Mistikus Cinta

0
Syeikh Ismail al-Minangkabawi
Penyebar al-Khalidiyah Pertama
Kedatangan Syeikh Ismail al-Minangkabawi dari Mekah ke Kerajaan Riau-Lingga dan Semenanjung Tanah Melayu, pernah diungkapkan dengan panjang lebar oleh Raja Ali Haji dalam karyanya, Tuhfatun Nafis. Masih dalam penyelidikan awal, pada tahun 1985 saya menyusun sebuah buku berjudul, Syeikh Ismail Al-Minangkabawi Penyiar Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, cetakan pertama C.V Ramadhani, Solo, Mac 1985. Buku tersebut dirujuk dan dipetik oleh banyak penulis. Tulisan saya yang sekarang merupakan hasil penelitian yang terkini, setelah menemui pelbagai karya Syeikh Ismail al-Minankabawi. Beberapa kekeliruan pada penyelidikan awal dibetulkan dalam artikel ini. Sebelum tulisan ini saya teruskan, terlebih dulu saya perlu menyatakan bahwa saya tidak sependapat dengan tahun andaian atau tahun dugaan kewafatan Syeikh Ismail al-Minankabawi yang termaktub dalam Ensiklopedi Islam, 2 Indeks, cetakan pertama, 1994, hlm. 55-56.

Menurut Ensiklopedi Islam tersebut bahwa Syeikh Ismail al-Minankabawi lahir pada tahun 1125 Hijrah dan wafat pada tahun 1160 Hijrah. Sanggahan saya adalah sebagai berikut, bahwa Syeikh Ismail al-Minankabawi jauh lebih muda daripada Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani (gurunya). Kelahiran Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani ada yang menyebut tahun 1133 Hijrah/ 1720 Masehi, 1153 Hijrah/1740 Masihi dan 1183 Hijrah/1769 Masehi.

Yang pasti pula, sewaktu masih kanak-kanak Syeikh Ismail al-Minankabawi dibawa oleh ayahnya pindah ke Mekah dan belajar kepada Syeikh Utsman ad-Dimyathi. Ulama ini hidup dalam tahun 1196 Hijrah/1781-2 Masehi - 1265 Hijrah/ 1848 Masehi. Oleh sebab Syeikh Ismail al-Minankabawi adalah murid Syeikh Utsman ad-Dimyathi, maka tahun kelahirannya dapat kita bandingkan dengan tahun kelahiran beberapa orang murid Syeikh Utsman ad-Dimyathi yang lain, seumpama Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan yang lahir tahun 1232 Hijrah/1816 Masehi, Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah, lahir tahun 1233 Hijrah/ 1817 Masihi, dan lain-lain. Jadi jelaslah bahwa tahun 1125 Hijrah/1713 Masehi yang dinyatakan tahun kelahiran Syeikh Ismail al-Minankabawi itu adalah ditolak berdasarkan fakta sejarah.

Dari semua karya Syeikh Ismail al-Minankabawi yang ditemui, ternyata yang tercatat tahun selesai penulisan hanya sebuah saja, yaitu Ar-Rahmatul Habithah fi Zikri Ismiz Zati war Rabithah yang diselesaikan pada tahun 1269 Hijrah/1852 Masehi. Ini sudah cukup untuk menyanggah kenyataan bahwa Syeikh Ismail al-Minangkabawi wafat pada tahun 1160 Hijrah/1747 Masihi itu, bahkan beliau masih hidup hingga tahun 1269 Hijrah/1852 Masehi. Menurut tulisan Syeikh Muhammad Mirdad Abul Khair dalam Nasyrun Naur waz Zahar, bahwa Syeikh Ismail al-Minankabawi wafat melampaui tahun 1280 Hijrah/1863 Masehi.

Pendidikan
Syeikh Muhammad Mirdad Abul Khair meriwayatkan bahwa Syeikh Ismail bin Abdullah al-Minankabawi al-Khalidi asy-Syafi'ie lahir di Minangkabau (tanpa menyebut tahun). Sejak kecil beliau mengikut ayahnya pindah ke Mekah al-Musyarrafah.

Beliau belajar pelbagai ilmu kepada Syeikh Utsman ad-Dimyathi. Setelah ulama besar itu wafat, Syeikh Ismail Minangkabau belajar pula kepada Syeikh Ahmad ad-Dimyathi. Selain kedua ulama itu, Syeikh Ismail Minangkabau juga belajar kepada ulama-ulama lain dalam Masjidil-Haram, Mekah, dan Syeikh Ismail Minangkabau sempat belajar kepada Mufti Mazhab Syafie ketika itu, yaitu Syeikh Muhammad Sa'id bin Ali asy-Syafi'ie al-Makki al-Qudsi (wafat 1260 Hijrah/1844-5 Masehi). Ulama dunia Melayu yang menjadi gurunya, yang dapat diketahui secara pasti hanyalah Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani.

