Maulana Syaikh Muhammad Nazhim Adil al-Haqqani
Mercy Oceans (Book Two)
Bismillahhirrahmannirrahim.
Dengan “bismillah” kita bisa mulai. Tanpa “bismillah” tidak ada kekuatan Ilahi yang bisa membantu hamba-hamba-Nya. Grandsyaikh ‘Abdullah Fa’iz ad-Daghestani berbicara mengenai sebuah perilaku yang baik bagi setiap orang, beliau mengatakan bahwa kita adalah ummat manusia. Suatu ketika seorang yang terpandang datang berkunjung, dalam hatinya dia merasa bahwa dia adalah sesuatu. Kita harus menggunakan bahasa yang lain untuk berbicara kepadanya daripada berbicara kepada orang yang berkata, “Saya bukan apa-apa.”
Grandsyaikh berkata kepadanya, “Bicaralah kepada kami, atau izinkan kami untuk berbicara.” Dia menjawab, “Anda boleh bicara, saya mendengarkan. ”Apakah kalian pikir menjadi seorang pendengar itu adalah sesuatu yang mudah? Benar atau salah. Setiap orang bisa berbicara, karena itu adalah suatu kesenangan bagi dirinya. Ego senang untuk berbicara dan menonjolkan dirinya, tetapi seorang pendengar harus bersifat rendah hati. Grandsyaikh membalas kepada orang itu, “Wahai saudaraku, orang yang mau mendengar adalah orang yang tidak sombong.”
Seorang pendengar selalu mendapatkan sesuatu. Seorang pembicara terlebih dahulu harus menjadi pendengar, kalau tidak maka kata-katanya akan menjadi racun dan membawa penyakit bagi yang mendengarkan. Dalam setiap agama dan kepercayaan, hal pertama yang diberikankepada para pengikutnya adalah, “dimohon untuk tenang dan diam.” Jika seseorang tidak bisa memandang orang lain lebih tinggi darinya, dia tidak bisa menjadi seorang pendengar dan dengan demikian dia tidak bersifat rendah hati. Allah bisa memberi hikmah kepada siapa saja, jika kalian mendengarkan, kita bias mendapatkannya dari orang itu.
Menjadi seorang pendengar adalah karakteristik utama yang dimiliki seorang Rasul, karena mereka semua mendengarkan malaikat Jibril as. Pendengar adalah pembeli sedangkan pembicara adalah penjual. Pembeli adalah orang yang mendapat sesuatu. Sebuah perilakuyang baik bagi semua Rasul dan Awliya serta para ulama adalah memiliki paling sedikit satu orang yang bias didengarkan. Jika seseorang tidak menerima bahwa orang lain lebih tinggi darinya, berarti dia mempunyai level yang sama dengan Setan, yang berkata, “Di alam semesta ini tidak ada yang lebih tinggi dariku.”
Seorang anak kecil yang duduk di bangkunya di sekolah bersama seorang anak di depannya berpura-pura mengendarai kereta kuda yang membawa mereka pergi ke Aleppo. Anak yang di depan bertindak sebagai kuda yang dikekang, dan seperti inilah orang-orang yang tidak mau mendengar, mengalami kemajuan. Bihurmati habib, Fatihah
Wa min Allah at Tawfiq
Post a Comment Blogger Disqus