saja, beliau masih berusaha untuk menyadarkan ayahnya. Hingga di suatu malam ketika bulan sedang redup Buju’ Hara’ mengajak putranya Kiyai Abdullah jalan-jalan di sekitar perkampungan, di tengah perjalanan Buju’ Hara berhenti sejenak karena suasana malam itu sangatlah sunyi dan gelap karena zaman dahulu tidak ada listrik yang memberikan penerangan di rumah-rumah maupun di jalan, yang mereka gunakan hanyalah obor dan lentera, kebetulan pada waktu itu Buju’ Hara sengaja tidak membawanya. Beberapa menit kemudian Buju’ Hara mengangkat tangannya kemudian meludahinya dan menghadapkannya ke depan, begitu terkejutnya Abdullah karena tiba-tiba terpancar sinar yang sangat terang dari telapak tangan abinya, sinar itu mampu menerangi jalan dan membuat Abdullah tidak takut melangkah. Inilah mu’jizat yang di berikan Allah SWT terhadap Buju’ Hara yang merupakan manusia pilihan.
Semenjak kejadian itu Kiyai Abdullah menjadi sangat sungkan terhadap abinya Buju’ Hara, beliau tidak lagi menegur dan menasehati abinya terhadap apa yang di lakukannya. Tidak lama kemudian setelah kejadian itu Buju’ Hara di panggil sang Maha Kuasa, tak ada yang menyangka di hari wafatnya Buju’ Hara ternyata banyak pelayat yang datang berbondong-bondong ke dhalem Buju’ Hara untuk mendoakannya, Subhanallah semua ini adalah kuasa Allah SWT.
Selang beberapa hari setelah wafatnya Buju’ Hara, Kiyai Abdullah bermimpi melihat abinya Buju’ Hara di bakar dengan api neraka di dalam kamar mandi tapi anehnya Buju’ Hara tidak terbakar dengan kobaran api yang membara tersebut. Kiyai Abdullah pun terbangun karena kaget, bergegaslah beliau mengambil wudhu’ dan sholat 2 rakaat, beliau memanjatkan doa dan beristighfar untuk ayahnya agar mendapatkan kelapangan dan keselamatan di akherat. Sejak itu Kiyai Abdullah banyak berdiam diri, beliau memikirkan arti dan maksud dari mimpinya tersebut, hingga akhirnya beliau membuat kesimpulan bahwa:
- Apa yang telah dilakukan abinya semasa hidupnya adalah hanya untuk memberikan pelajaran yang mana jangan menilai orang lain dari sifat dhohirnya saja karena belum tentu hatinya sama dengan dhohirnya, karena pada kenyataannya Buju’ Hara adalah manusia pilihan Allah.
- Buju’ Hara masih lebih mulia dari pada anaknya Kiyai Abdullah yang taat beribadah itu.
Post a Comment Blogger Disqus