Mistikus Cinta

0
Pendekatan, Paham Dan Sejarah


Mansur Al-Hallaj
Mungkin ada di antara kita yang masih tertanya-tanya: "Kalau begitu mengapa pula Al-Hallaj telah dijatuhkan hukuman mati?.

Barangsiapa mengenal sejarah Islam, pasti mengenal kata-kata "Ana Al-Haq". Kata-kata ini sendiri, sebenarnya sudah menggoda keawaman, apalagi kesolehan seorang Muslim. 

Terlebih lagi ketika ia terkait pada riwayat dan kisah-kisah Mansur Al-Hallaj seorang Sufi besar.

Pada abad ke-14 ahli Sufi terkenal Al-Hallaj, iaitu Abu al-Mughith al-Husain ibn Mansur al-Hallaj, lahir pada 858 Masehi di Tur, Iran dan meninggal dunia (mati dipancung) di tiang gantungan pada 26 Maret 922 di Baghdad, di tepi sungai Euphrat, tempat mengalir bukan hanya sebagian peradaban Islam, tetapi juga sebagian peradaban dunia kita ini. Dibunuh karena dituduh murtad dan kafir. 

Dia pada mulanya mendapat penghormatan dari Ulama sezamannya. Ini karena beliau seorang ahli ibadat yang sangat handal. Beliau seorang yang kuat sembahyang (shalat) dan senantiasa berpuasa setiap waktu. 

Tetapi ketika beliau menyatakan bahwa dirinya adalah hak, beliau dipandang melenceng dan kafir oleh beberapa Ulama'.

Beliau berkata: "Aku adalah yang Maha Benar", di mana di dalam bahasa Arab disebut "Ana Al-Haq" atau disebut dalam bahasa Inggeris "I am the truth". Ungkapan itu ditafsirkan bahwa beliau menganggap zat Allah berada dalam diri. 

Dengan berpaham demikian, Al-Hallaj dipenjara dan disebat. Beliau kemudian disalib setelah dipotong tangan dan kakinya. Malah mayat beliau dibakar dan abunya dihanyutkan ke sungai Dajlah. Sedang kepalanya dibawa ke Khurasan untuk selanjutnya dipersaksikan oleh ummat, Islam dan sejarahnya.

Begitulah kekuasaan, masa itu, dinasti Abbasiah memuaskan diri dengan kematian Mansur Al-Hallaj. 

Seorang lagi Sufi besar yaitu Syeikh Al-Syibli berkata bahwa meskipun beliau sendiri dan Abu al-Mughith al-Husain mengeluarkan kata-kata yang sama (Ana Al-Haq), tetapi beliau dibiarkan begitu saja karena orang menyangkanya gila, tetapi Abu al-Mughith al-Husain disalib karena orang menganggap dia tidak gila dan seorang yang bijak pula. 

Mansur Al-Hallaj, menerima pendidikan dan asuhan pertamanya dari 'Alim Sahal Ibn 'Abdullah seorang Sufi besar yang terkenal. 

Sesudah menguasai berbagai cabang pengajaran, yang religius dan intelektual, ia mengembalikan perhatiannya kepada Sufisme. Di sinilah ia menerima pengolahan rohaniah Syeikh Abul Hussain Al-Nuri, Syeikh Junaid Al-Baghdadi dan Syeikh Umar Ibn Uthman

Dan dari gurunya yang terakhir, Al-Hallaj yang tersohor itu menerima suatu alamat yang semakin berkembang sedemikian kuat dalam dirinya, sehingga ia mulai dengan gelap mata mengucapkan hal-hal yang memperkosa perintah-perintah syariat. Gurunya telah beberapa kali melarang Al-Hallaj mengucapkan ucapan-ucapan yang bertentangan dengan syariat itu, tetapi sia-sia; sehingga Al-Hallaj akhirnya diperintahkan meninggalkan perguruannya itu. 

Begitulah Al-Hallaj meninggalkan Basra dan kembali ke Baghdad, masuk kembali ke perguruan (khaniqah) Syeikh Junaid Al-Baghdadi. Tetapi juga di sini Al-Hallaj mulai lagi mengucapkan ucapan-ucapannya yang mengungkapkan rahasia Ketuhanan walaupun ia telah dilarang gurunya. 

Pada suatu hari Syeikh Junaid berkata,
"Hei, Mansur, tidak lama lagi, suatu titik dari sebilah papan akan diwarnai oleh darahmu!" 

"Benar", kata Al-Hallaj, "Tetapi dalam hal yang demikian, engkau juga akan melemparkan pakaian Kesufianmu dan mengenakan pakaian Maulawi - Ana Al-Haq". 

Kedua ramalan itu secara harafiah menjadi kenyataan. 

