Mursyid Ke 23
Syekh Muhammad Khwaja al-Amkanaki qaddasa-l-Lahu sirrah
Syekh Muhammad Khwaja al-Amkanaki qaddasa-l-Lahu sirrah
"O, bulan purnama yang sempurna! Rumah dari hati adalah Engkau! Akal - yang dulunya tuan - telah menjadi budakmu dan penjaga pintu.
Sejak hari Alast ["Bukankah Aku"] roh telah mabuk dengan-Mu, meskipun untuk sementara waktu itu terganggu oleh air dan tanah liat.
Karena tanah liat sekarang telah tenggelam ke dasar, airnya jernih - tidak ada lagi yang aku katakan, 'Ini milikku, itu adalah Engkau.' "
Sejak hari Alast ["Bukankah Aku"] roh telah mabuk dengan-Mu, meskipun untuk sementara waktu itu terganggu oleh air dan tanah liat.
Karena tanah liat sekarang telah tenggelam ke dasar, airnya jernih - tidak ada lagi yang aku katakan, 'Ini milikku, itu adalah Engkau.' "
Rumi, Divan
Ia adalah Pewaris Rahasia-Rahasia Nabi (s) dan yang Utama di antara para Awliya Terpilih. Ia adalah seorang Imam yang kemegahannya diketahui oleh semua orang dan yang keberkahannya menjangkau tempat yang luas.
Ia dilahirkan di daerah Amkana, sebuah desa di Bukhara. Ia dibesarkan oleh ayah dan pamannya. Selama masa kanak-kanaknya ia mendapat bimbingan yang sangat baik, sampai ia menjadi seperti orang yang berada di bawah sebuah kubah mulia, yang melindunginya dari segala noda. Ia tidak pernah menemukan suatu karakteristik yang baik kecuali kemudian ia mendapatkannya. Kesalahan apapun, bahkan yang terkecil akan dibuangnya. Ia tidak pernah menjumpai suatu maqam yang tinggi tanpa mencakupnya, begitu pula dengan rahasia yang berharga tanpa ia menjaganya, dan juga rasa spiritual yang lezat tanpa menikmatinya. Ia mengikuti ayahnya seperti matahari di hari yang cerah dan bagaikan bulan purnama di malam yang gelap. Ia duduk di Singgasana Penerus dan ia berusaha melakukan yang terbaik untuk mengangkat kalbu para pengikutnya. Ia mengenakan Burdah (Mantel) Qutub dan setiap atom di dunia ini, termasuk pada manusia atau binatang, tumbuhan atau benda-benda tak bergerak mendapat dukungan dari spiritualitasnya. Cahaya dari kekuatannya menerangi Jalan dari Tarekat ini, sehingga kemasyhurannya tersebar luas, dan orang-orang berdatangan untuk menimba ilmunya, mendapat bimbingan melalui cahayanya dan mendapat pencerahan melalui bimbingannya. Pintunya menjadi tujuan bagi setiap Arifin dan Qiblat bagi kalbu para Shalihin. Ia dibusanai dan dihiasi dengan Atribut Ilahi, membuktikan posisinya yang tinggi di Dimensi Surgawi.
Berikut ini adalah beberapa ucapannya yang diberkati,
“Setiap orang harus tahu bahwa agar seorang salik mengalami kemajuan di dalam Tarekat ini, pertama ia harus memanaskan gambaran Syekhnya ke dalam kalbunya, sampai jejak-jejak panas dari koneksi itu menjadi dapat terlihat. Ia harus mengarahkan panas itu menuju Kalbu yang Mendasar (Hakiki, Esensial) dan Universal. Ini adalah level kalbu di mana terdapat hakikat gabungan dari seluruh manusia dan seluruh makhluk, baik duniawi maupun surgawi. Meskipun tidak ada inkarnasi fisik, semua leluhur dan pada akhirnya seluruh makhluk hadir di dalam kalbu Esensial. Sorang salik tidak boleh terganggu oleh detail-detail pada makhluk, tetapi haru mengarahkan kekuatan kalbunya menuju Dzat yang Hakikat-Nya mencakup segala sesuatu. Ia harus terbebas dari segala keraguan terkait manifestasi Dzat yang selalu Hadir, dan harus tahu bahwa tidak ada yang benar-benar ada kecuali Allah (swt). Ia harus melihat dengan Mata Kebenaran bahwa semua makhluk muncul dan menjadi nyata semata-mata hanya melalui Allah.”
