Mistikus Cinta

0
Mursyid Ke 35
Syekh Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni
Semoga Allah Mensucikan Ruhnya

Ia adalah salah satu dari Manusia Sempurna yang Allah busanai dengan Asmaul Husna wal Sifat. Ia membuatnya sebagai Pilar utama dari Ilham Ilahiah berupa Rahasia yang tesembunyi dan Kunci untuk membuka Singgasana Ilmu. Ia mewakili Tuhannya sebagai Bayangan-Nya di dunia ini, kalbunya dihiasi dengan permata dari Essensi Wahdaniah yang Unik. Dia menjadikannya sebagai Rumah bagi Cahaya-Nya. Ia adalah Rezeki bagi kalbu-kalbu para Salik dan ia merupakan wasilah bagi mereka yang ingin mendengar Kalamullah secara langsung. Ia adalah Sang Kibrit al-Ahmar, “Belerang Merah” menurut Timbangan Ilahiah, Sang Penjamin bagi Tersingkapnya Rahasia-Rahasia Ibadah yang dalam. Ia adalah Kamus bagi bahasa Ilmu-Ilmu Khusus: padanya bersemayam Zamrud Hijau dan Merah Delima bagi Sang Penyelam di Samudra itu, yang darinya muncul Warisan Besar dalam membangkitkan ilmu spiritual dan agama.

Ia memahami perkataan burung dan ia merupakan penerjemah Gairah Cinta Ilahi dan ia dimuliakan dengan Ilham-Ilham dari Tarekat ini. Ia adalah penampilan Maqam Kenabian dari Hakikat Muhammad (s). Ia adalah Mursyid dari Mursyid, Cahaya dari Cahaya, Arif dari Arif. Ia adalah seorang Mursyid dari tarekat ini yang mengambil kekuatannya melalui garis hubungan darah kepada Nabi (s), ia adalah seorang Sayyid Hasani wal Husayni, dan ia mengambil kekuatan spiritual tarekat ini dari Nabi (s) melalui Abu Bakr ash-Shiddiq (r) dan Sayyidina `Ali (r).

Ia dilahirkan di distrik Kubu, dari Ghazikumuk, di Daghestan pada hari Kamis, 16 Muharam tahun 1203 H./1788 M. Sejak dilahirkan ke dunia ini ia sudah berada dalam Maqamul Syahadah (Penyaksian) dan sepanjang hidupnya ia berada dalam Maqamul Kasyf, atau tanpa hijab.

Ia adalah seorang ulama baik dalam ilmu lahir maupun ilmu batin. Ia dikenal dapat berbicara dalam 15 bahasa, termasuk bahasa Arab, Persia, Urdu, Pashtu, Hindi, Rusia, Turki, dialek Daghestani dan Circassia, dan Armenia. Ia telah menghafal Qur'an dalam hati dan mengingat 775.000 Hadits, baik yang sahih maupun yang palsu.

Ia adalah seorang ensiklopedia hadits dan referensi bagi tafsir kitab suci al-Qur’an. Ia adalah seorang ahli Fikih dan Logika. Ia adalah seorang ilmuwan dan ahli matematika. Ia memiliki kecakapan khusus dalam ilmu Fisika. Ia adalah seorang ahli homeopati. Bahkan tidak ada cabang ilmu apapun yang belum dipelajarinya secara mendalam. Ia adalah seorang Sufi besar dan menulis buku berjudul “Adab al-Muridiyya fi ‘th-Thariqat an-Naqsybandiyya,” “Adab Murid di dalam Tarekat Naqsybandi.”

Ia adalah seorang Kutub dari Syekhnya di zamannya dan ia menempati posisi itu selama empat puluh tahun. Syekhnya, yaitu Syekh Isma`il (q), menunjukkan berbagai ilmu rahasia yang penting untuk melatih dan mengangkat murid-muridnya.

Ketika Syekh Syekh Isma`il (q) masih hidup, Sayyid Jamaluddin al-Ghumuqi (q) sudah merupakan seorang wali. Di masa hidupnya dua wali besar lainnya dari Daghestan dan khalifah dari Syekhnya, Sayyidina Khas Muhammad (q) dan Syekh uhammad Effendi al-Yaraghi (q), ia terus menjadi wali yang membawa rahasia utama dari Tarekat Naqsybandi. Namun demikian, hanya ketika Syekhnya, Syekh Muhammad Effendi al-Yaraghi (q) wafat, ia diberi izin untuk menjadi Mursyid tarekat ini.

