Shuhba Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani QS
A'uudzubillaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim
Wash-shalaatu was-salaamu 'alaa asyrafil Mursaliin Sayyidinaa wa Nabiyyina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa Shahbihi ajma'iin
Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bersabda, ”Agama ini adalah mudah. Jangan membuatnya sulit, atau kalian akan dikalahkan. Teguhlah (istiqamah), carilah kedekatan pada Allah SWT, perbanyaklah kebajikan dan mohonlah ketentraman dari-Nya siang dan malam.”
A’uudzu bilaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillahir rahmaanir rahiim
Dengan Nama Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Manusia berdatangan masuk ke dalam Islam, Alhamdulillah. Itu adalah suatu kabar baik, berita gembira, bagi orang-orang beriman. Dan kebanyakan yang masuk Islam ada di negara-negara Barat. Alhamdulillah, ini adalah suatu bukti bahwa energi aktif Islam masih seperti ketika ia pertama kali datang.
Di sini banyak saudara-saudara kita yang berkumpul, baik laki-laki maupun perempuan. Dan semuanya, kecuali saya, adalah generasi muda; saya tidak melihat seorang yang sudah tua. Kalian semua adalah anak muda, subhanallah al-'Aliyyu-l 'Azhiim! Jika Islam beraksi pada generasi muda, maka Islam pastilah benar; Islam pastilah sempurna! Juga karena sebenarnya kalian bisa berlarian keluar, di kota ini, kota London, di mana semua yang ego kalian minta, dapat kalian temukan dengan mudah. Jadi, apa yang membuat kalian berada di sini? Pastilah itu merupakan suatu kekuatan spiritual yang mempengaruhi hati dan kalbu kalian, dan kekuatan itu akan menang atas setan-setan dan kejahatan.
Sekarang, ada suatu pertanyaan penting tentang sesuatu yang menjadi problem bagi Muslim baru yang masuk ke Islam di negara-negara Barat: Apa yang mesti mereka lakukan untuk belajar dan mempraktikkan Islam?
Saat ini, di zaman kita, banyak orang yang berdatangan ke negara-negara Barat untuk menyeru orang ke dalam Islam, tetapi, menurut penglihatan saya, mereka adalah orang-orang paling fanatik di negara-negara mereka dan mereka pun orang-orang yang keras. Islam adalah agama paling toleran yang telah diturunkan Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya, tetapi orang-orang ini tidak pernah memahami toleransi dalam Islam. Mereka ingin agar Muslim persis seperti keadaan mereka di zaman Nabi SAW; mereka berkata bahwa siapapun yang percaya dan menerima Islam harus memelihara semua hukum dan aturan dalam Islam.
Itu adalah kesempurnaan, tetapi mereka tidak mempertimbangkan bahwa semua aturan dalam Islam tidaklah datang sekaligus dalam satu waktu, pada hari pertama. Allah SWT sebenarnya dapat saja mengirimkan semua aturan-aturan dan seluruh al-Qur’an dalam satu hari, atau dalam satu jam; Malaikat Jibril AS dapat saja membawanya semua, dengan berkata, "Ini kitabmu; semua kata-kata di dalamnya dapat kau gunakan." Tetapi, Allah SWT tidak melakukan hal itu.
Malah, Dia mengirimkan aturan-aturan Islam itu dalam periode dua puluh tiga tahun. Tidakkah hal ini benar? Dalam dua puluh tiga tahun, aturan dan hukum Islam datang dan disempurnakan.
Kita tidaklah mengatakan bahwa aturan-aturan Islam tidak cocok dengan manusia zaman kita ini; kita percaya bahwa semua aturan-aturan itu sesuai dengan karakteristik manusia, tetapi kita tidaklah siap untuk (melaksanakan) aturan-aturan itu sekaligus. Ketika kita mengucapkan Syahadat, berkata, "Kami bersaksi akan keesaan dan eksistensi Allah SWT dan kenabian serta Pesan dari Nabi Muhammad SAW," mengatakan bahwa kita adalah saksi, bahwa kita menerimanya, ini tidak berarti bahwa kita siap untuk melaksanakan semua aturan dan hukum Islam pada saat itu juga. Jika kalian mengatakan bahwa syahadat itu bermakna demikian, maka itu berarti kalian tidak memahami satu pun hikmah turunnya al-Qur’an Suci dalam waktu dua puluh tiga tahun. Kemudian, jika kalian mengatakan hal ini (bahwa Syahadat berarti kewajiban untuk melaksanakan semua aturan Islam secara langsung sekali jadi-red.), maka kalian harus melakukan operasi bedah pada kepala orang-orang, memotong dan membuka kepala mereka, kemudian membawa Kitab Suci, dan menaruhnya di dalam kepala mereka. Jika tidak, maka hal itu adalah tidak mungkin.
