Ketika saya mengatakan, “Ini Syekh saya,” maka beliau tetap Syekh saya walaupun beliau akan melumatkan saya di dalam mesin blender. Saya tidak akan mengubah cinta saya pada beliau. Jika cinta saya berubah, saya tidak akan mencapai maqam apa pun. Pikiran-pikiran buruk tentang Syekh akan semakin menarik kalian menjauh dari beliau. Beliau mampu mendeteksi hal itu di dalam hati kalian.
Ketika kalian mengakui mempunyai pikiran-pikiran buruk itu, maka lebih mudah bagi Syekh untuk membersihkannya. Namun sebaliknya, bila si murid berpura-pura di depan Syekhnya bahwa dia adalah murid yang super, bahwa dia mencintai Syekhnya, bahwa dia akan melaksanakan apa yang diminta Syekh, padahal hatinya berbicara sebaliknya, maka Syekh pun mengetahuinya!
Itulah sebabnya di dalam banyak tarekat, ketika Syekh menghijab dirinya sendiri dan berada di “dunia lain” beliau tidak menemukan seseorang yang mampu membawa amanatnya ketika beliau sedang absen. Walaupun ketika di hadapan beliau, mereka tampak sebagai murid yang hebat. Akhirnya, beliau pergi tanpa menunjuk seorang pun, sampai ada yang benar-benar muncul.
Ketika murid andalan itu muncul, Syekh memberinya kekuatan. Insya Allah, sebentar lagi murid itu akan muncul di antara kalian. Dia yang akan membawa amanat Syekh dan melanjutkan perjuangannya. Jika kalian pandai, kalian akan tahu siapakah orang itu. Dia adalah seorang yang rendah hati, tidak peduli dengan kehidupan materi ataupun ingin mencapai maqam tertentu dan tidak menonjolkan diri. (Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani qs)
***
Imam di setiap masjid harus menggugah jemaahnya untuk bersiwak sebelum salat. Karena Nabi SAW pernah bersabda, “Salat dengan bersiwak setara dengan 27 salat tanpa bersiwak.” Nabi SAW juga bersabda bahwa siwak akan membersihkan unsur syirik dan kemunafikan dari hati orang-orang beriman. Ketika menggunakan siwak disunahkan untuk berdoa, “Allaahumma thahhir qalbii min al-syirk wa al-nifaaq (Ya Allah SWT, sucikanlah hati kami dari syirik dan kemunafikan).” - Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani qs
***
Menurut Abu Yazid Al Bustami Merendahkan diri adalah menaikkan diri. Merendahkan diri yang sesungguhnya adalah Tawadhu, artinya bahwasannya dia sudah tidak punya dan tidak peduli akan Maqamnya. Tawadhu bukan berarti menunduk, berkata saya bukan apa-apa dll. Tawadhu berada dalam hati. (Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani qs)
***
Subbhanallaah....
ReplyDelete