George Gurdjieff |
Grandsyekh `Abdullah (q) sering berkhidmah di khaniqah pamannya. Setiap hari ratusan tamu datang mengunjungi Syekh, kebanyakan berasal dari Daghestan. Di antara tamu itu ada seorang guru dari Rusia, George Gurdjieff. Ia baru tiba di Turki setelah melewati sebuah perjalanan panjang dan sulit dalam pelariannya dari Rusia ketika terjadi revolusi komunis. Gurdjieff datang menemui Syekh Syarafuddin (q). Gurdjieff mempunyai hubungan dengan banyak pengikuti Sufi dari berbagai tarekat dan telah sering mengembara ke seluruh pelosok Kaukasus. Ia senang dapat bertemu dengan para pewaris silsilah Tarekat Mulia Naqsybandi Daghestani.
Syekh Syarafuddin (q) meminta Syekh `Abdullah (q) untuk menerima tamunya. Syekh `Abdullah (q) menceritakan peristiwa pertemuan itu dengan beberapa murid bertahun-tahun kemudian. Ketika keduanya bertemu, Syekh `Abdullah (q) mengatakan, “Engkau tertarik dengan ilmu mengenai Sembilan Titik. Kita dapat membicarakannya besok pagi setelah Salat Subuh. Sekarang silakan makan dan istirahat.” Pada waktu Subuh, Syekh `Abdullah (q) memanggil Gurdjieff untuk salat bersamanya. Segera setelah selesai, Syekh mulai membaca Surat Yaa Siin. Setelah Syekh selesai membaca, Gurdjieff mendekatinya dan bertanya apakah ia bisa berbicara mengenai apa yang baru saja dialaminya.
Gurdjieff berkata,
Begitu engkau selesai salat dan mulai membaca surat itu, aku melihat engkau mendatangiku dan meraih tanganku. Kita dipindahkan ke sebuah kebun mawar yang indah. Kau mengatakan bahwa kebun itu adalah milikmu dan mawar-mawar itu adalah murid-muridmu, masing-masing mempunyai warna dan wangi yang berbeda-beda. Kau mengantarkan aku pada salah satu mawar merah dan berkata, ”Ini adalah milikmu. Ciumlah.” Saat aku menciumnya, aku melihat mawar itu mekar dan aku lenyap di dalamnya dan menjadi mawar itu. Aku memasuki akarnya dan aku dibawa ke hadiratmu. Aku melihat diriku memasuki kalbumu dan menjadi bagian dirimu.
Melalui kekuatan spiritualmu, aku bisa naik menuju ilmu mengenai Sembilan Titik. Lalu sebuah suara yang memanggilku dengan `Abdan Nur, berkata, “Cahaya dan ilmu ini telah dianugerahkan kepadamu dari Hadirat Ilahi untuk memberi kedamaian dalam hatimu. Namun kau tidak boleh menggunakan kekuatan ilmu ini,” Suara itu mengucapkan selamat tinggal dan penglihatan berakhir saat engkau membaca Yaa Siin.
Syekh `Abdullah (q) menjawabnya,
Surat Yaa Siin dinamakan “Kalbu al-Qur’an” oleh Nabi Suci (s) dan ilmu mengenai Sembilan Titik ini dibukakan padamu melalui surat ini. Penglihatan itu adalah berkah dari ayat Salaamun Qawlan min Rabbin Rahiim, “Salam! Sebagai ucapan dari Yang Maha Penyayang [36:58].
Setiap titik dari Sembilan Titik itu diwakili oleh satu dari 9 wali yang mempunyai tingkatan tertinggi di Hadirat Ilahi. Mereka adalah kunci-kunci menuju kekuatan yang tak terhingga di dalam manusia, tetapi belum ada izin untuk menggunakan kunci-kunci ini. Ini adalah sebuah rahasia yang secara umum tidak akan dibuka sampai Hari Kiamat ketika Imam Mahdi (a) telah muncul dan Nabi Isa (a) telah kembali.
Pertemuan kita ini telah diberkati. Jagalah itu sebagai rahasia di dalam hatimu dan jangan membicarakan hal itu dalam kehidupan ini. `Abdan Nur, itulah namamu bersama kami, kau bebas untuk tinggal di sini atau pergi karena tanggung jawabmu memungkinkan. Engkau selalu kami terima. Engkau telah mencapai keselamatan dalam Hadirat Ilahi. Semoga Allah memberkatimu dan memberimu kekuatan dalam pekerjaanmu.
Post a Comment Blogger Disqus