Nama lengkap beliau KH Ahmad Hafiduddin bin Usman Basyaiban, yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Kyai Hafid Nogosari (gelar Nogosari karena beliau tinggal dan juga wafat di desa Nogosari) beliau berasal dari Desa Brongkal Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Ayah beliau sendiri bergelar Kyai Ageng Usman berasal dari mataram dan masih ada keturunan dengan Raden Fatah sekaligus juga keturunan Prabu Brawijaya Majapahit, Kyai Ageng Usman sendiri makamnya ada di pemakaman Gribik Malang.
Kyai Hafid pada waktu masih muda selain belajar ilmu agama kepada ayahnya sendiri juga menimba ilmu agama kepada KHR Khozin bin Khoiruddin bin Ahmad Al-Adhomat Khon Siwalan Panji Sidoarjo, yang kelak juga menjadi mertuanya. Setelah bebarapa tahun beliau belajar kepada Mbah Kyai Khozin, Kyai Hafid berangkat menimba ilmu di Mekkah kurang lebih selama tujuh tahun. Menurut salah satu sumber dari Almarhum Mbah Kyai Ibrohim Pasuruan (teman mondok Mbah Kyai Hafid) bahwasanya menurut beliau jika Kyai Hafid juga berguru kepada Mbah Kyai Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan selama kurang lebih 16 tahun.
Sepulang dari belajar ilmu agama di Mekkah Kyai Hafid kembali mengabdi kepada gurunya Kyai Khozin di Siwalan Panji, dan beliau pun di ambil menantu oleh Kyai Khozin dan dinikahkan dengan putrinya Nyai Muhsinah binti Kyai Khozin.
Di kisahkan oleh Kyai As’ad Syamsul Arifin Situbondo merupakan teman Kyai Hafid dan juga sama-sama santri dari Mbah Kyai Khozin. Bahwasanya suatu ketika Kyai Khozin menyatakan ini calon Walinya Allah sambil menunjuk kepada Kyai Hafid yang masih muda. Cerita diatas disampaikan oleh Kyai As’ad pada waktu memperingati acara 40 harinya wafatnya Kyai Hafid Nogosari.
Setiap hari minggu beliau Mbah Kyai Hafid Nogosari mengadakan pengajian kitab tafsir secara umum yang banyak di hadiri oleh masyarakat dan kyai-kyai sekitar kecamatan Rambipuji. Beliau sangat memegang teguh ilmu syariat. Ketika membaca ayat-ayat suci al-Quran suara beliau sangat tartil, merdu dan sangat fasih, beliau sangat hati-hati dan benar-benar menerapkan ilmu tajwid sesuai makhorijul hurufnya. Begitu juga ketika beliau membaca aurad dzikir-dzikir beliau membacanya dengan cara perlahan, jelas, fasih, tidak terburu buru, karena bahasa Arab beda pengucapan artinya bisa jauh berbeda.
Amalan utama Mbah Kyai Hafid, yang menjadi dasar hidup yang sangat di pegang teguh ada 2 hal, yaitu:
1. Mengerjakan wudlu di usahakan dengan sesempurna mungkin
2. Mengerjakan shalat di usahakan dengan sesempurna mungkin
Kemulian seorang hamba di hadapan Allah di ukur oleh ketakwaanya, ukuran ketakwaan seseorang tergantung kualitas shalatnya. Ukuran kualitas shalatnya seseorang tergantung dari kualitas wudlunya. Semakin manusia dekat dengan Tuhanya maka semakin baguslah shalatnya, shalat yang bagus karena orang tersebut senantiasa memperhatikan wudlunya. shalat adalah gerbang ma'rifat menuju mihrab ilahi rabbi, dan wudlu adalah kuncinya.
Maka jika seseorang ingin merubah prilakunya maka ubahlah cara shalatnya, dari shalat yang biasa-biasa di usahakan menjadi shalat yang berkualitas. Untuk bisa melakukan shalat secara berkualitas maka perlu di ubah cara wudlunya, dari cara wudlu yang biasa-biasa saja di usahakan wudlu sesempurna mungkin.
Sampai-sampai Mbah kyai Hafid ketika akan melaksanakan shalat beliau berdandan terlebih dahulu, memakai minyak wangi, memakai celak, memakai jam tangan, memakai sarung paling bagus, pakaian paling bagus, jubah paling bagus, serban yang paling bagus. Dan beliau senantiasa mengerjakan shalat lima waktu secara berjamaah. Sehingga apabila ada santri atau salah satu keluarga beliau sendiri yang tidak shalat berjamaah maka beliau tidak segan-segan untuk memberikan hukuman.