Ia berbadan tinggi namun kurus. Kulitnya sangat putih. Janggutnya sangat panjang dan lebar. Matanya merah, suaranya lembut dan manis.

Ketika ia masih muda, ia adalah seorang murid dari ulama dan Sufi di Daghestan. Untuk beberapa saat ia menjadi sekretaris Gubernur Ghazikumuk. Ia memutuskan untuk meninggalkannya karena, “Allah memberiku kekuatan untuk melihat dengan dua mata istimewa, kekuatan untuk melihat ke dalam tujuh Langit dan melihat menembus bumi. Aku tidak bisa bekerja untuk seorang penindas.” Ia meinggalakan pekerjaan itu dan mengarahkan dirinya menuju Tarekat Naqsybandi, yang subur pada masa itu. Ia mempersiapkan orang-orang untuk berperang melawan Rusia. Kemudian ketika ia menjadi seorang Syekh, ia menjadi penasihat dan pemberi ilham di belakang perlawanan bersenjata Imam Syamil (q) yang juga adalah ayah mertuanya.

Ilmunya mengenai Tarekat Naqsybandi membuat orang-orang dari berbagai daerah datang untuk mendengar perkataannya. Ketika orang bertanya mengapa ia meninggalkan jabatannya di pemerintahan, ia menjawab dengan kata-kata sebagaimana yang dikutip di atas tadi. Mereka takjub dengan jawabannya. Dalam waktu yang singkat ia menjadi sangat terkenal.

Sepanjang zamannya Syekh Syamil (q), gubernur lainnya yang bernama Arlar Khan, memintanya untuk menerima posisi mufti (pemegang kewenangan agama). Ia menolaknya dengan berkata, “Aku tidak akan bekerja untuk para penindas.” Kemudian gubernur memerintahkannya untuk mengambil jabatan itu, tetapi ia mengabaikannya dan kemudian pergi. Gubernur kemudian memerintahkan agar ia digantung. Syekh Jamaluddin (q) berdiri dengan tali mengelilingi lehernya dan segera akan dieksekusi. Tiba-tiba Gubernur berlari ke arah balkon dan berteriak, “Stop! Stop! Jangan gantung dia.” Dalam keramaian itu, Gubernur terjatuh dari balkon dan menewaskan dirinya. Orang-orang segera melepaskan tali dari leher Sayyidina Jamaluddin (q) dan membiarkannya pergi. Ini adalah salah satu keramatnya.


Dari Kata-Katanya

Ia berkata,
“Kau harus menggunakan ilmumu. Jika engkau tidak menggunakannya, ia akan digunakan untuk menentangmu.”

“Langkah pertama dalam Maqam Wahdaniyah Yang Khas adalah menjaga sabda Nabi (s), yaitu ‘Beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya.’”

“Ibadah seorang yang Arif adalah lebih baik daripada mahkota di kepala raja.”

“Jika ilmu yang akan kubicarakan berasal dari diriku, maka ia akan musnah; tetapi bila itu berasal dari-Nya, dan karena itu berasal dari-Nya, maka ia tidak akan pernah musnah.”

“Di antara amal yang pahalanya tidak dapat dilihat oleh malaikat adalah Zikrullah.”

“Asosiasi terbaik dan tertinggi adalah duduk bersama-Nya dalam Maqam at-Tawhiid.”

“Jagalah waktumu, karena mereka berjalan dan tidak akan pernah kembali. Sungguh malang orang yang lalai. Sambungkan wazifa harianmu satu dengan yang lain, seperti mata rantai, kau akan mendapat manfaat darinya. Jangan membuat kalbumu sibuk dengan kehidupan duniawi, karena itu akan menyingkirkan pentingnya Akhirat dari dalam kalbumu.”

“Kisah orang-orang yang saleh dan para awliya bagaikan batalion Pasukan Allah, di mana maqam murid dibangkitkan dan ilmu rahasia dari Sang Arif menjadi dikenal. Bukti dari hal ini ada di dalam kitab suci al-Qur’an, ketika Allah berfirman kepada Nabi (s), ”Kami akan ceritakan kisah-kisah Rasul yang datang sebelummu, untuk meneguhkan hatimu” [11:120].