Karena itulah, ketika Nabi SAW menginformasikan pada kita tentang tanda-tanda hari Akhir, beliau bersabda bahwa ketika Hari Akhir mendekat, akan muncul dalam Islam, orang-orang yang tidak punya hikmah dan kebijaksanaan; padahal hikmah adalah lebih berharga daripada pengetahuan ('ilm). Allah SWT berfirman, "Wa man yu'ta-l 'hikmata fa-qad utia khairan katsiira" ("Dan siapa yang telah dikaruniai hikmah sungguh telah diberikan kebaikan yang banyak." 2:269). Seseorang yang telah diberi hikmah sungguh telah diberi semua harta terpendam." Karena itu, sekeping hikmah jauh lebih berharga daripada seluruh pengetahuan tanpa hikmah, sebagaimana sebuah intan jauh lebih berharga sejumlah besar batu bara.
Di zaman kita ini, kita memiliki pengetahuan dan ilmu. Tetapi yang kita butuhkan bukan pengetahuan; melainkan hikmah kebijaksanaan. Kita memiliki ribuan, malah mungkin ratusan ribu ulama, tetapi mereka hanya memiliki ilmu, tanpa hikmah.
Mereka mungkin tidak senang dengan kata-kata saya, tetapi saya mesti mengatakannya pada mereka. Kita membutuhkan hikmah, dan Allah SWT telah mengatakan bahwa hikmah tidaklah diberikan pada setiap orang. Hikmah tidaklah datang dari luar; sumber-sumber hikmah berasal dari qalbu/hati. Apakah kalian mendapatkan hikmah dengan membaca buku-buku?! Tidak, hikmah adalah sesuatu yang dikaruniakan pada kalian melalui hati kalian. Karena itulah, Nabi SAW bersabda, "Man akhlasa arba'ina sabaha, la-fajarat yanadiu-l-hikmah min qalbihi 'ala lisanihi." ("Siapa yang mampu untuk ikhlas (kepada Tuhannya) selama empat puluh hari, maka mata air hikmah akan memancar dari hatinya ke atas telinganya.") Beliau mengatakan bahwa jika siapa saja dapat beribadah secara ikhlas dan tulus selama empat puluh hari—dan ikhlas atau ketulusan berarti tidak pernah membiarkan keinginan ego apapun untuk turut campur atau terlibat dengan ibadah seseorang selama empat puluh hari—maka Allah SWT akan membuka sumber-sumber hikmah di dalam hatinya.
Tetapi, ini tidaklah mudah. Kita mengikuti jalan pikiran kita dan itu berarti kita tidak akan pernah dikaruniai hikmah apa pun. Ya, sebagian besar ilmu dan pengetahuan yang telah dikaruniakan pada manusia telah pula diberikan pada setan. Tak ada di antara para ulama dan sarjana yang mampu menandingi Setan; ialah yang akan menang. Tetapi setan tidak memiliki hikmah sedikitpun.
Seandainya saja ia memiliki hikmah sekalipun dalam jumlah minimum, tentu ialah yang akan pertama kali melakukan sujud kepada Adam AS sebagai penghormatan atas perintah Tuhannya; sebelum yang lain, tentu ia telah melakukan sujud ketika Allah SWT memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepada Adam AS. Tetapi, setan tidak memiliki hikmah sedikitpun. Karena itulah, ia jatuh dan diusir.
Karenanya, yang kita butuhkan bukanlah pengetahuan. Sayangnya, saya melihat bahwa setiap Muslim baru, baik di sini atau di Amerika atau Inggris atau Prancis atau Jerman, ingin cepat-cepat belajar bahasa Arab--lalu pergi ke Mesir, pergi ke Al-Azhar, pergi ke Hijaz; bahkan ke Pakistan, untuk belajar. Mereka ingin belajar bahasa Arab atau belajar Qur'an, belajar Hadis, untuk menjadi ulama.