Pada suatu hari Al-Hallaj benar-benar dirangsang oleh api cinta Ilahiahnya dan ia kembali meneriakkan "Ana Al-Haq". Dan begitulah ia terus, sering tanpa henti. Gurunya, Syeikh Junaid dan teman-temannya seperti Syeikh Al-Syibli dan lain-lainnya menasihati Al-Hallaj agar menahan hati, namun tetap tidak mempan. Al-Hallaj terus saja dengan seruan-seruannya "Ana Al-Haq" pada waktu-waktu istirahat. Lalu bangkitlah kaum Ulama' syariat melawan Al-Hallaj dengan mendapat dukungan dari Hamid Ibn Abbas, Perdana Menteri (PM) wilayah Baghdad dan akhirnya malah mengeluarkan "Fatwa Kufur", menyatakan bahwa Al-Hallaj secara hukum dapat dihukum mati. 

Ketika keadaan yang sebenarnya itu akhirnya diajukan untuk mendapat persetujuan Khalifah Muqtadir-Billah, beliau menolak memberikan persetujuannya. Kecuali, kalau Fatwa itu ditandatangani oleh Syeikh Junaid Al-Baghdadi. Fatwa itu kemudiannya enam kali dikirim kepada Syeikh Junaid, tetapi kembali tanpa tandatangannya. Khalifah, untuk ke tujuh kalinya mengirimkan Fatwa itu disertai permintaan khusus agar ia menjawab "ya" atau "tidak". Menghadapi hal itu, guru yang besar itu membuang pakaian Kesufiannya, dan mengenakan jubah ke-Ulama'-annya ia menulis pada surat jawabannya : 

"Menurut hukum syariat, Al-Hallaj dapat dijatuhi hukuman mati; tetapi menurut ajaran-ajaran rahasia kebenaran, Tuhan adalah maha tahu!". 

[Irshadat : Syeikh Muhammad Ibrahim, Iran - Mempunyai nama julukan, "Gazur-i-Ilahi" (the washerman of God - tukang cuci Tuhan)] 

Diceritakan bahwa Al-Hallaj sebelum disalib, beliau bersembahyang (shalat) dan berdoa dengan berkata : 

"Mereka adalah hamba yang berhimpun, sangat dahaga untuk membunuhku karena agama Kau, dan untuk mendapatkan keridhaan Kau, maka ampunkan mereka wahai Tuhan ku, dan memberi rahmat kepada mereka, karena jika Kau membuka kepada mereka seperti Kau membuka kepada ku, mereka tidak akan melakukan seperti yang mereka sedang lakukan sekarang, dan jika Kau tutup pada ku seperti Kau tutup pada mereka, aku tidak akan menghadapi malapetaka ini, baiklah apa yang Kau lakukan dan baiklah apa yang Kau maukan." 

Begitulah berakhirnya hidup Al-Hallaj dan beberapa Ulama' dan ahli Sufi lain yang hidup dalam abad ke-8 sehingga ke abad ke-14. 

Tentang kisah Al-Hallaj ini bukanlah menjadi rahasia lagi. Kisahnya telah diketahui umum. Ia mempunyai kekuatan dan daya tarikan yang menjadi tumpuan orang banyak di mana pun ia berada. Seperti ahli-ahli Sufi yang lain beliau mengasihi keluarga Rasulullah SAW. Pada suatu ketika keluarga Rasulullah SAW, bercita-cita untuk mengambil kembali kekuasaan pemerintahan. Golongan Bani Abbas sudah pasti tidak merasa senang terhadap setiap tokoh seperti yang ada pada Al-Hallaj yang memberi sokongan dan simpati sepenuhnya kepada keluarga Rasulullah SAW. Oleh karena berita beliau begitu kuat tersebar luas, maka demi untuk menjaga "keamanan atau keselamatan negara" seperti yang selalu dijadikan alasan oleh setiap yang tamak kekuasaan pastilah diambil tindakan segera. 

Banyak Ulama' dituduh murtad apabila tidak sehaluan.
Kisah Al-Hallaj yang menerima hukuman mati bukan sekali-kali bersebabkan karena isu agama tetapi semata-mata karena politik. Memang menjadi perkara yang amat mudah bagi pihak yang berkuasa secara tangan besi untuk memutar balikkan kenyataan dan kedudukan kisah yang sebenarnya, membawakannya ke muka pengadilan, serta membuktikannya dengan sebagiann besar para saksi dusta, bahkan boleh mempengaruhi dengan uang dan kedudukan untuk mencapai kehendak nafsunya. Demikianlah kisah Al-Hallaj. Tidak ada kaitannya dengan masalah agama, walaupun telah coba dikaitkan. Semua kata-kata dan pendapatnya tidak ada dalam buku-buku atau kitab-kitab hasil dari tulisan tangan dan catatan penanya, dan setengah daripada kitabnya yang masih ada tidak mendukung tuduhan musuh-musuhnya. 

Menurut pertimbangan logika yang benar seorang jurubina tidak layak untuk memberi fatwa dalam bidang kajian perngobataan atau ketabiban. Demikian juga seorang sastrawan dengan kesastrawannya tidak layak untuk memberikan fatwa dalam bidang senibina. Maka adilnya, tidaklah begitu mudah untuk membuat putusan hukum ke atas orang-orang seperti Ibnul 'Arabi, Al-Hallaj, Ibnu al-Farid, Hamzah Fansuri, Syeikh Sitijenar, kalau orang-orang itu bukan dari ahli yang setara dengan mereka. 