“Jadikanlah kalbumu bersama Allah `Azza wa Jalla, dan tubuhmu bersama orang-orang, karena siapa yang meninggalkan orang-orang akan meninggalkan jemaah dan siapa yang meninggalkan jemaah akan jatuh ke dalam kelalaian. Orang yang menggunakan Rahasianya untuk bersama orang-orang akan jatuh ke dalam ujian dan godaan dan ia akan dihijab dari Hadirat Tuhannya.”

“Allah telah menyingkapkan kepada hamba-hamba-Nya mengenai kekurangan mereka ketika Dia mengungkapkan bahwa mereka diciptakan dari tanah liat. Dia tunjukkan kepada mereka kehinaannya bahwa mereka berasal dari setetes air yang hina (mani). Dan Dia membuat mereka menyaksikan ketidakberdayaannya ketika Dia menciptakan kebutuhan untuk pergi ke kamar kecil.”

“Kebanggaan adalah bahaya yang sangat besar bagi manusia.”

“Ilmu mengenai Keesaan merupakan kekhususan bagi Sufi yang memungkinkan mereka dapat membedakan antara yang Abadi dan yang sementara.”

Dari Keramatnya
Dikatakan bahwa Allah mengaruniainya dengan dua mata tambahan dari kedua mata normalnya dan ini memberikan penglihatan tambahan baginya. Satu mata terletak di bawah pusarnya, dan satu lagi di atas pusarnya. Ketika ia masih bayi, para wanita di Ghazikumuk berdatangan untuk melihat kedua mata tambahan itu.

Allah memberi kekuatan spiritual kepada kedua mata ini di mana Dia menyingkapkan ilmu gaib untuk diketahui, baik Ilmu Surgawi maupun ilmu terkait makhluk spiritual (jin) dari dunia ini.

Dengan mata di atas pusarnya ia dapat melihat Ilmu Surgawi dan diberikan kekuatan spiritual untuk memindahkan dirinya ke Hadirat Ilahi dengan penglihatan yang lengkap, tanpa kehilangan kesadarannya. Ia dapat melihat Rahasia-Rahasia Ilahi dalam kesadaran penuh dan berbicara mengenainya kepada para pengikutnya. Setiap kali muridnya bertanya mengenai maqam-maqam Surgawi, ia akan menjawabnya dengan melihat maqam itu dengan Penglihatan yang Sempurna terlebih dahulu, baru kemudian memberikan jawabannya.

Mata di atas pusarnya digunakan untuk menjawab semua pertanyaan mengenai dunia ini dan mengenai jin. Ia sangat terkenal dalam menjelaskan kepada para pengikutnya mengenai apa yang mereka perlukan mengenai masa depan, masa sekarang dan masa lalu mereka. Silsilah dan hubungan kekerabatan antara murid-muridnya dengan leluhurnya disingkapkan baginya seperti sebuah kitab. Ia dapat memuaskan setiap orang yang bertanya mengenai leluhurnya karena ia dapat menyebutkan leluhur mereka satu per satu.

Suatu hari ia duduk bersama murid-muridnya dan memakan apel. Tiba-tiba ia mengambil apel-apel itu dari piring dan melemparkannya ke udara. Murid-muridnya terkejut melihat tindakan yang seperti kekanak-kanakan itu, khususnya dalam kaca mata prinsip Sufi yang dengan tegas menghindari semua perbuatan yang tergolong tidak berguna dan tidak ada urusannya (ma la ya`ni). Ia memandang mereka dan berkata, “Jangan melihat pada suatu perbuatan dan salah menafsirkannya, itu akan menjadi sebuah kesalahan yang fatal. Makna dari tindakan yang tadi kulakukan akan diketahui dalam beberapa jam, ketika seorang murid akan datang dari desa lain dan kalian akan mendapat penjelasannya.”