Ya, kita tahu bahwa ada hadis dari Nabi SAW yang mengatakan, "Talaba-l-'ilma faridatun 'ala kulli Muslim wa Muslimah"—Allah SWT mewajibkan setiap mukmin, laki-laki dan perempuan, untuk mencari pengetahuan, 'ilm. Tetapi apa batas-batasnya? Karena untuk setiap hal, tersimpan suatu keinginan tersembunyi, syahwat al-khafiyyah; pada setiap orang, ada keinginan tersembunyi dari ego mereka yang membuat orang-orang berada pada jalan yang salah, membuat mereka berpikir bahwa Islam adalah sesuatu yang hanya untuk DIKETAHUI, dan kemudian seseorang memulai jalannya mencari pengetahuan--lebih banyak, lebih banyak, lebih banyak, lebih banyak, lebih banyak, dan lebih banyak ilmu, berlari, berlari, berlari, dan adalah tidak mungkin untuk menemukan suatu akhir dari ilmu. Ia akan kelelahan dan akhirnya menjadi lupa, juga karena telah banyak mengambil (ilmu); kemudian ia tak mampu membawanya dan mulai jatuh sampai, pada akhirnya, jika ia masih dapat mengingat Kalimat Syahadat saja, itu sudah baik. Ya; saya melihat saudara-saudara Muslim Barat kita, laki-laki dan perempuan. Kebanyakan mereka tertarik untuk belajar, belajar, belajar, dan mengetahui, tanpa mengetahui di mana mereka mesti berhenti.
Imam Al a'zham, Imam terbesar, Abu Hanifah, yang madzhabnya diikuti jutaan orang, menjelaskan makna hadis itu yang mewajibkan mukmin untuk belajar dan mengetahui, dan beliau mengatakan, "Afdhal al-'ilm, ilmu yang paling berharga yang kalian punya, hanyalah ilmu yang berkenaan dengan kepentingan dirimu sendiri," atau sebagaimana kami dapat katakan tentang apa yang bertentangan denganmu: yaitu untuk mengetahui segala sesuatu yang diperuntukkan bagi kalian, yang memberi kalian manfaat di sini dan di Akhirat, dan tentang hal-hal apa yang berbahaya bagi kalian atau memberikan kalian masalah dan hukuman baik di sini maupun di Akhirat.
Hanya itulah yang penting untuk diketahui. Ini tidak berarti bahwa kalian harus mempelajari seluruh al-Qur'an Suci dan seluruh hadis dari Nabi SAW dan seluruh buku yang ditulis atau setiap macam pengetahuan yang dibawa Islam; bukan ini yang dimaksud. Tetapi, orang-orang Barat memang punya keinginan mendalam untuk membaca, untuk belajar, dan mereka tidak mau mengubah sifat mereka ini. Karena itulah, saat mereka menjadi Muslim--seperti saudara laki-laki kita di sini, ia meminta seorang guru untuk mengajarinya bahasa Arab, dan kemudian makna-makna al-Qur'an Suci, makna-makna Hadis, dan ini akan menjadi beban yang berat baginya. Dan saya berkata padanya, "Stop; tidak perlu. Hanya apa yang mungkin kau temui selama hidupmu, yang harus kau pelajari dan kau amalkan."
Itu penting: untuk mengetahui dan belajar dengan tujuan untuk mengamalkannya! Tidak sekedar untuk tahu, atau untuk memiliki ilmu--tidak! Kita membutuhkan lebih banyak pengetahuan hanya untuk bisa mengamalkannya dan untuk menggunakannya dalam perjuangan kita melawan ego kita. Kalian mencari ilmu dengan tujuan untuk mencapai hikmah, karena tanpa hikmah, tidak mungkin untuk menghentikan ego kalian menyerang dan melawan kalian.
Hikmah bagaikan bom-bom atom bagi ego kalian, tetapi ilmu dan pengetahuan lainnya adalah seperti senjata-senjata sederhana yang di zaman kita ini mereka tidak akan bekerja; senjata-senjata sederhana tidak berarti apa-apa sekarang. Dengan mendekatnya hari akhir, senjata-senjata iblis, senjata-senjata Setan, juga meningkat, untuk mengeluarkan manusia dari iman dan kepercayaan. Tetapi, sebagaimana Setan meningkatkan serangan-serangan dan metode-metode yang ia gunakan untuk membuat manusia tak percaya dan tanpa iman, Awliya' (kekasih-kekasih Allah SWT) pun menggunakan hikmah untuk mengalahkan Setan dan pembantu-pembantunya serta penolong-penolongnya.
Jadi, ini adalah dari trik-trik itu, trik-trik setan. Jika Setan tidak mampu mencegah seseorang dari masuk Islam atau dari beriman, maka ia menggunakan metode lainnya, yaitu dengan membuatnya kelelahan. Saat seseorang lelah, habis; ia tak dapat lagi mengikuti jalan atau aturan-aturan Islam. Dan Setan menggunakan metode-metode barunya ini pada Muslim baru (muallaf), berkata, "Oh, sekarang kau Muslim, kau harus melaksanakan semua aturan. Jika tidak, tidak mungkin; kau bukan Muslim!"
