Kutipan Mauidoh Hasanah Syaikh Mustafa di Acara Mawlidurrosul dalam rangka Harlah NU ke 89
31 Januari 2015
Masjid Agung Demak
Kalau membicarakan NU, tidak lepas dari Gus Dur, KH. Wahid Hasyim dan Hadrotussyaikh Kyai Hasyim Asy'ari. Beliau beliau ini adalah orang-orang mulia yang sukanya memuliakan orang lain. Suatu ketika Kyai Hasyim Asy'ari sedang melakukan perjalanan dari Jawa bagian barat ke arah Jawa Timur, beliau singgah di Tegal dan mengunjungi koleganya yaitu Kyai Ubaidillah Pegiren (Kyai Ubed).
Sebagaimana dua alim bertemu, beliau berdua sholat bersama, dzikir bersama, makan dan berdiskusi. Hingga tiba saatnya, Kyai Hasyim berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya.`"Saya ucapkan banyak terimakasih yai, saya disini sudah cukup istirahat" kata Kyai Hasyim. "Saya juga berterimakasih, yai berkenan singgah di gubug saya" jawab Kyai Ubed. "o.. iya kyai, maaf ada yang hendak saya tanyakan.
Bagaimana hukum warisnya jika si fulan meninggal sedang dia punya anak a, b, c, d, e lalu si anak yang b ini meninggal sedang waris belum dibagi. Menurut Imam Nawawi begini, sedang Ibnu Hajar al Asqolani begitu. Mana yang lebih tepat untuk di terapkan? tanya Kyai Hasyim. "Nyuwun maaf yai, apakah pertanyaan tadi sudah diniatkan untuk ditanyakan kepada saya sejak dari Jombang?" jawab Kyai Ubed. "Maaf, belum yai" ujar Kyai Hasyim. "Monggo saya persilakan yai meneruskan perjalanan dan meniatkan pertanyaan tadi sejak dari Jombang. Insyaa Allah jawabannya maslahat yai" jawab Kyai Ubed lagi. "nggih, Insyaa Allah yai" ujar Kyai Hasyim.
Demikian luar biasa adab Kyai Hasyim Asy'ari ini. Beliau seorang yang sudah dikenal luas memiliki derajat tinggi tetapi tidak meletakkan dirinya lebih tinggi dari orang lain-kyai lain. Tidak membantah, tidak berargumen dengan Kyai Ubed, inilah sikap tawadlu yang mesti kita contoh.
Sumber:
FB Naqshbandiyya Nazhimiyya Zawiyah Yogyakarta
Post a Comment Blogger Disqus