“Yang diminta dari Tarekat ini adalah mengarahkan diri kalian menuju Maqam Pengikisan Diri dan Maqamul Fana, yang merupakan Maqam Pertama dari Kebingungan. Ini akan mengantarkan kalian menuju Maqam Penerimaan Cahaya Murni dari Esens. Pada maqam itu tidak ada elemen lain yang ada kecuali Esens yang Murni tersebut. Bahkan Nama dan Sifat tidak bisa muncul di dalam Maqam Esens yang Murni tersebut. Orang yang dapat mencapai Maqam Esens yang Murni lebih tinggi daripada orang yang berada pada Maqam Asma wal Sifat.”
Ia wafat pada tahun 1016 H. Ia meneruskan rahasianya kepada Syekh Muayyidu-d-Din Muhammad al-Baqi (q). (http://www.naqshbandi.org/golden-chain/the-chain/muhammad-khwaja-al-amkanaki-qaddasa-l-lahu-sirrah/)
Ia dilahirkan di daerah Amkana, sebuah desa di Bukhara. Ia dibesarkan oleh ayah dan pamannya. Selama masa kanak-kanaknya ia mendapat bimbingan yang sangat baik, sampai ia menjadi seperti orang yang berada di bawah sebuah kubah mulia, yang melindunginya dari segala noda. Ia tidak pernah menemukan suatu karakteristik yang baik kecuali kemudian ia mendapatkannya. Kesalahan apapun, bahkan yang terkecil akan dibuangnya. Ia tidak pernah menjumpai suatu maqam yang tinggi tanpa mencakupnya, begitu pula dengan rahasia yang berharga tanpa ia menjaganya, dan juga rasa spiritual yang lezat tanpa menikmatinya. Ia mengikuti ayahnya seperti matahari di hari yang cerah dan bagaikan bulan purnama di malam yang gelap. Ia duduk di Singgasana Penerus dan ia berusaha melakukan yang terbaik untuk mengangkat kalbu para pengikutnya. Ia mengenakan Burdah (Mantel) Qutub dan setiap atom di dunia ini, termasuk pada manusia atau binatang, tumbuhan atau benda-benda tak bergerak mendapat dukungan dari spiritualitasnya. Cahaya dari kekuatannya menerangi Jalan dari Tarekat ini, sehingga kemasyhurannya tersebar luas, dan orang-orang berdatangan untuk menimba ilmunya, mendapat bimbingan melalui cahayanya dan mendapat pencerahan melalui bimbingannya. Pintunya menjadi tujuan bagi setiap Arifin dan Qiblat bagi kalbu para Shalihin. Ia dibusanai dan dihiasi dengan Atribut Ilahi, membuktikan posisinya yang tinggi di Dimensi Surgawi.
Berikut ini adalah beberapa ucapannya yang diberkati,
“Setiap orang harus tahu bahwa agar seorang salik mengalami kemajuan di dalam Tarekat ini, pertama ia harus memanaskan gambaran Syekhnya ke dalam kalbunya, sampai jejak-jejak panas dari koneksi itu menjadi dapat terlihat. Ia harus mengarahkan panas itu menuju Kalbu yang Mendasar (Hakiki, Esensial) dan Universal. Ini adalah level kalbu di mana terdapat hakikat gabungan dari seluruh manusia dan seluruh makhluk, baik duniawi maupun surgawi. Meskipun tidak ada inkarnasi fisik, semua leluhur dan pada akhirnya seluruh makhluk hadir di dalam kalbu Esensial. Sorang salik tidak boleh terganggu oleh detail-detail pada makhluk, tetapi haru mengarahkan kekuatan kalbunya menuju Dzat yang Hakikat-Nya mencakup segala sesuatu. Ia harus terbebas dari segala keraguan terkait manifestasi Dzat yang selalu Hadir, dan harus tahu bahwa tidak ada yang benar-benar ada kecuali Allah (swt). Ia harus melihat dengan Mata Kebenaran bahwa semua makhluk muncul dan menjadi nyata semata-mata hanya melalui Allah.”
“Yang diminta dari Tarekat ini adalah mengarahkan diri kalian menuju Maqam Pengikisan Diri dan Maqamul Fana, yang merupakan Maqam Pertama dari Kebingungan. Ini akan mengantarkan kalian menuju Maqam Penerimaan Cahaya Murni dari Esens. Pada maqam itu tidak ada elemen lain yang ada kecuali Esens yang Murni tersebut. Bahkan Nama dan Sifat tidak bisa muncul di dalam Maqam Esens yang Murni tersebut. Orang yang dapat mencapai Maqam Esens yang Murni lebih tinggi daripada orang yang berada pada Maqam Asma wal Sifat.”
Ia wafat pada tahun 1016 H. Ia meneruskan rahasianya kepada Syekh Muayyidu-d-Din Muhammad al-Baqi (q). (http://www.naqshbandi.org/golden-chain/the-chain/muhammad-khwaja-al-amkanaki-qaddasa-l-lahu-sirrah/)
Post a Comment Blogger Disqus