Sebagaimana yang diprediksikan, seorang pria datang dan berkata, “Wahai Syekhku, saudaraku baru saja meninggal dunia.” Syekh berkata, “Itulah yang terjadi. Sekarang katakan kepada mereka kapan tepatnya ia meninggal dunia.” Ia berkata, “Ia meninggal dunia empat jam yang lalu.” Syekh menjelaskan, “Aku melihat malaikat `Izra'il (a) datang untuk mencabut nyawa seorang pengikutku dengan kemarahan dan hukuman. Aku melemparkan apel itu ke atas dan dengan tindakan itu, aku menghentikan `Izra'il (a). Aku berkata agar ia kembali kepada Allah `Azza wa Jalla, dan mengatakan kepada-Nya bahwa Sayyid Jamaluddin (q) meminta agar Dia mengubah kematian hamba-Nya itu dari su’ul khatimah (akhir yang buruk) menjadi khusnul khatimah. Dalam perjalanan `Izra'il (a) kembali dengan jawaban bahwa Allah telah mengubah takdirnya dari hukuman menjadi rahmat, aku melemparkan apel kedua dan mengatakan kepada `Izra'il (a) agar ia pergi dan aku sendiri yang akan mencabut nyawa muridku. Akulah yang mencabut nyawanya keluar dari jasadnya pada tujuh napas terakhirnya.”

Suatu ketika ada beberapa pengunjung dari Kazan yang menempuh perjalanan untuk bertemu Sayyidina Jamaluddin (q). Dalam perjalanannya mereka melewati rumah seorang wanita tua yang bernama Salahuddin `Ayesya. Wanita itu berkata, “Bila kalian bertemu dengan Syekh, mintalah padanya untuk memberiku bay’at, karena aku sendiri tidak bisa pergi menemuinya.” Pada akhir pertemuan mereka dengan Syekh Jamaluddin (q), mereka memintanya untuk memberi wirid bagi Salahuddin `Ayesya. Ia berkata, “Bawakan sehelai kain ini kepadanya.” Mereka lalu membawakan sehelai kain yang diberikan oleh Syekh itu dan menyerahkannya kepada Salahuddin `Ayesya. Wanita itu mengambilnya, membukanya, melihatnya dan mengatakan, “Aku mengerti, aku mengerti!” dan ia mengangkat kain itu ke atas kepalanya. Lalu ia pergi dan beberapa waktu kemudian, ia datang kembali membawa sebuah bejana berisi susu. Ia berkata, “Bawakan ini kembali kepada Syekh.” Ketika mereka kembali dan memberikan susu itu, Syekh sedang dalam keadaan sakit parah karena telah dianiaya oleh Gubernur. Syekh lalu meminum susu itu dan berkata, “Alhamdulillah, aku disembuhkan melalui susu yang diperah dari rusa oleh wanita itu. Ia sangat bijaksana. Ia segera mengerti. Aku meletakkan sebuah arang yang menyala di dalam kain itu tetapi kain itu tidak terbakar. Ketika aku mengirimkannya kepadanya, ia mengerti bahwa memegang tarekat ini bagaikan memegang sebuah bara api yang menyala. Ia mengambil arang itu dan mengirimkan susu. Susu itu adalah lambang kemurnian kalbu. Jadi ia mengirimiku sebuah jawaban dengan mengatakan, “Aku menerima kesulitan di jalan ini (dalam tarekat ini), dan aku mendedikasikan kemurnian kalbuku kepadamu.” Kemudian orang-orang desa itu kembali menemui wanita itu dan mengatakan apa yang telah dikatakan oleh Syekh. Ia berkata, “Ketika aku menerima arang itu, dua ekor rusa muncul di pintuku. Aku tidak pernah melihat hal itu. Aku segera mengerti bahwa aku harus memerah mereka dan mengirimkan susunya kepada Syekh.”

Suatu ketika Sayyid Jamaluddin al-Ghumuqi (q) sedang bersama murid-muridnya di sebuah masjid jami di sebuah kota untuk melakukan salat Isya berjamaah. Ketika salat telah selesai, semua orang keluar dan mereka mengunci masjidnya. Satu orang tetap tinggal di dalam masjid itu, ia bersembunyi di balik pilar. Namanya adalah Orkallisa Muhammad, salah satu murid terbaik dari Sayyid Jamaluddin (q). Ia berbicara sendiri, mengatakan, “Hei Orkallisa Muhammad, sekarang tidak ada orang lain bersamamu, kau sendiri sekarang. Bela dirimu.” Dan ia menjawab sendiri, “Bagaimana aku dapat membela diriku? Aku adalah orang terburuk yang pernah Allah ciptakan di bumi. Aku bersumpah bahwa jika apa yang aku katakan tidak sesuai dengan apa yang kuyakini, maka istriku menjadi haram bagiku!” Ia tidak tahu bahwa Syekhnya juga bersembunyi di dalam masjid itu dan mengamatinya. Syekh melihat ke dalam kalbunya. Ia melihat bahwa kalbunya sungguh menganggapnya sebagai orang terburuk di antara seluruh makhluk.