Mengenai Thariqat Naqasyabandiyah al-Khalidiyah, Syeikh Ismail al-Minankabawi menerima baiah dan tawajjuh dari Sayid Abi Abdillah bin Abdullah Afandi al-Khalidi, murid Syeikh Khalid al-'Utsmani al- Kurdi. Pada waktu yang lain, Syeikh Ismail al-Minankabawi juga menerima baiah dan tawajjuh secara langsung dari Syeikh Khalid al-'Utsmani al-Kurdi. Dari mula nama inilah terdapat istilah al-Khalidiyah dalam Thariqat Naqasyabandi karena Syeikh Khalid al-'Utsmani al-Kurdi adalah seorang Mujaddid (pembaharu) dalam tarekat yang sangat terkenal itu.

Tercatat dalam sejarah bahwa Syeikh Ismail al-Minankabawi adalah seorang ulama yang sangat kuat melakukan ibadah, selain aktif beramal dengan Thariqat Naqasyabandiyah Khalidiyah dan Thariqat Syaziliyah, beliau aktif mengajar, mengarang, tilawah al-Quran, pelbagai wirid dan zikir sama ada siang maupun malam sehingga beliau wafat di Mekah tahun 1280 Hijrah/1863 Masehi. Tidak tercatat suatu pekerjaan yang dilakukannya sepanjang siang dan malam selain yang tersebut itu.

Penulisan
Karya Syeikh Ismail al-Minankabawi berupa kitab maupun risalah, yang ditemui adalah sebagai berikut:
1. Ar-Rahmatul Habithah fi Zikri Ismiz Zati war Rabithah, diselesaikan pada tahun 1269 Hijrah. Kandungannya membicarakan tasawuf, khusus mengenai rabithah secara mendalam. Kitab ini merupakan terjemahan sebuah karya murid beliau sendiri, seorang Arab yang bernama Syeikh Husein bin Ahmad ad-Dausari yang meninggal dunia dalam tahun 1242 Hijrah dalam usia hanya 39 tahun. Dari terjemahan kitab ini, kita banyak memperoleh informasi tentang diri Syeikh Ismail al-Minankabawi. Di antara petikan kalimatnya, ``Dan adalah demikian itu, dengan mengerjakan yang dia yang amat hina Ismail ibni Abdullah, yang Syafie mazhabnya, al-Asy'ari akidahnya, yang Syazili thariqatnya, kemudian lagi Naqsyabandi al-Khalidi thariqatnya juga, yang menumpang ia atas ahli ilmi di dalam tanah haram yang Makki, yang maha mulia ia. Barang ditobatkan (oleh) Allah juga atasnya dan maaf daripada-Nya oleh Tuhannya yang amat murah, lagi amat penyayang. Dan adalah demikian itu di dalam Kampung Teluk Belanga dengan pertolongan Syah Amir yang dibesarkan dan ikutan yang dimuliakan ialah Amir Ibrahim bin al-Marhum Amir Abdur Rahman at-Tamanqum Seri Maharaja.'' Yang dimaksudkan dengan perkataan `at-Tamanqum' ialah Temenggung. Dicetak oleh Mathba'ah al-Miriyah, Mekah, akhir Jamadilawal 1325 Hijrah, diusahakan oleh Syeikh Abdullah al-Baz.
2. Risalah Muqaranah Sembahyang, tanpa tarikh. Kandungannya membicarakan niat sembahyang. Cetakan pertama oleh Mathba'ah al-Bahiyah al-Mashriyah, 1309 Hijrah. Dicetak atas zimmah Umar bin Khathib Abdus Shamad al-Jawi, Jiyad.

Selanjutnya ada cetakan pertama yang dikombinasi cetak dengan Bulughul Maram karya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1310 Hijrah.

3. Kifayatul Ghulam fi Bayani Arkanil Islam wa Syurutihi, tanpa tarikh.
Kandungannya membicarakan fikah bagian rubu' ibadat. Terdapat berbagai edisi cetakan, di antaranya oleh Mathba'ah Mustafa al-Baby al-Halaby, Mesir, 1340 Hijrah. Kitab ini ditashih oleh beberapa orang di antaranya, Haji Abdullah bin Ibrahim al-Qadhi (Kedah).

