Mursyid ke-16
Syaikh as-Sayyid Amir Kulal ibn as-Sayyid Hamza, Semoga Allah Mensucikan Jiwanya.
"Kita mempunyai jalan dari dunia nyata menuju alam ghaib, karena kita adalah sahabat dari Sang Utusan dalam Agama.
Kita mempunyai jalan dari rumah ke taman, kita adalah tetangga dari pohon cemara dan melati.
Setiap hari kita datang ke kebun dan melihat ratusan bunga.
Untuk menaburkan mereka di antara para pecinta, kita penuhi jubah kita sampai penuh sesak.
Perhatikan ucapan kita! Mereka adalah wewangian bagi mawar itu—kita adalah semak mawar dari kebun mawar keyakinan."
Divan (Rumi)
Divan (Rumi)
Sayyid Amir Kulal dikenal bagaikan Mawar dalam hal Karakter dan Atribut Rasulullah , mencapai maqam yang tertinggi dari Pohon Lote terjauh, penunjuk jalan menuju Singgasana Utama, pemilik rahmat, guru yang memiliki rahasia nafas suci Tuhan. Dia adalah mujaddid atau pembaharu dalam syariah (Hukum), guru besar dalam thariqat, pendiri haqiqat (Realitas), and pembimbing bagi khaliqa (Ciptaan). Beliau diakui sebagai guru besar para wali di zamannya, yang menyandangkan ucapan, "Wali dari Guru besar adalah Guru Besar bagi para Wali." terhadap beliau.
Beliau dilahirkan di desa Sukhar, dua mil dari Bukhara. Keluarganya adalah sayyid, keturunan Rasulullah. Ibunya berkata, “Ketika Aku mengandung nya, setiap kali tanganku ingin mengambil makanan yang meragukan, Aku tidak bisa memasukkannya ke dalam mulutku. Hal ini sering kali terjadi. Aku tahu bahwa bayi yang berada di rahimku adalah seseorang yang istimewa. Oleh sebab itu Aku sangat berhati-hati dan memilih makananku dari makanan yang terbaik dan halal."
Di masa kanak-kanaknya, beliau adalah seorang pegulat. Beliau sangat suka mempelajari berbagai macam aliran gulat, sehingga beliau menjadi pegulat yang terkenal di masanya. Seluruh pegulat akan berkerumun dan belajar darinya. Suatu hari, ada seseorang yang menyaksikannya bergulat. Terbersit dalam benaknya, "Bagaimana mungkin seseorang yang merupakan keturunan Rasulullah yang sangat menguasai syari’at dan thariqat, melakukan latihan seperti itu?” tiba-tiba dia tertidur dan bermimpi kalau dia berada di Hari Pembalasan. Dia merasa dirinya berada dalam kesulitan dan akan tenggelam. Kemudian Syaikh Sayyid Amir al-Kulal muncul di hadapannya dan menyelamatkannya dari air. Ketika terbangun, dia mendapati Sayyid Amir al-Kulal di dekatnya dan berkata, “Apakah kamu telah menyaksikan kekuatanku dalam bergulat dan kekuatanku dalam memberi perantaraan?”
Suatu ketika seseorang yang akan menjadi Syaikhnya, yaitu Syaikh Muhammad Baba as-Samasi , melewati arena gulat bersama para pengikutnya. Beliau berhenti dan berdiri di sana. Setan berbisik kepada salah satu pengikutnya dengan berkata, “Bagaimana seorang Syaikh berdiri di arena gulat seperti ini?” Dengan segera Syaikh melihat muridnya itu dan berkata, “Aku berdiri di sini demi seseorang. Dia akan menjadi seorang yang luas pengetahuannya. Setiap orang akan mendatanginya untuk meminta bimbingan dan melalui dia orang bisa meraih posisi tertinggi dari Kecintaan Allah dan Kehadirat Ilahi. Aku bermaksud untuk membawa orang itu di bawah pengawasanku.” Pada saat itu Syaikh Amir Kulal menoleh kepadanya, dia merasa tertarik, lalu meninggalkan gulatnya. Beliau mengikuti Syaikh Muhammad Baba As-Samasi ke rumahnya. Syaikh Samasi mengajarinya dzikir dan prinsip-prinsip thariqat yang paling mulia ini, dan berkata kepadanya, ”Sekarang engkau adalah anakku.”
Syaikh Kulal mengikuti Syaikh Samasi selama 20 tahun menghabiskan waktunya dengan berdzikir, khalwat, ibadah, dan melakukan penyangkalan diri sendiri. Tidak ada yang melihatnya dalam kurun waktu 20 tahun itu kecuali bersama Syaikhnya. Beliau akan mendatangi Syaikhnya di Samas setiap hari Senin dan Kamis, meskipun jaraknya 5 mil dan perjalanannya sangat berat, sampai beliau mencapai keadaan tidak tersekat (mukashafa). Pada saat itu ketenarannya mulai tersebar ke mana-mana sampai beliau meninggalkan dunia ini. Beliau mempunyai empat orang anak, as-Sayyid al-Amir Burhanuddin, as-Sayyid al-Amir Hamza, as-Sayyid al-Amir Syah, dan as-Sayyid al-Amir Umar.
Beliau juga mempunyai empat orang khalifah, tetapi beliau meneruskan rahasianya hanya kepada satu orang di antara mereka, Guru dari para Guru, yang paling tahu di antara yang tahu, seorang Busur Perantara yang Terbesar (al-Ghawts al-A’zam), Sultanul Awliya, Syaikh Muhammad Baha'uddin Shah Naqshband. Syaikh Sayyid Amir Kulal wafat di desa yang sama dengan tempat beliau dilahirkan, Sukhar, pada 8 Jumadil Awwal, 772 H.
Beliau juga mempunyai empat orang khalifah, tetapi beliau meneruskan rahasianya hanya kepada satu orang di antara mereka, Guru dari para Guru, yang paling tahu di antara yang tahu, seorang Busur Perantara yang Terbesar (al-Ghawts al-A’zam), Sultanul Awliya, Syaikh Muhammad Baha'uddin Shah Naqshband. Syaikh Sayyid Amir Kulal wafat di desa yang sama dengan tempat beliau dilahirkan, Sukhar, pada 8 Jumadil Awwal, 772 H.
Post a Comment Blogger Disqus