Sayyid Jamaluddin (q) menampakkan dirinya, tertawa dan berkata, “Wahai Orkallisa, datanglah ke sini.” Orkallisa sangat terkejut melihat Syekhnya karena ia berpikir bahwa ia sendirian. Syekh berkata kepadanya, “Kau benar, dan kau juga setia dan tulus.” Segera setelah ia mendengar hal ini, Orkallisa Muhammad melayang hingga kepalanya membentur langit-langit masjid. Ia kemudian jatuh dan melayang lagi dan jatuh lagi dan seterusnya hingga tujuh kali. Ketika seorang murid dibersihkan dari dunia ini, ruhnya akan mengangkatnya dan ia akan terbang seperti seekor burung.

Lalu Syekh Jamaluddin (q) berkata kepadanya, “Duduklah.” dan ia pun duduk. Syekh lalu menunjuk dengan telunjuknya ke kalbu Orkallisa Muhammad dan membuat gerakan berputar. Ketika ia memutarkan jarinya, ia membuka kalbunya, bukan kepada Hadirat Ilahi, tetapi kepada rahasia-rahasia yang tersembunyi yang sudah berada di dalam kalbunya. Apa yang dibukakan Syekh kepadanya adalah enam level yang akan dibukakan kepada seorang salik agar ia dapat menapaki langkah pertamanya di dalam tarekat ini (level murid, setelah level muhib). Mereka adalah hakikat daya tarik (haqiqat al-jadzba), hakikat mencurahkan ilmu dengan melimpah (haqiqat al-fayd), hakikat untuk memfokuskan diri kepada Allah (haqiqat at-tawajjuh), hakikat memberi perantaraan atas izin Allah (haqiqat at-tawassul), hakikat memberi bimbingan (haqiqat al-irsyad), dan hakikat menggulung, dapat bergerak sesuka hatinya di dalam dimensi ruang (haqiqat at-tayy).

Keenam kekuatan yang dibukakan kepadanya adalah Langkah Utama yang pertama di dalam Jalan Sufi. Setelah ia membukakan keenam kekuatan ini, ia dapat membawanya ke Maqam Syahadah/Penyaksian. Di dalam maqam itu, ia melihat dirinya duduk bersama 124.000 burung putih yang mengelilinginya. Seekor burung hijau yang besar terbang di bagian tengah. Setelah penglihatan itu, burung-burung putih itu lenyap dan di tempatnya kini muncul rohani dari 124.000 awliya. Lalu burung hijau itu lenyap dan muncul rohani dari Sayiddina Muhammad (s). Nabi (s) berkata, “Aku bersaksi bahwa ia telah mencapai Maqamul Ihsan dan sekarang kau dapat mempercayainya. Berikan dia rahasia dari Tarekat Naqsybandi.” Kemudian Sayidd Jamaluddin (q) menuangkan dari kalbunya ke kalbu Orkallisa Muhammad, rahasia-rahasia dan ilmu yang tidak pernah diimpikannya. Ia berkata kepada Syekhnya, “Wahai Syekhku, apakah hal-hal ini ada di dalam tarekat?” Ia berkata, “Ya, wahai anakku, dan ini baru awal dari perjalanan ini.”

Dikatakan bahwa rahasia dari Syekhnya dapat terlihat pada diri Orkallisa Muhammad. Ia memberikan khotbah Jumat di atas minbar dan ia dapat menepukkan tangannya dan berkata, “Wahai manusia, menangislah!” kemudian orang-orang mulai menangis. Kemudian ia menepukkan tangannya lagi dan berkata, “Tertawalah!” dan mereka mulai tertawa. Kemudian ia memanjatkan doa, mengatakan, “Ya Allah, mereka telah menangis dalam pertobatan mereka dan mereka memohon ampunanmu, ampunilah mereka. Dan mereka tertawa atas nikmat dan rahmat-Mu!” Kemudian ia akan menepukkan tangan untuk yang ketiga kalinya, dan berkata, “Apakah kalian menerima Tarekat Naqsybandi menjadi tarekat kalian?” dan mereka semua menjawab, “Ya.” Lalu ia bertanya kepada mereka, “Apakah kalian mau berzikir 5000 kali ‘Allah’ di lidah dan 5000 kali ‘Allah,’ dalam hati?” dan mereka menjawab, “Ya.” Dengan metode ini ia menyebarkan Tarekat Naqsybandi ke seluruh Daghestan, Kazan, Rusia Selatan dan di antara pasukan Imam Syamil.