4. Al-Muqaddimatul Kubra allati Tafarra'at minhan Nuskhatus Shughra, tanpa tarikh. Hanya terdapat tahun selesai penyalinan naskhah pada hari Selasa, sesudah sembahyang Zohor pada 15 Jamadilawal 1305 Hijrah di Mekah oleh `Abdus Shamad Kelantan. Kandungannya membahas ilmu akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah secara mendalam. Cetakan pertama oleh Mathba'ah al-Amiriyah, Bulaq, Mesir, tertulis di halaman depan dinyatakan tahun 1309 Hijrah, dan di halaman akhir dinyatakan Rabiulakhir 1310 Hijrah. Di bagian tepi dicetak kitab berjudul Muqaddimatul Mubtadin oleh pengarang yang sama. Pada halaman akhir dicatat sebagai penjual ialah Syeikh Abdullah al-Baz di Kampung Babus Salam, Mekah. Kitab ini ditashih Syeikh Ahmad al-Fathani.
5. Muqaddimatul Mubtadin, diselesaikan pada hari Rabu 30 Safar, sesudah sembahyang Zohor, tanpa menyebut tahun. Kandungannya membahas ilmu akidah secara mendalam. Dicetak di bagian tepi kitab Al-Muqaddimatul Kubra.
6. Mawabib Rabbil Falaq Syarh Bintil Milaq. Kandungannya membicarakan tasawuf, merupakan terjemahan dan syarah Qashidah al-'Arif Billah al-Qadhi Nashiruddin ibni Bintil Milaq asy-Syazili. Sebagian besar kandungannya membicarakan Thariqat Syaziliyah. Kitab ini termasuk dalam kategori kitab nadir, telah lama tidak terdapat dalam pasaran kitab. Saya memperoleh kitab ini pertama sekali daripada bekas milik Syeikh Abdul Ghani bin Abdul Hamid, Pinang Baik, Selayang, Selangor Darul Ehsan, tarikh 28 Rejab 1417 Hijrah/9 Disember 1996 Masehi. Dicetak oleh Mathba'ah Makkah al-Mahmiyah, pertengahan Zulkaedah 1306 Hijrah.

Kesimpulan
Sewaktu Syeikh Ismail bin Abdullah al-Minankabawi wafat, beliau meninggalkan dua orang anak yang menjadi ulama, yaitu Syeikh Azhari (wafat 1303 Hijrah/1886 Masehi) dan Syeikh Muhammad Nur (1313 Hijrah/ 1895-6 Masihi). Syeikh Azhari bin Syeikh Ismail al-Minankabawi ketika wafat meninggalkan dua orang anak; Salim dan Ismail. Syeikh Muhammad Nur bin Syeikh Ismail al-Minankabawi pula memperoleh dua anak perempuan. Salah seorang darinya menjadi isteri kepada Syeikh Tahir Jalaluddin al-Minankabawi al-Azhari, tokoh tajdid yang sangat terkenal itu.

Kedua anak Syeikh Ismail al-Minankabawi yang tersebut meneruskan aktivitas beliau, di rumah pusaka beliau yang dinamakan Rumah Waqaf Al-Khalidi di Mekah, menjadi tumpuan atau tempat berkumpul orang-orang yang berasal dari dunia Melayu, terutama Ikhwanut Thariqah dan Kerabat Diraja Riau-Lingga. Bahwa Rumah Waqaf Al-Khalidi di Mekah itu dibina, dimulai oleh Syeikh Ismail al-Minankabawi sendiri, dan sewaktu Raja Haji Ahmad bin Raja Haji ke Mekah pada tahun 1243 Hijrah/1828 Masehi, beliau mengulurkan dana wakaf yang banyak kepada Syeikh Ismail al-Minankabawi. Dana wakaf tersebut kemudian diteruskan oleh beberapa orang Kerabat Diraja Riau-Lingga, para murid beliau.

Murid Syeikh Ismail al-Minankabawi dari golongan elit Kerajaan Riau-Lingga sangat ramai, sama ada pimpinan tertinggi kerajaan, golongan cerdik pandai maupun golongan lainnya. Di antara mereka seumpama Raja Haji Abdullah, Yang Dipertuan Muda Riau Lingga ke-IX, Raja Ali Haji, pengarang Melayu yang sangat terkenal dan lain-lain.

Kesimpulan dari seluruh perbincangan bahwa Thariqat Naqsyabandiyah aliran al-Khalidiyah di dunia Melayu, dimulai oleh Syeikh Ismail al-Minankabawi di Mekah, kemudian beliau sendiri datang mendirikan pusat-pusat penyebarannya di Istana Pulau Penyengat, Riau, di Istana Temenggung Ibrahim di Teluk Belanga, Singapura, di Kampung Semabok, Melaka dan Kampung Upih di Pulau Pinang dan tempat-tempat lainnya.



Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Syeikh Ismail al-Minangkabawi | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top