Whirling Dervishes (Tarian Rumi)
Mari Kemari, datang... Datanglah Mari Kemari Datanglah
Siapa Pun Dirimu. Pengelana, Peragu, dan Pecinta
Mari... Kemari Datanglah Tak Penting Kau Percaya atau
Tidak… Mari, kemari … Datanglah Kami Bukanlah Caravan
Yang Patah Hati... Atau Pintu-Pintu dari Keputus-asaan,
Mari Kemari Datanglah... Meski Kau Telah Jatuh Ribuan
Kali, Meski Kau Telah Patahkan Ribuan Janji, Mari
Kemari… Datang... Datanglah Sekali Lagi…
Kau dan Aku
Bahagia saat kita duduk di pendapa, Kau dan aku,
Dua sosok dua tubuh namun hanya satu jiwa, Kau dan aku,
Harum semerbak dan nyanyi burung menebarkan kehidupan
Pada saat kita memasuki taman, Kau dan aku,
Bintang-bintang yang beredar sengaja menatap kita lama-lama
Bagai bulan kita bagikan cahaya terang bagi mereka
Kau dan aku, tak terpisahkan lagi, menyatu dalam nikmat tertinggi
Bebas dari cakap orang, Kau dan aku
Semua burung yang terbang di langit mengidap iri
Lantaran kita tertawa-tawa bahagia, Kau dan aku
Sungguh ajaib, Kau dan aku, yang duduk bersama di sudut rahasia
Pada saat yang sama berada di Iraq dan Khurasan, kau dan aku.
Aku tak sama dengan Sang Raja, bahkan jauh dari itu
Sekalipun dari Dia kuperoleh cahaya dalam penampakan diri-Nya
Kesamaan bukanlah dalam hal bentuk dan esensi; air menjadi sejenis dengan tanah dalam tumbuhan
Karena jenisku berbeda dengan Raja-Ku, egoku fana’ dalam Ego-Nya
Karena egoku fana’ maka Dia sajalah yang tinggal (baqa’);
Aku mengepul penaka debu di bawah kaki kuda-Nya
Jiwa menjadi debu, hanya di atas debulah jejak kuda menjadi cap kaki-Nya
(Para Darwis yang Menari/Berputar)
“Orang harus mendobrak dan mematahkan batas-batas pemikiran untuk menyaksikan kekuatan cinta yang tertinggi, dan untuk mencerap kebesaran Allah Tercinta”
Mari Kemari, datang... Datanglah Mari Kemari Datanglah
Siapa Pun Dirimu. Pengelana, Peragu, dan Pecinta
Mari... Kemari Datanglah Tak Penting Kau Percaya atau
Tidak… Mari, kemari … Datanglah Kami Bukanlah Caravan
Yang Patah Hati... Atau Pintu-Pintu dari Keputus-asaan,
Mari Kemari Datanglah... Meski Kau Telah Jatuh Ribuan
Kali, Meski Kau Telah Patahkan Ribuan Janji, Mari
Kemari… Datang... Datanglah Sekali Lagi…
( Mawlana Jalaludin Rumi )
Kau dan Aku
Bahagia saat kita duduk di pendapa, Kau dan aku,
Dua sosok dua tubuh namun hanya satu jiwa, Kau dan aku,
Harum semerbak dan nyanyi burung menebarkan kehidupan
Pada saat kita memasuki taman, Kau dan aku,
Bintang-bintang yang beredar sengaja menatap kita lama-lama
Bagai bulan kita bagikan cahaya terang bagi mereka
Kau dan aku, tak terpisahkan lagi, menyatu dalam nikmat tertinggi
Bebas dari cakap orang, Kau dan aku
Semua burung yang terbang di langit mengidap iri
Lantaran kita tertawa-tawa bahagia, Kau dan aku
Sungguh ajaib, Kau dan aku, yang duduk bersama di sudut rahasia
Pada saat yang sama berada di Iraq dan Khurasan, kau dan aku.
Aku tak sama dengan Sang Raja, bahkan jauh dari itu
Sekalipun dari Dia kuperoleh cahaya dalam penampakan diri-Nya
Kesamaan bukanlah dalam hal bentuk dan esensi; air menjadi sejenis dengan tanah dalam tumbuhan
Karena jenisku berbeda dengan Raja-Ku, egoku fana’ dalam Ego-Nya
Karena egoku fana’ maka Dia sajalah yang tinggal (baqa’);
Aku mengepul penaka debu di bawah kaki kuda-Nya
Jiwa menjadi debu, hanya di atas debulah jejak kuda menjadi cap kaki-Nya
Kunjungi juga www.rumi-fans.blogspot.com
ReplyDelete