Jihadnya

Syekh Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni (q) sangat terlibat dalam mengarahkan perang melawan Rusia. Ia berperang untuk menjaga agar ajaran spiritualitas tetap kuat di Rusia, sebagaimana di zaman sebelumnya. Ia mendukung Imam Syamil dalam perang melawan Rusia selama hampir 40 tahun. Prajuritnya semata-mata berasal dari murid Naqsybandi, karena ia tidak memperbolehkan ada afiliasi lain di dalam pasukannya. Leslie Blanch menulis hal berikut mengenai hubungan mereka di dalam bukunya, “The Sabres of Paradise”:

“Syamil mematuhinya [Syekh Jamaluddin] lama setelah ia [Syamil] menjadi penguasa yang angkuh yang tidak mentoleransi adanya kritikan. Dengan tutornya, Syamil termasuk murid yang sangat disiplin dan rajin. Ia mempelajari bahasa Arab dan literatur Arab, filosofi dan teologi, mengalami kemajuan menuju doktrin Sufi yang rumit di mana evolusi agama merupakan prinsip fundamental di dalam Sufisme, termasuk studi komparatif mengenai Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Tampaknya ia bukanlah seorang murid biasa dan Jamaluddin mempersiapkan dirinya untuk takdir yang besar, yang menurut beberapa sumber, telah tertulis di keningnya.” [hal. 54-55]

“Ia [Imam kedua di Daghestan] mengalami kemajuan pesat dalam hierarki di madrasah, menjadi salah satu murid dalam lingkaran eksklusif. Namun, betapa pun jauhnya mereka menyusun rencana jihad mereka, tetap saja mereka mengambil inspirasi spiritualnya dari ajaran Sufi [Jamaluddin].”

“Imam Syamil menikah dengan putri Mullah Jamaluddin, Zaydat.” [hal. 211]

“Secara umum, Imam Syamil menghabiskan waktunya dalam tafakur atau berdoa, atau mengikuti diskusi teologis dengan guru spiritualnya, Mullah [Sayyid] Jamaluddin.” [hal. 352]

Ketika Syekh Syamil dikalahkan dan dijadikan tawanan oleh Rusia pada tahun 1279 H./1859 M. Syekh Jamaluddin (q) memutuskan untuk melakukan hijrah masal bersama para penduduk Daghestan ke Istanbul, Turki. Ketika keputusan itu telah ditetapkan, orang-orang dari Daghestan, Kazan, Chechnya, Kazakhstan, Armenia, Azerbaijan dan daerah lainnya, semuanya mulai mempersiapkan diri untuk meninggalkan daerah yang dikuasai Rusia. Mereka pergi ke Turki dan negeri-negeri Arab lainnya.

Syekh Syamil dibebaskan oleh Rusia dengan syarat bahwa ia bersumpah tidak akan melakukan perlawan lagi terhadap mereka. Ia lalu menunaikan ibadah haji dan mendapat sambutan sebagai pahlawan di Mekah, dikatakan bahwa ia diangkat ke atas Ka’bah untuk berdoa di sana agar semua orang memperoleh manfaat dengan melihatnya. Ia wafat di Madinah dan dimakamkan di Makam para Sahabat, al-Baqi`.


Hijrah

Syekh Jamaluddin (q) pindah ke Istanbul, ditemani oleh keluarganya dan keluarga Syekh Syamil. Di sana mereka tinggal di distrik Uskudar, di sisi Asia dari Istanbul. Dari sana ia menyebarkan ajaran Tarekat Naqsybandi ke seluruh Turki.

Pada saat itu semua rumah dibangun dari kayu. Suatu hari kebakaran hebat terjadi di kota Uskudar. Orang-orang meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri. Mereka datang kepadanya, dan mendesaknya untuk segera pergi. Ia berkata dengan sangat tenang, “Aku tidak akan pergi karena rumahku tidak akan terbakar. Rumah ini dibangun dari uang yang diperoleh dengan tanganku sendiri. Rumah yang dibangun dengan uang yang murni dan halal tidak akan terbakar.” Seluruh distrik itu terbakar, tetapi rumahnya tidak tersentuh oleh api. Rumah itu terus diperlihara hingga sekarang, dan menjadi sangat terkenal.

