Konon pada suatu ketika Kerajaan Blambangan terkena musibah wabah penyakit yang sulit disembuhkan.
Pada masa itu rajanya bernama Minak Sembuyung.
Melihat kondisi rakyatnya yang terkena wabah penyakit, Raja kemudian memerintah Sang Patih untuk mencari obat bagi kesembuhan seluruh rakyatnya.
Sang Patih pun pergi melaksanakan titah sang Raja. Ketika perjalanan Patih tiba di daerah Tengger, seseorang memberitahukan kepada Patih untuk pergi menemui seorang Ulama di pantai utara Jawa (Gresik) bernama Syeikh Maulana Ishak. Pergilah Patih ke Gresik untuk menemui Syekh Maulana Ishak.
Singkat cerita, Patih menceritakan maksud kedatangannya untuk mencari orang yang bisa menyembuhkan wabah penyakit di kerajaan Blambangan.
Setelah mendengar cerita sang Patih, Syekh Maulana Ishak kemudian menyuruh Patih pulang terlebih dahulu.
Pulanglah Patih bersama pasukan berkudanya. Perjalanan yang ditempuh Patih dan pasukannya untuk tiba di Kerajaan Blambangan kurang lebih 15 hari.
Sesampai di Blambangan, Patih mendapati sedang ada pesta rakyat yang sudah berjalan 7 hari 7 malam, untuk merayakan hilangnya wabah penyakit di Blambangan.
Ternyata dengan kesaktiannya Syekh Maulana Ishak sudah lebih dulu sampai di Blambangan dibanding Sang Patih dan pasukan berkudanya.
Atas keberhasilan syekh Maulana Ishak menghilangkan wabah penyakit di Kerajaannya, dan karena Syekh Maulana Ishak masih bujang maka Raja Minak Sembuyung memberikan putrinya bernama Dewi Sekardadu untuk dinikahi oleh Syekh Maulana Ishak.
Setelah menikah, Syekh Maulana Ishak mengembangkan Islam di Blambangan. Namun raja khawatir perkembangan Islam akan merusak umat Hindu Blambangan sehingga kemudian mengusir Syekh Maulana Ishak dari Blambangan. Tapi Dewi sekardadu dan anaknya tetap di Kerajaan Blambangan.
Tetapi karena suaminya diusir, Dewi Sekardadu dengan sembunyi-sembunyi mengikuti bersama anaknya.
Dewi Sekardadu lari melaui laut, tetapi dalam pelariannya beliau meninggal dunia.
Jasad Dewi Sekardadu terbawa arus sampai di suatu perkampungan di wilayah timur laut Jawa, sampai kemudian ditemukan oleh seorang nelayan di pesisir pantai timur laut Jawa.
Tetapi ada suatu keanehan yang terlihat oleh si nelayan, karena pada saat itu laut sedang surut seharusnya mayat berada di bibir pantai. Namun mayat tersebut justru mengapung menuju sungai dan didorong oleh sekelompok ikan keting.
Cepat-cepat si nelayan kemudian mengangkat mayat tersebut dan kemudian memakamkannya di daerah tersebut. Maka daerah itu selanjutnya disebut Dusun Ketingan (selanjutnya di sebut Kepetingan).
Anak Dewi Sekardadu yang dilarung ditemukan dan dibesarkan oleh seorang Saudagar Kaya dari Gresik bernama Dewi Pinatih. Sang anak diberi nama Ainul Yaqin bergelar Joko Samudro. Karena kotak tempat ditemukan Joko Samudro semasa bayi dipaku maka dia juga dipanggil Raden Paku. Pada akhirnya beliau menjadi Sunan Giri.
Menurut Kuncen makam, Bapak Samadi, pengunjung Makam Dewi Sekardadu setiap hari Jum'at, Sabtu dan Minggu mencapai 100 orang.
Pengunjung terbanyak berasal dari Madura.
Alamat Makam Putri Dewi Sekardadu: Sawohan, Buduran, Sidoarjo Jawa Timur - Indonesia , 61252
Sumber: http://www.kecamatanbuduran.org
Alamat Makam Putri Dewi Sekardadu: Sawohan, Buduran, Sidoarjo Jawa Timur - Indonesia , 61252
Sumber: http://www.kecamatanbuduran.org
Post a Comment Blogger Disqus