Pernah dikatakan kepada seorang dari para guru yang soleh lagi dihormati bahwa: Si fulan telah mengkritik Ibnu 'Arabi dalam sebuah majalah. Beliau mengatakan apakah layak seekor lipas untuk menilai amalan seekor singa? Memang ia tidak layak untuk menilai bahkan untuk mengatakannya, karena logika yang menjadi ukurannya adalah logika lipas. 

Imam Al-Sya'rani sendiri menegaskan tentang kedudukan orang-orang yang memusihi Ibnu 'Arabi bahwa penilaian dan hukuman mereka adalah penilaian dan hukuman nyamuk yang coba menghembus gunung dengan tujuan untuk meruntuhkannya. Yang lenyap dibawa angin ialah si nyamuk walau bagaimana banyaknya, si nyamuk itu sedangkan gunung akan tetap kokoh di tempatnya yang menjadi pengimbang putaran dunia ini. 

Pendapat yang benar dan penuh insaf ialah pendapat Imam Al-Sya'rani tentang kedudukan ahli Sufi umumnya dan Ibnu 'Arabi khususnya : 

"Demi umurku! Penyembah-penyembah berhala tidak berani untuk menjadikan Tuhan-Tuhan berhalanya itulah sebagai Zat Allah, sebaliknya mereka hanya mengatakan: "Kami tidak menyembahnya hanyalah semata-mata untuk menjadi perantaraan yang bisa mendekatkan kami kepada Allah." Betapa Tasawuf ialah akhlak. Siapa yang semakin bertambah akhlak berarti semakin bertambah kejernihan hatinya. Semoga Allah meridhai mereka sekalian." 

Biarlah kita sampai atau hampir sampai dahulu ke tarafnya, maka barulah kita memberikan hukum. Maka hukuman kita itu nanti tidak akan berbeda dari hukuman para "Ulama'" salaf. 

Di bawah ini saya sertakan petikan ucapan-ucapan Al-Hallaj yang melampaui (unnatural) dari pemikiran manusia biasa. 

Mansur al-Hallaj :

"Ana Al-Haqq - Aku adalah Kebenaran."
(ini adalah pengucapan yang menyebabkan al-Hallaj dihukum mati - al Haqq juga bermaksud Tuhan)

"Kau tahu dan Kau tidak diketahui; Kau lihat dan Kau tidak dilihat."

"Semangat Engkau bercampur dengan semangatku sedikit demi sedikit oleh putaran (peredaran), melalui penyatuan semula dan perpisahan (tanpa rasa takut) dan kini aku adalah diri Mu, kebenaran Mu adalah aku sendiri dan ianya juga adalah kehendak ku (keupayaan).

"Aku mendapati suatu keganjilan yang seluruh kecintaan, boleh dilahirkan oleh tubuh ku yang kecil, sehingga disebabkan oleh beban yang kecil, bumi tidak dapat menanggung ku."

"Aku telah melihat Tuhan ku dengan mata hati, dan aku berkata : "Siapa Kau?" Dia berkata : "Engkau.""

"Aku tidak berhenti berenang dalam lautan cinta, timbul bersama gelombang, kemudian turun ke bawah. Kini gelombang menetapkan aku, dan kemudian aku tenggelam dibawahnya. Cinta membawa aku pergi di mana tidak ada lagi pantai." 

Kata-kata yang cukup simbolik dan "mencarik adat", serta di luar dari pemikiran waras manusia biasa. Dengan pendzahiran kata-kata seperti ini jugalah beliau dituduh murtad dan kafir bagi mereka-mereka yang tidak sehaluan dengan fahaman dan aliran Sufisme yang penuh dengan mistik tradisional. 

Bagi saya ucapan-ucapan beliau ini "is not tangible", iaitu sesuatu yang tidak dapat dirasa oleh sentuhan. Tetapi ianya bukanlah khayalan dan terbukti kebenaran! 

Saya juga tertarik dengan ulasan Syeikh Fariduddin 'Attar seorang ahli Sufi dari Iran, pengarang kitab Tazkiratul-Auliya', berkenaan dengan Al-Hallaj katanya : 

"Alangkah sedihnya seorang Sufi yang agung ini (Al-Hallaj) tidak difahami oleh orang-orang sezamannya. Anda boleh hormati pokok jika ia berkata "Ana Al-Haq" (Akulah Yang Benar), tetapi kenapa seorang manusia yang mengucapkan kata-kata itu disalib pula. Anda patutlah tahu bahwa perkataan seperti itu adalah diucapkan oleh orang-orang Sufi yang agung yang dalam keadaan "dzauk" (mabuk) Allah atau fana' diri, dan mereka berucap seperti itu melalui Allah. Atau dengan lain perkataan, Allah yang bercakap melalui lidah-lidah mereka. Diri mereka itu telah "mati"." 


Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Al-Hallaj Dalam Pendekatan, Paham Dan Sejarah | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top