Karomah Kyai Hafid Nogosari
Beliau tidak hanya terkenal dengan kealimannya tapi juga dengan kekeramatanya, banyak orang yang sowan kepada beliau minta sambung barokah doa, mulai dari habib, ulama, kyai, masyarakat umum dan orang-orang non muslim, juga orang-orang tionghoa atau china. Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi dari Ketapang Probolinggo sendiri sangat menghormati Mbah Kyai Hafid Nogosari, sampai-sampai karena ta’dzimnya Habib Muhammad beliau tidak berani duduk dihadapannya tanpa seizin Mbah Kyai Hafid.
Menurut beberapa sumber yang bisa dipercaya salah satu kekeramatan Mbah Kyai Hafid yang luar biasa yang Allah anugrahkan bahwasannya beliau sering dirawuhi (di kunjungi) Rasulullah secara yaqdloh secara sadar. Kejadian ini sering terjadi kepada orang-orang yang sudah menjadi pilihan Allah, yang memiliki tingkat mahabbah billah serta mahabbah birrasul yang tinggi.
Suatau hari sekitar tahun 1975 Mbah Kyai Hafid kedatangan tamu istimewa dari Brongkal Malang, yang tidak lain adalah adik kandung beliau sendiri yang bernama KH. Muhammad Kholil bin Usman (Mbah Kholil Brongkal) yang rencana mau pamitan kepada sang kakak untuk menunaikan ibadah Haji. Belum sempat Kyai Kholil masuk rumah tiba-tiba Kyai Hafid sudah keluar untuk menyambut sang adik langsung menciuminya dan memeluknya begitu lama sambil beliau menangis, dengan suara gemetar Mbah Kyai Hafid mengucapkan waktunya sudah tiba – waktunya sudah tiba. Ternyata sang adik tercinta di panggil oleh Allah dan di makamkan di Mekah.
Ada suatu kisah yang menarik, suatu hari Pak Sholeh sowan kepada Mbah Kyai Khotib Abdul Karim Curah Kates- Ajung Jember yang juga terkenal kekeramatannya, banyak yang mengatakan jika Kyai Khotib adalah seorang Waliyullah.
“Namamu siapa dan darimana”? tanya Kyai Khotib
“Nama saya Sholeh dari Nogosari Kyai”, jawab sang tamu
Kamu beruntung tinggal di Nogosari, disitu ada wali agung yang masih hidup dan kedudukanya lebih tinggi dari saya, Kyai Hafid itu adalah Qutub.
Begitu kata Mbah Kyai Khotib kepada Pak Sholeh.
Ucapan beliau yang terkenal dan di ketahui banyak orang, bahwasanya beliau Mbah Kyai Hafid pernah berkata “saya mengetahui jumlah para wali-waliNya Allah di dunia ini, lokasi atau tempat dimana mereka tinggal, saya mengetahui mereka semua tetapi mereka tidak mengetahui saya”.
Suatu ketika mbah Kyai Hafid di depan rumah beliau, tiba-tiba Kyai Hafid berteriak-teriak memanggil Wahyu...... Wahyu.... kamu segera kesini. Wahyu adalah Khadam sekaligus santrinya Mbah Kyai Hafid
“Ada apa Mbah Kyai”? tanya Wahyu
“Sebentar lagi akan ada peristiwa besar, aku melihat di langit ada tulisan besar Lailaha illa Allah Muhammadur Rasulullah, yang arahnya dari Pasuruan tepatnya di lokasinya Kyai Hamid Pasuruan, dan aku juga punya tulisan itu berada atasku”.Jawab Kyai Hafid.
Tidak berapa lama peristiwa besar tersebut terjadi, sang bumi bersedih karena seorang pelayan umat yang penuh dengan kekeramatan yang di cintai Allah KH Abdul Hamid Pasuruan menghadap kepada sang Kholiq. Tidak berselang lama dari meninggalnya Kyai Hamid Pasuruan, Mbah Kyai Hafid pun menyusul menghadap keharibaan ilahi Rabbi pada hari/tanggal Senin 27 Shafar 1406 H, dalam usia kurang lebih 105 tahun dan meninggalkan 12 putra-putri, dan diantaranya yang masih hidup: KH Nur Ali Yasin, Kyai Imam Ahmad Nur Sadah, dan Kyai Hasan.
Wallahu A'lam Bishawab
Post a Comment Blogger Disqus