Perilakunya bersama keluarga dan murid-muridnya selalu sempurna. Ia menjaga akhlak terbaik bersama mereka. Ia tidak pernah bereaksi terhadap keluhan atau keberatan dari keluarganya. Ia tidak pernah keberatan atau mengkritik murid-muridnya. Ia selalu berusaha untuk membuat mereka senang.

Suatu hari, tak lama sebelum wafatnya, ia memanggil istri dan putrinya. Ia berkata, “Hari ini aku telah melakukan sebuah pekerjaan besar, dan itu menyita seluruh tenagaku sehingga aku menjadi sangat lemah. Bila kalian nanti membaca koran, kalian akan melihat bahwa ada sebuah kapal besar yang kandas di Selat Bosphorus. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu dan mereka diselamatkan oleh seseorang yang tidak dikenal. Akulah orang itu, dan kalian akan mendengar mengenai hal itu.” Kemudian ia wafat. Keesokan harinya, putrinya dengan rasa takjub dan berurai air mata membaca berita itu di koran, mengenai sebuah kapal besar yang kandas dan seseorang yang tidak dikenal telah menyelamatkan semua orang di kapal itu. Koran itu masih disimpan oleh keturunannya.

Ia wafat pada tanggal 5 Syawal tahun 1285 H./1869 M. dalam usia 8o tahun. Ia dimakamkan di Uskudar, Istanbul, dekat dengan keluarga Imam Syamil.

Beberapa saat setelah wafatnya dan setelah pemakamannya, lokasi makamnya menjadi hilang, tidak ada orang yang dapat menemukannya. Ia tidak ditemukan lagi selama bertahun-tahun. Syekh Syarafuddin (q), yang muncul 40 tahun setelah wafatnya adalah orang yang menemukan kembali makamnya. Ketika ia tinggal di Rasyadiya, 150 mil dari Istanbul, ia mendapat suatu penglihatan di mana ia dibawa ke Uskudar. Ia dibawa ke sebuah makam dan seseorang muncul di hadapannya dengan memakai jubah hijau. Ia berkata, “Aku adalah Syekh Jamaluddin (q). Kau harus mengungkapkan kembali makamku.” Syekh Syarafuddin (q) bertanya, “Bagaimana aku dapat mengetahui makammu?” Ia berkata, “Ini adalah makam Karaja Ahmad, seorang wali yang dimakamkan di sini,” sambil menunjuk ke sebuah tempat tak jauh dari situ. Lalu ia berkata, “Anakku, lakukan yang terbaik untuk menemukan lokasi makamku.” Keesokan harinya Syekh Syarafuddin (q) menulis kepada orang-orang di Istanbul, dan mengatakan kepada mereka untuk menggali di tempat yang ia sebutkan. Mereka menggali di tempat itu dan mereka menemukan sebuah nisan bertuliskan nama Syekh Jamaluddin (q).

Syekh Jamaluddin (q) meneruskan Rahasia dari Silsilah Emas Tarekat Naqsybandi kepada Sayiddina Abu Ahmad as-Sughuri (q). (http://www.naqshbandi.org/golden-chain/the-chain/jamaluddin-al-ghumuqi-al-husayni-qaddasa-l-lahu-sirrah/)

Jangan lupa dukung Mistikus Channel Official Youtube Mistikus Blog dengan cara LIKE, SHARE, SUBSCRIBE:




Anda sedang membaca Jamaluddin al-Ghumuqi al-Husayni | Silahkan Like & Follow :
| | LIKE, SHARE, SUBSCRIBE Mistikus Channel
| Kajian Sufi / Tasawuf melalui Ensiklopedia Sufi Nusantara, klik: SUFIPEDIA.Terima kasih.
Sudah berapa lama Anda menahan rindu untuk berangkat ke Baitullah? Melihat Ka’bah langsung dalam jarak dekat dan berkesempatan berziarah ke makam Rasulullah. Untuk menjawab kerinduan Anda, silahkan klik Instagram | Facebook.

Post a Comment Blogger Disqus

 
Top