Salat lima waktu sehari? Satu waktu adalah cukup bagi kalian sebagai seorang Muslim baru, dan Allah SWT menerima sekalipun hanya satu sujud sehari. Begitu banyak Muslim tidak melakukannya, bahkan sekali sujud setiap harinya, sekalipun mereka adalah Muslim. Mereka tidak mengatakan bahwa diri mereka kafir, tidak beriman—tidak, mereka adalah Muslim. Saya dapat tunjukkan pada Anda di sini, di London, orang-orang Turki yang Muslim; mereka tidak melakukan sujud sekalipun hanya satu kali tiap hari. Maka, mengapa kalian katakan "lima waktu" bagi Muslim-muslim yang baru? Ibadah lima waktu adalah kesempurnaan. Kalian boleh katakan, "Cukup bagi diri kalian untuk melakukan sekali sujud setiap harinya." Tadinya ia (Muslim baru-red.) belum melakukan apa-apa, tetapi kini Anda katakan padanya, "Tidak. Kalian mesti belajar al-Qur’an suci, semua isinya, dan kalian mesti salat lima waktu, dan kalian mesti berpuasa penuh di bulan Ramadan, dan kalian mesti siap untuk pergi Haji." Itu adalah kesempurnaan, itu adalah ketinggian, tetapi, ia mesti mencapai kesempurnaan itu selangkah demi selangkah. Tetapi, Setan datang dengan cepat, berkata, "Tidak--kau bukan Muslim jika kau tidak melakukan semuanya!" Dan Setan memiliki wakil-wakilnya, juga, dari golongan manusia untuk memperlemah keimanan mereka atau untuk menghancurkan mereka.
Begitulah, Allah SWT dengan hikmah Ilahiah-Nya, mula-mula memerintahkan para Sahabat untuk salat hanya dua rakaat di pagi hari, dan kemudian datang pula perintah dua rakaat di waktu Maghrib, saat matahari terbenam. Barulah beberapa tahun kemudian, datang perintah untuk salat lima waktu.
Kita pun bisa menggunakan cara yang sama, menggunakan hikmah, dan kita dapat mengatakan pada orang-orang, "Jika Sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW boleh salat hanya dua rakaat pada awalnya, apa salahnya jika kita katakan pada Muslim-muslim baru itu, 'Lakukan sekali sujud setiap hari; cukup'?" Kami menggunakan hikmah itu dengan cara seperti itu, dan kemudian ketika saya datang (pada mereka) di tahun berikutnya, saya melihat orang-orang itu melakukan salat di semua waktu. Saya tidak menyuruh mereka untuk salat lima waktu tetapi mereka mengatakan, "Kami dapat melakukannya sekarang!" Saya menasihati mereka untuk hanya salat dua rakaat dulu, tetapi mereka kini senang dengan lima waktu; mereka meminta lebih.
Karena itulah, kita amat membutuhkan hikmah, dan hikmah datang melalui hati kalian. Dan kalian dapat memperolehnya dalam empat puluh hari. Saya tidak mengatakan untuk memelihara empat puluh hari dan pada setiap harinya dua puluh empat jam dipenuhi dengan ibadah, tidak. Tetapi, yang saya sarankan pada kalian: Cukup sekali saja dalam sehari kalian lakukan suatu ibadah, pada tengah malam atau sebelum waktu Subuh, sebelum fajar, sehingga tak seorang pun bersama kalian, kecuali Tuhan kalian. Jika kalian tak dapat melakukan mandi, ghusl, kalian cukup berwudu'. Kemudian salatlah dua rakaat dengan berdiri menghadap kiblat, dan kalian katakan, "Tak seorang pun yang wujud kecuali Engkau, dan aku bukanlah apa-apa. Dan aku bersama-Mu dan Engkau bersamaku." Tak perlu mengatakan yang lain lagi.
Lakukanlah! Dan ulangilah selama empat puluh malam. Maka hikmah akan terbuka sedikit dalam hati kalian. Melalui hikmah itu akan muncul cahaya yang akan membuat terang kegelapan dalam dunia kalian, dan kalian akan menemukan suatu jalan untuk terus menempuh hidup ini.
Lakukan itu selama empat puluh hari, itu adalah metode paling mudah. Mungkin hanya memakan waktu lima menit setiap kalinya; sudah cukup bagi kalian, tetapi jika kalian lakukan dengan kesinambungan selama empat puluh hari, kalian akan temukan suatu manfaat besar. Kalian akan temukan diri kalian lebih dekat pada Tuhan kalian, dan itulah yang terpenting: untuk merasakan bahwa diri kalian lebih dekat kepada Tuhan kalian.
Wa min Allah at tawfiq
Sumber:
Post a Comment Blogger Disqus